Gunungkidul: Kasus antraks yang menyebabkan 15 ternak mati dan diduga menjangkiti 23 warga sudah masuk kategori darurat. Sekretaris Daerah Kabupaten Gunungkidul, Drajad Ruswandono, menilai kondisi itu perlu ditangani segera agar tidak meluas.
"Lokasi paparan (antraks) ada empat lokasi. Di Desa Gombang (Kecamatan Ponjong) ada dua titik (lokasi penularan)," kata Drajad saat dihubungi, Kamis, 3 Februari 2022.
Baca: Ini Strategi Pemkot Surabaya Cegah Omicron
Dia mengatakan kedaruratan dalam kasus antraks ini disebabkan bakteri tersebut bisa bertahan puluhan tahun. Selain itu potensi penyebaran dan penularannya sudah bertambah.
Drajad menilai langkah sterilisasi dan vaksinasi ternak di sekitar lokasi penyebaran antraks menjadi langkah yang perlu segera dilakukan. Di sisi lain, pengawasan ketat lalu lintas ternak di Kecamatan Ponjong dan Gedangsari juga dilakukan.
Ia juga menyoroti tradisi brandu yang jadi salah satu penyebab penyebaran antraks. Brandu merupakan salah satu tradisi menyembelih ternak dan menjual dagingnya secara murah ke tetangga.
Yang disesalkan yakni daging sapi yang dagingnya dibagikan beberapa bulan lalu mati diduga akibat antraks.
"(Menghilangkan) tradisi brandu ini jadi kunci agar antraks tidak menyebar luas di daerah lain," ungkap mantan Sekretaris DPRD DIY ini.
Selain itu, ia melanjutkan, pemerintah setempat menyiapkan skema kompensasi kepada warga yang ternaknya mati akibat antraks. Langkah itu dinilai jadi proses menghilangkan tradisi brandu. Langkah itu telah diupayakan mulai 2019 namun terkendala payung hukum.
"Yang diperlukan sekarang penanganan yang cepat. Kami diapkan Perbup (peraturan Bupati). Ini masih dalam proses penyusunan," ujarnya.
Gunungkidul: Kasus
antraks yang menyebabkan 15 ternak mati dan diduga menjangkiti 23 warga sudah masuk kategori darurat. Sekretaris Daerah Kabupaten Gunungkidul, Drajad Ruswandono, menilai kondisi itu perlu ditangani segera agar tidak meluas.
"Lokasi paparan (antraks) ada empat lokasi. Di Desa Gombang (Kecamatan Ponjong) ada dua titik (lokasi penularan)," kata Drajad saat dihubungi, Kamis, 3 Februari 2022.
Baca:
Ini Strategi Pemkot Surabaya Cegah Omicron
Dia mengatakan kedaruratan dalam kasus antraks ini disebabkan bakteri tersebut bisa bertahan puluhan tahun. Selain itu potensi penyebaran dan penularannya sudah bertambah.
Drajad menilai langkah sterilisasi dan vaksinasi ternak di sekitar lokasi penyebaran antraks menjadi langkah yang perlu segera dilakukan. Di sisi lain, pengawasan ketat lalu lintas ternak di Kecamatan Ponjong dan Gedangsari juga dilakukan.
Ia juga menyoroti tradisi brandu yang jadi salah satu penyebab penyebaran antraks. Brandu merupakan salah satu tradisi menyembelih ternak dan menjual dagingnya secara murah ke tetangga.
Yang disesalkan yakni daging sapi yang dagingnya dibagikan beberapa bulan lalu mati diduga akibat antraks.
"(Menghilangkan) tradisi brandu ini jadi kunci agar antraks tidak menyebar luas di daerah lain," ungkap mantan Sekretaris DPRD DIY ini.
Selain itu, ia melanjutkan, pemerintah setempat menyiapkan skema kompensasi kepada warga yang ternaknya mati akibat antraks. Langkah itu dinilai jadi proses menghilangkan tradisi brandu. Langkah itu telah diupayakan mulai 2019 namun terkendala payung hukum.
"Yang diperlukan sekarang penanganan yang cepat. Kami diapkan Perbup (peraturan Bupati). Ini masih dalam proses penyusunan," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)