Kulon Progo: Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, menjamin nelayan tidak mengalami kesulitan mendapatkan bahan bakar minyak karena mereka menggunakan perahu motor tempel yang berbahan bakar pertalite.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kulon Progo Trenggono Trimulyo mengatakan nelayan di wilayahnya menggunakan bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite, sehingga tidak terpengaruh dengan kenaikan harga pertamax.
"Untuk membeli pertalite di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), nelayan harus menggunakan rekomendasi dari pemerintah desa. Pengelola SPBU akan melayani mereka sesuai ketentuan karena pertalite tidak dijual bebas seperti pertamax," kata Trenggono, Rabu, 6 April 2022.
Ia juga mengatakan selisih harga pertalite dengan pertamax tidak terlalu signifikan. Kalau terjadi kelangkaan pertalite, nelayan bisa membeli pertamax yang dijual bebas tanpa harus menggunakan rekomendasi dari desa.
"Nelayan Kulon Progo sangat mudah mendapatkan BBM. SPBU juga berada di dekat pantai, sehingga tidak ada persoalan," ujarnya.
Baca juga: Demi Solar, Nelayan Pasuruan Antre Sejak Dini Hari
Menurut Trenggono, persoalan yang dihadapi nelayan Kulon Progo adalah terbatasnya pengetahuan tentang pengenalan cuaca untuk kegiatan penangkapan ikan di laut dan kapasitas sumber daya manusia (SDM) nelayan.
"Upaya yang akan kami lakukan adalah dengan pelatihan pranoto mongso atau pengenalan cuaca melalui magang terutama bagi nelayan milenial yang kami usulkan melalui dana keistimewaan," terang dia.
Salah seorang nelayan Pantai Glagah Aris mengatakan saat ini, nelayan tetap melaut meski ada kenaikan bahan bakar minyak (BBM). Nelayan memakai solar, sehingga tidak terlalu memberatkan.
Untuk mendapatkan solar, nelayan hanya membutuhkan surat rekomendasi dari desa. Sejauh ini, SPBU tidak mempersoalkan surat rekomendasi karena pembelian BBM tidak banyak, hanya sesuai kebutuhan untuk sekali melaut.
"Kami tidak membeli BBM dalam jumlah banyak, hanya sesuai kebutuhan satu kali melaut. Terkadang, piihak SPBU tidak mempertanyakan surat rekomendasi. Satu kapal membutuhkan BBM di bawah 20 liter karena kami menggunakan kapal motor tempel," katanya.
Kulon Progo: Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, menjamin nelayan tidak mengalami kesulitan mendapatkan bahan bakar minyak karena mereka menggunakan perahu motor tempel yang
berbahan bakar pertalite.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kulon Progo Trenggono Trimulyo mengatakan nelayan di wilayahnya menggunakan bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite, sehingga tidak terpengaruh dengan kenaikan harga pertamax.
"Untuk membeli pertalite di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), nelayan harus menggunakan rekomendasi dari pemerintah desa. Pengelola SPBU akan melayani mereka sesuai ketentuan karena pertalite tidak dijual bebas seperti pertamax," kata Trenggono, Rabu, 6 April 2022.
Ia juga mengatakan selisih harga pertalite dengan pertamax tidak terlalu signifikan. Kalau terjadi kelangkaan pertalite, nelayan bisa membeli pertamax yang dijual bebas tanpa harus menggunakan rekomendasi dari desa.
"Nelayan Kulon Progo sangat mudah mendapatkan BBM. SPBU juga berada di dekat pantai, sehingga tidak ada persoalan," ujarnya.
Baca juga:
Demi Solar, Nelayan Pasuruan Antre Sejak Dini Hari
Menurut Trenggono, persoalan yang dihadapi nelayan Kulon Progo adalah terbatasnya pengetahuan tentang pengenalan cuaca untuk kegiatan penangkapan ikan di laut dan kapasitas sumber daya manusia (SDM) nelayan.
"Upaya yang akan kami lakukan adalah dengan pelatihan pranoto mongso atau pengenalan cuaca melalui magang terutama bagi nelayan milenial yang kami usulkan melalui dana keistimewaan," terang dia.
Salah seorang nelayan Pantai Glagah Aris mengatakan saat ini, nelayan tetap melaut meski ada kenaikan bahan bakar minyak (BBM). Nelayan memakai solar, sehingga tidak terlalu memberatkan.
Untuk mendapatkan solar, nelayan hanya membutuhkan surat rekomendasi dari desa. Sejauh ini, SPBU tidak mempersoalkan surat rekomendasi karena pembelian BBM tidak banyak, hanya sesuai kebutuhan untuk sekali melaut.
"Kami tidak membeli BBM dalam jumlah banyak, hanya sesuai kebutuhan satu kali melaut. Terkadang, piihak SPBU tidak mempertanyakan surat rekomendasi. Satu kapal membutuhkan BBM di bawah 20 liter karena kami menggunakan kapal motor tempel," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)