Jakarta: Bocah kelas 6 SD di Kota Cirebon berinisial ARP, 13, mengalami depresi setelah handphone yang dibeli dari hasil menabung dijual oleh ibunya untuk kebutuhan sehari-hari.
Tak hanya depresi, ARP bahkan terus mengamuk hingga akhirnya memilih putus sekolah sejak Agustus 2023 lalu. Kisah ARP ini lantas mengundang perhatian dari pihak sekolah dan Dinas Pendidikan Kota Cirebon.
Oleh karena itu, mereka langsung mendatangi rumah orang tua bocah tersebut yang terletak di Kampung Gunung Sari Bedeng, Kelurahan Pekiringan, Kecamatan Kesambi.
Ibu ARP yang bernama Siti Anita, 48, mengatakan anaknya sudah 10 bulan depresi dan kerap kali membuat ulah baik di rumah maupun di lingkungannya. Perubahan sikap anak pertama dari tiga bersaudara itu terjadi setelah handphone hasil menabungnya sendiri dijual oleh sang ibu.
Baca juga: Pelaku Pembunuhan Jasad dalam Lemari Ditangkap saat Nongkrong
Meski sang ibu sudah meminta izin dan berjanji menggantinya jika mendapat rezeki, namun ARP ternyata memendam kesedihan hingga membuatnya kehilangan ketenangan.
ARP juga bahkan kerap kabur dari rumah hingga membuat ibunya yang seorang diri merawatnya kewalahan dan panik.
“Awalnya sih sering ngelamun, karena saya merawat tiga anak jadi gak bisa mantau. Dia sering ngamuk karena HP-nya saya jual. Sebenarnya, anaknya tidak nakal. Tapi mungkin kesel HP-nya saya jual,” kata Siti Anita.
Anita juga mengaku alasan dirinya menjual handphone anaknya itu karena faktor ekonomi lantaran sudah 8 bulan tak ada kabar dari suaminya yang bekerja sebagai buruh serabutan atau kuli di luar kota.
“Saya bingung karena tidak ada uang buat makan. Suami saya sudah 8 bulan tidak ada kabar,” lanjutnya.
Baca juga: Viral Kericuhan Pelajar di Umbulharjo, 7 Siswa Diamankan Polisi
Melihat kondisi anaknya seperti itu, Anita kemudian berinisiatif meruqyah namun tidak kunjung mendapatkan hasil positif.
Anita juga membawa anaknya berobat secara medis dan dinyatakan mengalami depresi. Namun hingga kini kondisi ARP tidak kunjung membaik karena terbentur masalah ekonomi untuk membawa berobat sang anak secara rutin.
Anita berharap kondisi anaknya bisa kembali normal dan bisa sekolah seperti anak lainnya.
"Saya kepingin anak saya ini bisa kembali lagi kayak dulu," ucapnya.
Jakarta: Bocah kelas 6 SD di Kota
Cirebon berinisial ARP, 13, mengalami depresi setelah handphone yang dibeli dari hasil menabung dijual oleh ibunya untuk kebutuhan sehari-hari.
Tak hanya depresi,
ARP bahkan terus mengamuk hingga akhirnya memilih putus sekolah sejak Agustus 2023 lalu. Kisah ARP ini lantas mengundang perhatian dari pihak sekolah dan Dinas Pendidikan Kota Cirebon.
Oleh karena itu, mereka langsung mendatangi rumah orang tua bocah tersebut yang terletak di Kampung Gunung Sari Bedeng, Kelurahan Pekiringan, Kecamatan Kesambi.
Ibu ARP yang bernama Siti Anita, 48, mengatakan anaknya sudah 10 bulan depresi dan kerap kali membuat ulah baik di rumah maupun di lingkungannya. Perubahan sikap anak pertama dari tiga bersaudara itu terjadi setelah handphone hasil menabungnya sendiri dijual oleh sang ibu.
Meski sang ibu sudah meminta izin dan berjanji menggantinya jika mendapat rezeki, namun ARP ternyata memendam kesedihan hingga membuatnya kehilangan ketenangan.
ARP juga bahkan kerap kabur dari rumah hingga membuat ibunya yang seorang diri merawatnya kewalahan dan panik.
“Awalnya sih sering ngelamun, karena saya merawat tiga anak jadi gak bisa mantau. Dia sering ngamuk karena HP-nya saya jual. Sebenarnya, anaknya tidak nakal. Tapi mungkin kesel HP-nya saya jual,” kata Siti Anita.
Anita juga mengaku alasan dirinya menjual handphone anaknya itu karena faktor ekonomi lantaran sudah 8 bulan tak ada kabar dari suaminya yang bekerja sebagai buruh serabutan atau kuli di luar kota.
“Saya bingung karena tidak ada uang buat makan. Suami saya sudah 8 bulan tidak ada kabar,” lanjutnya.
Melihat kondisi anaknya seperti itu, Anita kemudian berinisiatif meruqyah namun tidak kunjung mendapatkan hasil positif.
Anita juga membawa anaknya berobat secara medis dan dinyatakan mengalami depresi. Namun hingga kini kondisi ARP tidak kunjung membaik karena terbentur masalah ekonomi untuk membawa berobat sang anak secara rutin.
Anita berharap kondisi anaknya bisa kembali normal dan bisa sekolah seperti anak lainnya.
"Saya kepingin anak saya ini bisa kembali lagi kayak dulu," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)