Yogyakarta: Berkurangnya jumlah pembeli yang datang secara langsung ke Pasar Beringharjo sisi barat membuat pedagang produk fesyen dan batik di pasar tradisional Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), itu mulai menggencarkan penjualan secara daring.
"Hampir tidak ada pembeli yang datang. Tetapi, banyak teman-teman yang kini juga berjualan secara online. Hasilnya lumayan," kata Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Beringharjo, Ujun Junaedi, Rabu, 17 Juni 2020.
Menurut dia, hampir semua pedagang di Pasar Beringharjo sisi barat memilih menutup kios sejak pandemi covid-19 melanda. Sebab pasar utama produk fesyen di kawasan ini adalah wisatawan.
Pembatasan sosial dengan meminta warga lebih banyak beraktivitas di rumah, membuat kunjungan wisatawan menurun dan berimbas pada penjualan produk fesyen dan batik di pasar tersebut.
"Teman-teman kemudian memasarkan produk mereka secara online. Ada yang melalui marketplace, ada juga yang melalui grup percakapan," ungkapnya.
Baca juga: Warga Kawasan PSBL RW Tangerang Dikenai Wajib Lapor
Disisi lain, produk yang paling banyak diminati masyarakat selama pandemi covid-19, kata Ujun, adalah pakaian rumah untuk perempuan, seperti daster dan piyama.
"Meski beraktivitas di rumah, ternyata para perempuan juga ingin tetap merasa nyaman dan cantik. Makanya produk daster dan piyama banyak diminati," tutur dia.
Uju mengungkapkan melalui penjualan daring, ia mampu memasarkan 10 potong produk sandang setiap hari. Setelah pemerintah mengemukakan rencana kenormalan baru, para pedagang pun mencoba kembali membuka kios.
"Penjualan sempat mengalami kenaikan sekitar 40 persen selama sepekan menjelang Lebaran tetapi kemudian turun lagi. Sekarang sudah ada beberapa pembeli yang datang langsung. Masih satu atau dua orang saja tetapi warga lokal, lebih sering tidak ada yang datang."
Yogyakarta: Berkurangnya jumlah pembeli yang datang secara langsung ke Pasar Beringharjo sisi barat membuat pedagang produk fesyen dan batik di pasar tradisional Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), itu mulai menggencarkan penjualan secara daring.
"Hampir tidak ada pembeli yang datang. Tetapi, banyak teman-teman yang kini juga berjualan secara
online. Hasilnya lumayan," kata Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Beringharjo, Ujun Junaedi, Rabu, 17 Juni 2020.
Menurut dia, hampir semua pedagang di Pasar Beringharjo sisi barat memilih menutup kios sejak pandemi covid-19 melanda. Sebab pasar utama produk fesyen di kawasan ini adalah wisatawan.
Pembatasan sosial dengan meminta warga lebih banyak beraktivitas di rumah, membuat kunjungan wisatawan menurun dan berimbas pada penjualan produk fesyen dan batik di pasar tersebut.
"Teman-teman kemudian memasarkan produk mereka secara
online. Ada yang melalui
marketplace, ada juga yang melalui grup percakapan," ungkapnya.
Baca juga:
Warga Kawasan PSBL RW Tangerang Dikenai Wajib Lapor
Disisi lain, produk yang paling banyak diminati masyarakat selama pandemi covid-19, kata Ujun, adalah pakaian rumah untuk perempuan, seperti daster dan piyama.
"Meski beraktivitas di rumah, ternyata para perempuan juga ingin tetap merasa nyaman dan cantik. Makanya produk daster dan piyama banyak diminati," tutur dia.
Uju mengungkapkan melalui penjualan daring, ia mampu memasarkan 10 potong produk sandang setiap hari. Setelah pemerintah mengemukakan rencana kenormalan baru, para pedagang pun mencoba kembali membuka kios.
"Penjualan sempat mengalami kenaikan sekitar 40 persen selama sepekan menjelang Lebaran tetapi kemudian turun lagi. Sekarang sudah ada beberapa pembeli yang datang langsung. Masih satu atau dua orang saja tetapi warga lokal, lebih sering tidak ada yang datang."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)