Gunungkidul: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), mengantisipasi kemarau hingga akhir 2020. Stok pasokan air bersih untuk warga terdampak kekeringan ditaksir bisa sampai Desember 2020.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Gunungkidul, Edy Basuki, mengatakan dampak kekeringan musim kemarau menjangkau 15 kecamatan dari total 18 kecamatan. Meskipun tak semua kecamatan kesulitan memenuhi kebutuhan air bersih.
"Kekeringan di Gunungkidul terjadi di 15 kecamatan, 70 kelurahan, 37 ribuan KK, dan sekitar 128.000 jiwa," kata Edy saat dikonfirmasi, Medcom.id Senin, 21 September 2020.
Baca: 800 Hektare Lahan Padi di Bekasi Terancam Kekeringan
Dia menjelaskan sejak berstatus tanggap darurat Juni lalu, sudah ada 11 kecamatan yang meminta pasokan bantuan air bersih. Pihaknya berkoordinasi dengan Pemerintah Kecamatan untuk menentukan ke mana saja bantuan air bersih dikirim.
"Sejak akhir Juli sampai 17 September, sudah 930 tangki air bersih kami dropping. Setiap hari 20 rit dengan lima armada," jelasnya.
Edy mengatakan hanya tiga kecamatan yang tidak alami kesulitan air, yakni Playen, Wonosari dan Karangmojo. Sementara, beberapa kecamatan terdampak kekeringan namun masih bisa mengatasi kekurangan air bersih hingga kini.
"Seperti Kecamatan Gedangsari dan Patuk, bisa dropping karena anggaran sendiri. Lalu Kecamatan Nglipar terdampak (kekeringan) tapi tak meminta dropping," ungkapnya.
Ia memperkirakan kuota bantuan air bersih masih sekitar 2 ribu tangki. Menurut Edy, cadangan bantuan air bersih itu bisa mencapai awal Desember.
"Tapi kalau November sudah hujan, (dropping air bersih) kita berhentikan. Tahun lalu dropping sampai 20 Desember, mulai hujan rata. Kita tak bisa memperkirakan," ujarnya.
Gunungkidul: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), mengantisipasi
kemarau hingga akhir 2020. Stok pasokan air bersih untuk warga terdampak kekeringan ditaksir bisa sampai Desember 2020.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Gunungkidul, Edy Basuki, mengatakan dampak kekeringan musim kemarau menjangkau 15 kecamatan dari total 18 kecamatan. Meskipun tak semua kecamatan kesulitan memenuhi kebutuhan air bersih.
"Kekeringan di Gunungkidul terjadi di 15 kecamatan, 70 kelurahan, 37 ribuan KK, dan sekitar 128.000 jiwa," kata Edy saat dikonfirmasi, Medcom.id Senin, 21 September 2020.
Baca:
800 Hektare Lahan Padi di Bekasi Terancam Kekeringan
Dia menjelaskan sejak berstatus tanggap darurat Juni lalu, sudah ada 11 kecamatan yang meminta pasokan bantuan air bersih. Pihaknya berkoordinasi dengan Pemerintah Kecamatan untuk menentukan ke mana saja bantuan air bersih dikirim.
"Sejak akhir Juli sampai 17 September, sudah 930 tangki air bersih kami dropping. Setiap hari 20 rit dengan lima armada," jelasnya.
Edy mengatakan hanya tiga kecamatan yang tidak alami kesulitan air, yakni Playen, Wonosari dan Karangmojo. Sementara, beberapa kecamatan terdampak kekeringan namun masih bisa mengatasi kekurangan air bersih hingga kini.
"Seperti Kecamatan Gedangsari dan Patuk, bisa dropping karena anggaran sendiri. Lalu Kecamatan Nglipar terdampak (kekeringan) tapi tak meminta dropping," ungkapnya.
Ia memperkirakan kuota bantuan air bersih masih sekitar 2 ribu tangki. Menurut Edy, cadangan bantuan air bersih itu bisa mencapai awal Desember.
"Tapi kalau November sudah hujan, (dropping air bersih) kita berhentikan. Tahun lalu dropping sampai 20 Desember, mulai hujan rata. Kita tak bisa memperkirakan," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)