Aceh: Sebanyak tiga ekor harimau Sumatra (Panthera Tigris Sumatrae) ditemukan tewas di hutan Desa Buboh, Kecamatan Meukek, Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh, karena terperangkap jeratan, pada Selasa, 24 Agustus 2021. Tiga harimau itu terdiri dari satu induk harimau betina dan dua anaknya.
Hewan yang diambang kepunahan ittu ditemukan dalam kondisi mati dan mulai membusuk. Pada tubuh hewan tersebut ditemukan luka bekas lilitan kawat di bagian leher dan kaki.
Menindak lanjuti laporan masyarakat, tim BKSDA (Balai Konservasi Sumberdaya Alam) bersama petugas dinas kehutanan Aceh, pada Rabu, 25 Agustus 2021, turun ke lokasi. Berdasarkan penelusuran yang dikumpulkan Media Indonesia, Kamis, 26 Agustus, induk harimau saat ditemukan dalam kondisi terjerat di leher dan kaki kiri belakang. Lalu kaki kiri depan sudah membusuk dan keluar bau tidak sedap.
Kemudian, satu anaknya masik kecil terbujur dekat induk juga terjerat pada leher. Ke empat kakinya masih utuh. Pada bagian kelaminnya sudah membusuk sehinggah tidak diketahui lagi apakah jantan atau betina. Adapun satu jasad anak harimau lainnya tergeletak sekitar lima meter dari induk. Si anak ini terkena dua jeratan, yakni pada kaki kiri depan dan kaki kiri belakang.
Baca: Kronologis Pembunuhan Gajah di Aceh
Kepala BKSDA Seksi Regional II di Subulusalam, Safyan Hadi, mengatakan pihaknya bersama petugas medis dan pihak kepolisian langsung melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) untuk keperluan penanganan lebih lanjut.
"Tim medis melalukan olah TKP dan nekropsi (investigasi medis untuk mengidentivikasi) penyebab kematian tiga harimau tersebut" tutur Sofyan.
Catatan investigasi Media Indonesia, kawasan barat Selatan Aceh, di antaranya Kabupaten Aceh Barat, Aceh Selatan, Aceh Singkil dan Kabupaten Subulussalam, paling sering terjadi konflik harimau dengan warga sekitar hutan. Apalagi banyak areal hutan yamg sebelumnya terotorial habitat harimau liar, sekarang sudah rusak karena pembukaan lahan kelapa sawit milik perusahan besar, perkebunan warga, dan peralihan lahan ilegal lainnya.
Lalu ada juga laju kepunahan harimau liar di kawasan provinsi paling ujung barat Indonesia itu, karena perburuan liar. Itu dilakukan warga lokal Aceh bekerja sama dengan pihak luar dan dipasarkan ke pasar gelap. Hal ini sering terjadi di Provinsi Aceh bagian Utara, Tengah dan Tenggara hingga perbatasan Sumatera Utara.
Aceh: Sebanyak tiga ekor
harimau Sumatra (
Panthera Tigris Sumatrae) ditemukan tewas di hutan Desa Buboh, Kecamatan Meukek, Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh, karena terperangkap jeratan, pada Selasa, 24 Agustus 2021. Tiga harimau itu terdiri dari satu induk harimau betina dan dua anaknya.
Hewan yang diambang kepunahan ittu ditemukan dalam kondisi mati dan mulai membusuk. Pada tubuh hewan tersebut ditemukan luka bekas lilitan kawat di bagian leher dan kaki.
Menindak lanjuti laporan masyarakat, tim BKSDA (Balai Konservasi Sumberdaya Alam) bersama petugas dinas kehutanan Aceh, pada Rabu, 25 Agustus 2021, turun ke lokasi. Berdasarkan penelusuran yang dikumpulkan
Media Indonesia, Kamis, 26 Agustus, induk harimau saat ditemukan dalam kondisi terjerat di leher dan kaki kiri belakang. Lalu kaki kiri depan sudah membusuk dan keluar bau tidak sedap.
Kemudian, satu anaknya masik kecil terbujur dekat induk juga terjerat pada leher. Ke empat kakinya masih utuh. Pada bagian kelaminnya sudah membusuk sehinggah tidak diketahui lagi apakah jantan atau betina. Adapun satu jasad anak harimau lainnya tergeletak sekitar lima meter dari induk. Si anak ini terkena dua jeratan, yakni pada kaki kiri depan dan kaki kiri belakang.
Baca: Kronologis Pembunuhan Gajah di Aceh
Kepala BKSDA Seksi Regional II di Subulusalam, Safyan Hadi, mengatakan pihaknya bersama petugas medis dan pihak kepolisian langsung melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) untuk keperluan penanganan lebih lanjut.
"Tim medis melalukan olah TKP dan nekropsi (investigasi medis untuk mengidentivikasi) penyebab kematian tiga harimau tersebut" tutur Sofyan.
Catatan investigasi
Media Indonesia, kawasan barat Selatan Aceh, di antaranya Kabupaten Aceh Barat, Aceh Selatan, Aceh Singkil dan Kabupaten Subulussalam, paling sering terjadi konflik harimau dengan warga sekitar hutan. Apalagi banyak areal hutan yamg sebelumnya terotorial habitat harimau liar, sekarang sudah rusak karena pembukaan lahan kelapa sawit milik perusahan besar, perkebunan warga, dan peralihan lahan ilegal lainnya.
Lalu ada juga laju kepunahan harimau liar di kawasan provinsi paling ujung barat Indonesia itu, karena perburuan liar. Itu dilakukan warga lokal Aceh bekerja sama dengan pihak luar dan dipasarkan ke pasar gelap. Hal ini sering terjadi di Provinsi Aceh bagian Utara, Tengah dan Tenggara hingga perbatasan Sumatera Utara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)