Hari Tanpa Bayangan Diprediksi Terjadi di Sumbar
Antara • 20 September 2020 06:37
Padang: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Padang Panjang, Sumatera Barat memperkirakan kulminasi utama matahari akan terjadi di sejumlah wilayah di provinsi itu. Kulminasi utama adalah fenomena hari tanpa bayangan.
"Kulminasi utama merupakan fenomena ketika matahari tepat berada di posisi paling tinggi dengan deklinasi matahari sama dengan lintang pengamat," ujar Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Padang Panjang, Mamuri, melansir Antara, Minggu, 20 September 2020.
Dia menerangkan, matahari yang tepat berada di atas kepala pengamat, maka bayangan benda yang tegak seakan menghilang. Lantaran bertumpuk dengan benda itu sendiri.
"Maka banyak yang menyebutkan bahwa hari kulminasi utama itu dikenal sebagai hari tanpa bayangan," ujar dia.
Baca: Jateng Akan Mengalami Fenomena Hari Tanpa Bayangan
Fenomena hari tanpa bayangan tersebut hanya terjadi dua kali dalam setahun, waktunya pun tidak jauh saat matahari berada di khatulistiwa. Dia menilai, hal itu terjadi karena posisi Indonesia berada di sekitar ekuator.
"Hari tanpa bayangan biasanya terjadi pada tengah hari, di saat itu matahari tepat berada 90 derajat di atas benda atau badan kita," kata dia.
Akibatnya bayangan tersebut akan jatuh tepat di dasar benda atau di bawah kaki seseorang. Sehingga terlihat seolah-olah bayangan tersebut tidak ada.
"Fenomena hari tanpa bayangan tersebut diperkirakan akan terjadi pada 21 hingga 27 September 2020," ungkapnya.
Baca: Fenomena Awan Bak Gelombang di Aceh Bukan Pertanda Tsunami
Dia menyebutkan, sejumlah wilayah di Sumbar yang mengalami kulminasi matahari pada 21 September 2020 diperkirakan terjadi di wilayah Simpang Empat pada 12.13 WIB dan Lubuk Sikaping pada pukul 12.12 WIB.
"Kemudian pada 22 September 2020 diperkirakan terjadi di Bukittinggi dan Lubuk Basung pukul 12.11 WIB atau 12.12 WIB," ujar dia.
Pada 23 hingga 25 September 2020 diperkirakan akan terjadi di Pariaman, Parit Malintang, Padang, Arosuka, Painan, Solok, Payakumbuh, Sarilamak, Padang Panjang, Batu Sangkar, Sungai Dareh, Muaro Sijunjung, dan Sawahlunto.
"Selanjutnya pada 26 hingga 27 September 2020 fenomena hari tanpa bayangan juga terjadi di Tua Pejat dan Padang Aro," ungkapnya.
Masyarakat diimbau menggunakan pelindung diri untuk mengurangi sengatan matahari. Kemudian membawa bekal dan minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi, terutama bagi yang beraktivitas di luar lapangan.
Fenomena hari tanpa bayangan tersebut hanya terjadi dua kali dalam setahun, waktunya pun tidak jauh saat matahari berada di khatulistiwa. Dia menilai, hal itu terjadi karena posisi Indonesia berada di sekitar ekuator.
"Hari tanpa bayangan biasanya terjadi pada tengah hari, di saat itu matahari tepat berada 90 derajat di atas benda atau badan kita," kata dia.
Akibatnya bayangan tersebut akan jatuh tepat di dasar benda atau di bawah kaki seseorang. Sehingga terlihat seolah-olah bayangan tersebut tidak ada.
"Fenomena hari tanpa bayangan tersebut diperkirakan akan terjadi pada 21 hingga 27 September 2020," ungkapnya.
Baca: Fenomena Awan Bak Gelombang di Aceh Bukan Pertanda Tsunami