Kera ini bahkan tak segan mendatangi setiap relawan ataupun pekerja proyek jembatan untuk meminta makan. Saat para relawan memberikan nasi bungkus sisa dan air mineral di atas bukit, mereka langsung turun dan terlihat lahap memakannya.
"Mereka turun gunung bukan untuk mengganggu, melainkan mencari sisa makanan. Mereka terlihat kelaparan, "ujar Isman, salah satu relawan di Lumajang, Senin, 27 Desember 2021.
Selama ini, kawasan perbukitan piket nol, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Lumajang memang merupakan salah satu kawasan hutan yang banyak dihuni satwa endemik Semeru, mulai burung hingga kera.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Baca: Jambatan Amblas Putus Akses Jalan Penghubung Magetan-Madiun
Awan panas guguran yang keluar dari Gunung Semeru pada 4 Desember lalu, memakan banyak korban termasuk satwa liar. Meski banyak yang selamat namun kini mulai kesulitan mendapatkan makanan.
Kepala Bidang II Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Khairul menjelaskan, selain kera atau macaca, sejumlah satwa endemik juga terdampak awan panas, yakni landak Jawa.
"Kami belum bisa mengkonfirmasi jumlah dan jenis satwa apa saja yang terdampak. Sebab, pihak TNBTS belum bisa mengakses kawasan Gunung Semeru karena material vulkanik masih cukup panas, " ujarnya.