Yogyakarta: Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meminta masyarakat tak khawatir terhadap rencana relokasi hunian di area sumbu filosofis. Sebagaimana diketahui, sumbu filosofis membentang dari Gunung Merapi, Tugu, Keraton, hingga pantai selatan ditetapkan UNESCO sebagai warisan dunia.
"Nggak mungkin mendadak (relokasi). Itu semua bagian komunikasi," kata Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Laksmi Pratiwi dihubungi, Selasa, 3 Oktober 2023.
Dian menjelaskan realisasi relokasi akan dimulai dengan kajian dan komunikasi dengan berbagai pihak. Menurut dia, proses itu akan membutuhkan waktu.
"Butuh kajian lama, komunikasi lama dan kami akan mempertimbangkan banyak hal," ujarnya.
Relokasi dari area sumbu filosofis menjadi salah satu rekomendasi dari total tujuh rekomendasi, yang berbunyi 'Melanjutkan penerapan proses relokasi sukarela pemukiman informal di dalam kawasan dengan memastikan bahwa hak dan kebutuhan masyarakat tetap terlindungi.
Dian mengungkapkan ketentuan itu pada dasarnya tidak kaku karena bukan rekomendasi perbaikan. Menurutnya, rekomendasi merupakan sebuah saran untuk menguatkan serta mengelola kawasan sumbu filosofis.
"(Rekomendasi) itu aran untuk menguatkan. Jadi itu adalah penguatan supaya kita punya 'effort' (upaya) yang kemudian lebih sesuai standar internasional," ujarnya.
Dian sempat menceritakan sebelum penetapan sumbu filosofis jadi warisan dunia telah dilakukan lebih dulu dengan relokasi, dalam hal ini para pedagang kaki lima (PKL) di kawasan Malioboro dan dipindahkan ke Teras Malioboro 1 dan 2. Sementara, relokasi bangunan yang mengindung (menempel) di area dalam Benteng Keraton Yogyakarta juga disertai hadiah uang.
"Untuk revitalisasi Benteng Kraton pada sisi luar belum ada arahan lebih lanjut," ungkapnya.
Yogyakarta: Pemerintah
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meminta masyarakat tak khawatir terhadap rencana relokasi hunian di area sumbu filosofis. Sebagaimana diketahui, sumbu filosofis membentang dari Gunung Merapi, Tugu, Keraton, hingga pantai selatan ditetapkan
UNESCO sebagai
warisan dunia.
"Nggak mungkin mendadak (relokasi). Itu semua bagian komunikasi," kata Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Laksmi Pratiwi dihubungi, Selasa, 3 Oktober 2023.
Dian menjelaskan realisasi relokasi akan dimulai dengan kajian dan komunikasi dengan berbagai pihak. Menurut dia, proses itu akan membutuhkan waktu.
"Butuh kajian lama, komunikasi lama dan kami akan mempertimbangkan banyak hal," ujarnya.
Relokasi dari area sumbu filosofis menjadi salah satu rekomendasi dari total tujuh rekomendasi, yang berbunyi 'Melanjutkan penerapan proses relokasi sukarela pemukiman informal di dalam kawasan dengan memastikan bahwa hak dan kebutuhan masyarakat tetap terlindungi.
Dian mengungkapkan ketentuan itu pada dasarnya tidak kaku karena bukan rekomendasi perbaikan. Menurutnya, rekomendasi merupakan sebuah saran untuk menguatkan serta mengelola kawasan sumbu filosofis.
"(Rekomendasi) itu aran untuk menguatkan. Jadi itu adalah penguatan supaya kita punya 'effort' (upaya) yang kemudian lebih sesuai standar internasional," ujarnya.
Dian sempat menceritakan sebelum penetapan sumbu filosofis jadi warisan dunia telah dilakukan lebih dulu dengan relokasi, dalam hal ini para pedagang kaki lima (PKL) di kawasan Malioboro dan dipindahkan ke Teras Malioboro 1 dan 2. Sementara, relokasi bangunan yang mengindung (menempel) di area dalam Benteng Keraton Yogyakarta juga disertai hadiah uang.
"Untuk revitalisasi Benteng Kraton pada sisi luar belum ada arahan lebih lanjut," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)