Peringatan 25 tahun Reformasi Aliansi Demokrasi Rakyat di Jakarta, Minggu, 21 Mei 2023. Istimewa
Peringatan 25 tahun Reformasi Aliansi Demokrasi Rakyat di Jakarta, Minggu, 21 Mei 2023. Istimewa

Momentum 25 Tahun Reformasi, Jangan Ada Kekuasaan Absolut

Whisnu Mardiansyah • 21 Mei 2023 21:00
Jakarta: Usia reformasi yang baru 25 tahun menghadapi tantangan yang kompleks. Tantangan terberat adalah menjaga demokrasi untuk menghindari kekuasaan yang absolut. 
 
"Tidak boleh ada presiden lebih dari dua periode, meskipun ada yang mencintainya," kata  Sekjen Aliansi Demokrasi Rakyat (Aldera) Pius Lustrilanang dalam peringatan 25 Tahun Reformasi di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Minggu, 21 Mei 2023. 
 
Pius menceritakan peristiwa 25 tahun silam. Di mana ketika itu ribuan mahasiswa menduduki gedung DPR/MPR untuk memperjuangkan demokrasi. 

"Dahulu mereka (mahasiswa) berjuang tanpa takut untuk memperjuangkan demokrasi. Hari ini semua bisa menikmati demokrasi. Hari ini partai lebih dari tiga," kata Pius. 
 
Warisan dan berkah reformasi adalah kini masyarakat bebas memilih pemimpin. Semua warga negara memiliki hak dan kesempatan yang sama dipilih dan memilih. 
 
"Hari ini semua bisa memilih bebas calon presiden. Hari ini kita tidak bicara partai tidak bicara capres. Hari kita bicara tentang mempertahankan demokrasi. Hari ini di tempat wakil rakyat yang memperjuangkan rakyat ini kita perjuangkan kembali demokrasi," sambung Pius. 
 
Baca: 25 Tahun Reformasi, Keadilan Penegakan Hukum Dinilai Masih Menjadi PR

Kata Pius menjaga demokrasi adalah tugas bersama. Demokrasi tanpa kekuasaan yang absolut sudah menjadi kesepakatan bersama. Sehingga tidak ada kompromi demokrasi diutak-atik agar tidak terulang kembali lahirnya penguasa yang otoriter dan absolut. 
 
"Hari ini 72 persen masyarakat menolak tiga periode dan penundaan pemilu. Kita menolak kekuasaan absolut. Kita belajar ke presiden di masa lalu dipaksa mundur, di masa depan tidak," tegasnya. 
 
Di peringatan 25 tahun reformasi, 25 ribu massa Aldera dan Roemah Djoeang melakukan long march ke Gedung DPR/MPR, Jakarta. 
 
Tepat pukul 06.30 WIB, Sekjen Aldera Pius Lustrilanang melepas massa yang berkumpul di lapangan bola Gedung DPR/MPR untuk mulai bergerak jalan santai sekaligus napak tilas peristiwa unjuk rasa terbesar yang dilakukan elemen mahasiswa di Gedung DPR/MPR 21 Mei 1998 lalu. 
 
Keluar dari pintu belakang DPR, massa Aldera melintasi Jalan Lapangan Tembak menuju Jalan Gerbang Pemuda kemudian masuk kembali ke dalam Gedung DPR/MPR melalui Jalan Gatot Subroto. 
 
Para aktivis Aldera dan Roemah Djoeang turut serta dalam kegiatan Jalan Santa 25 Tahun Reformasi bertajuk 'Reformasi Memanggil' ini. Setibanya di dalam kawasan DPR/MPR, Pius dan massa Aldera memenuhi anak tangga Gedung Kura-kura dan berfoto bersama. 
 
Seperti halnya mahasiswa yang berjuang menumbangkan rezim Presiden Soeharto di tahun 1998. Selama long march hingga foto bersama di Gedung DPR/MPR, massa terus meneriakkan tiga jargon yaitu tolak tiga periode, konstitusi harga mati dan jaga demokrasi.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan