ilustrasi Medcom.id
ilustrasi Medcom.id

Peneliti: Efikasi Vaksin Merah Putih Capai 98% dan Diklaim Mampu Tangkal Omicron

Amaluddin • 08 Februari 2022 18:29
Surabaya: Koordinator Produk Riset Covid-19 Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Ni Nyoman Tri Puspaningsih, mengeklaim tingkat efikasi vaksin Merah Putih mencapai 98 persen. Nyoman pun optimistis vaksin Merah Putih yang akan menjalani uji klinis fase 1 dapat menangkal covid-19 varian omicron. 
 
"Kami sangat optimistis vaksin Merah Putih dapat menangkal varian omicron. Karena dari hasil pre klinis yang telah dilakukan tim peneliti Unair terhadap hewan Makaka, tingkat efikasi vaksin menunjukkan hasil yang bagus yakni, 98 persen," kata Nyoman, dikonfirmasi, Selasa, 8 Februari 2022.
 
Nyoman mengatakan bahwa vaksin Merah Putih telah diuji tantang hingga varian delta, varian yang disebut mempunyai tingkat keparahan (penyebaran) paling parah dibanding varian lain. Misalnya saat kasus covid-19 varian delta, efikasi yang terdapat pada vaksin jenis lain sempat menurun 10 hingga 15 persen, namun masih di angka 65 sampai 75 persen. 

"Kami optimistis kalau Delta saja kami bisa atasi dengan vaksin ini. Insyaallah yang varian Omicron bisa. Karena omicron ini kan menularnya cepat, tapi keparahannya tidak separah delta," kata wanita yang juga Wakil Rektor I Unair itu. 
 
Baca: Universitas Syiah Kuala Aceh Temukan Klaster Penularan Covid-19
 
Meski demikian, Nyoman mengaku dalam uji klinis fase pertama, akan banyak kesiapan dan kehati-hatian yang dilakukan pihaknya. Bahkan, pre klinis harus dilakukan secara dua kali untuk memastikan tingkat efikasi dan keamanan vaksin.  
 
"Dari awal kita didampingi oleh BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) dalam pembuatan vaksin ini. Jadi memang kita harus mengikuti sesuai prosedur yang ketat meskipun agak lama," ujarnya.  
 
Nyoman mengakui dalam pembuatan vaksin ini pihaknya memang sedikit lama dibanding negara lain. Dibutuhkan waktu dua tahun sejak proses penelitian dilakukan dan baru terealisasi uji klinis di tahun ini.  
 
"Dalam kondisi emergency, pre klinis bisa di-skip. Mungkin di negara-negara lain merasa yakin akan produknya. Mereka juga berpengalaman dalam kondisi seperti ini. Nah ini boleh, kata BPOM juga tidak apa-apa (preklinis tidak dilakukan), tapi kita di Indonesia, karena ini yang pertama produksi anak bangsa. Sehingga kita ikuti seluruh prosedur dengan sangat ketat dan hati-hati," katanya.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan