Gunungkidul: Kepala Sekolah SD Bopkri Padangan Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, Sabastianus Mino hanya bisa termenung. Mino hanya bisa pasrah lantaran sekolah yang ia pimpin telah resmi ditutup di tahun ajaran baru 2022/2023 dimulai.
"Mulai 1 Juli (2022) sekolah ditutup yayasan," kata Mino di Gunungkidul belum lama ini.
Sekolah yang berada di Desa Banjarejo kini sudah sepi. Tak tampak aktivitas ramai siswa seperti sekolah lain saat pembelajaran tahun ajaran baru.
Sekolah ini sudah sepi karena tak lagi menerima siswa di tahun ajaran baru 2022/2023. Salah satu sekolah swasta ini sudah sepi peminat dibanding sekolah lain yang ada di daerah sekitar. Situasi itulah yang menyebabkan SD Bopkri Padangan harus gulung tikar tepat di usianya ke 66 tahun.
"Upacara penutupan (sekolah) kami lakukan 14 Juli kemarin. Pihak yayasan dengan wali murid juga sudah mengadakan pertemuan sebelum sekolah ditutup," kata dia.
Total hanya ada 13 wali murid sesuai dengan jumlah siswa di sekolah itu. Situasi itu tak pelak harus diterima dengan lapang dada oleh pihak sekolah maupun orang tua.
Bagi Mino, ini menjadi kenyataan pahit karena dirinya sudah menjadi pengajar di sekolah itu sejak 1994 silam. SD Bopkri Padangan tutup, Mino kini bertugas di salah satu sekolah negeri di Gunungkidul.
Selain Mino, ada 5 guru dan seorang penjaga sekolah yang turut berimbas sekolah ditutup. Sebanyak tiga guru yang lolos tes Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) telah dipindah ke sekolah lain beberapa bulan lalu. Seorang guru memilih berhenti mengajar, dan seorang guru kembali ke sekolah asal.
"Penjaga sekolah sudah diberhentikan, namun mendapatkan SK baru untuk menjaga bekas sekolah ini sampai ada pihak yang menggunakan," ucapnya.
Di balik nasib kelam, SD Bopkri Padangan pernah mencicipi masa kejayaan. Sekolah yang berdiri pada 1956 ini pernah memiliki peserta didik ratusan pada medio 1980an. Ketika itu, pihak sekolah sempat memakai rumah peduduk sebagai tempat pembelajaran.
"Karena dulu informasinya bangunannya masih satu, jadi kelas-kelas sebagian masih menumpang di rumah penduduk sekitar," kenangnya.
Selain memori itu, Mino mengatakan jebolan SD Bopkri Padangan kini sudah tersebar dan menempati sejumlah posisi. Ia menyebut alumnus sekolah itu sebagian telah menjadi pejabat, polisi, tenaga kesehatan, dan sejumlah bidang lain.
Memori manis itu kini tinggal kenangan. Sebanyak 13 siswa terakhir itu kini telah dipindah ke sekolah lain. Sebanyak 6 siswa dipindah ke SD Negeri Ngestiharjo, 2 siswa ke SD Bintaos, 1 siswa ke SD Negeri Hargosari, dan 1 siswa ke SD Bopkri Wonosari.
"Sebanyak 10 anak sudah kita salurkan sesuai kehendak orang tua dan sudah dimusyawarahkan," tuturnya.
Gunungkidul: Kepala Sekolah
SD Bopkri Padangan Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, Sabastianus Mino hanya bisa termenung. Mino hanya bisa pasrah lantaran sekolah yang ia pimpin telah resmi ditutup di tahun ajaran baru 2022/2023 dimulai.
"Mulai 1 Juli (2022) sekolah ditutup yayasan," kata Mino di Gunungkidul belum lama ini.
Sekolah yang berada di Desa Banjarejo kini sudah sepi. Tak tampak aktivitas ramai siswa seperti sekolah lain saat pembelajaran
tahun ajaran baru.
Sekolah ini sudah sepi karena
tak lagi menerima siswa di tahun ajaran baru 2022/2023. Salah satu sekolah swasta ini sudah sepi peminat dibanding sekolah lain yang ada di daerah sekitar. Situasi itulah yang menyebabkan SD Bopkri Padangan harus gulung tikar tepat di usianya ke 66 tahun.
"Upacara penutupan (sekolah) kami lakukan 14 Juli kemarin. Pihak yayasan dengan wali murid juga sudah mengadakan pertemuan sebelum sekolah ditutup," kata dia.
Total hanya ada 13 wali murid sesuai dengan jumlah siswa di sekolah itu. Situasi itu tak pelak harus diterima dengan lapang dada oleh pihak sekolah maupun orang tua.
Bagi Mino, ini menjadi kenyataan pahit karena dirinya sudah menjadi pengajar di sekolah itu sejak 1994 silam. SD Bopkri Padangan tutup, Mino kini bertugas di salah satu sekolah negeri di Gunungkidul.
Selain Mino, ada 5 guru dan seorang penjaga sekolah yang turut berimbas sekolah ditutup. Sebanyak tiga guru yang lolos tes Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) telah dipindah ke sekolah lain beberapa bulan lalu. Seorang guru memilih berhenti mengajar, dan seorang guru kembali ke sekolah asal.
"Penjaga sekolah sudah diberhentikan, namun mendapatkan SK baru untuk menjaga bekas sekolah ini sampai ada pihak yang menggunakan," ucapnya.
Di balik nasib kelam, SD Bopkri Padangan pernah mencicipi masa kejayaan. Sekolah yang berdiri pada 1956 ini pernah memiliki peserta didik ratusan pada medio 1980an. Ketika itu, pihak sekolah sempat memakai rumah peduduk sebagai tempat pembelajaran.
"Karena dulu informasinya bangunannya masih satu, jadi kelas-kelas sebagian masih menumpang di rumah penduduk sekitar," kenangnya.
Selain memori itu, Mino mengatakan jebolan SD Bopkri Padangan kini sudah tersebar dan menempati sejumlah posisi. Ia menyebut alumnus sekolah itu sebagian telah menjadi pejabat, polisi, tenaga kesehatan, dan sejumlah bidang lain.
Memori manis itu kini tinggal kenangan. Sebanyak 13 siswa terakhir itu kini telah dipindah ke sekolah lain. Sebanyak 6 siswa dipindah ke SD Negeri Ngestiharjo, 2 siswa ke SD Bintaos, 1 siswa ke SD Negeri Hargosari, dan 1 siswa ke SD Bopkri Wonosari.
"Sebanyak 10 anak sudah kita salurkan sesuai kehendak orang tua dan sudah dimusyawarahkan," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)