Monumen Jogja Kembali, pengingat peristiwa gempa bumi besar di Yogyakarta pada 2006. (ANTARA/Hendra Nurdiyansyah)
Monumen Jogja Kembali, pengingat peristiwa gempa bumi besar di Yogyakarta pada 2006. (ANTARA/Hendra Nurdiyansyah)

Gempa Bantul Gugah Memori Warga

Media Indonesia.com • 02 Juli 2023 06:45
Jakarta: Guncangan gempa yang terjadi pada Jumat malam, 30 Juni 2023, membuat panik warga Bantul dan sekitarnya.
 
Gempa bumi berkekuatan 6 magnitudo yang terjadi pukul 19.57WIB tersebut pun mengingatkan sebagian warga Bantul akan gempa 2006 silam yang mengakibatkan ribuan orang meninggal dunia. Pasalnya, kekuatan gempa tersebut hampir sama.
 
Pada 2006, kekuatan gempa tercatat 5,9 skala Richter atau 6,2 magnitudo. Namun, perbedaannya terletak pada lokasi pusat gempa. Jika lokasi pusat gempa pada 2006 berada di darat, gempa yang terjadi pada Jumat malam kemarin berpusat di laut.

Data sementara dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga Sabtu, 1 Juli 2023, pukul 14.00 WIB, korban luka-luka 22 orang dan meninggal dunia 1 orang.
 
Korban meninggal dunia adalah seorang nenek bernama Sudirah berusia 67 tahun. Nenek tersebut tinggal di Mulyodadi, Bambanglipuro, Bantul.
 
Panewu Bambanglipuro, Tri Manora menceritakan, Sudirah sedang berbaring di tempat tidur ketika gempa terjadi. Usai gempa reda, suaminya mencari sang istri masih berada di kamar.
 
"Diduga, (Sudirah) kaget saat hendak bangun dari tempat tidur," terang Tri.
 
Baca juga: Gempa Bantul, Kemenkes Siagakan PSC

Sudirah pun kemudian meninggal dunia sekitar pukul 21.00 WIB di rumahnya. Dari pengakuan beberapa orang, mereka teringat gempa 2006.
 
"Gempanya kuat, (rasanya) seperti 2006," terang Windarti warga Piyungan.
 
Sultan Hamengku Bowono X langsung merespons gempa yang terjadi dengan mengunjungi lokasi terdampak gempa. Sri Sultan menegaskan, masing-masing kabupaten terdampak bencana dapat menggunakan dana darurat dalam merespons dampak gempa.
 
Pemda DIY pun siap akan membantu apabila pemerintah kabupaten masih kekurangan. Sri Sultan menyebut, dampak gempa relatif berkategori ringan.
 
"Hanya jumlahnya yang paling banyak di Gunungkidul," terang dia sebelum berangkat ke lokasi terdampak gempa bumi, Sabtu pagi.
 
Dari data sementara BPBD per Sabtu, 1 Juli 2023, pukul 14.00 WIB, kerusakan infrastruktur total 206 unit, yang terdiri Gunungkidul 141 unit, Bantul 40 unit, Kulonprogo 20 unit, Sleman 4 unit, dan Kota Yogyakarta 1 unit.
 
Baca juga: Rusak Akibat Gempa, Taman Budaya Gunungkidul Ditutup Sementara

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono menyampaikan, Bantul, DIY merupakan kawasan seismik aktif dan kompleks karena terletak pada jalur sumber gempa sesar aktif, yaitu Sesar Opak yang memiliki potensi M6,6.  Selain itu, Bantul juga berdekatan dengan jalur sumber gempa Megathrust Segmen Jawa Tengah dan Jawa Barat dengan potensi Mw8,7.
 
"Berdasarkan peta seismisitas Pulau Jawa dan sekitarnya tampak bahwa sumber gempa Megathrust Selatan Jawa dan Sesar Opak tampak sangat aktif memicu Gempa Dangkal dalam berbagai variasi magnitudo dan kedalaman," jelas dia di akun media sosialnya, Sabtu.
 
Sebelumnya, Daryono pernah mengingatkan kepada masyarakat DIY, terutama di Bantul, diimbau untuk membuat bangunan yang tahan gempa. Kerusakan akibat gempa tidak hanya disebabkan besarnya magnitudo dan kedekatan dengan pusat gempa, tetapi juga sifat tanah lunak juga menjadi penyebabnya.
 
"Tanah di Bantul ini (sebelah Barat Sesar Opak), gembur, lunak, berpasir, dan tanahnya dangkal. Itu berpotensi mengamplifikasi guncangan," kata dia dalam konferensi Pers Gladi Ruang Tabletop Exercise (TTX) Nasional di Bantul, Rabu, 21 Juni 2023,
 
"Bantul adalah kota yang berdiri di atas agar-agar, city of jello. Ketika terjadi goncangan, tanahnya akan kocak," lanjut dia.
 
Oleh sebab itu, ia pun menegaskan, pentingnya membuat bangunan yang berstruktur kuat tahan gempa yang mengacu pada building code di Bantul. Jika masyarakat belum mampu membuat bangunan itu, ia mengimbau masyarakat agar membuat bangunan dengan material ringan, seperti bambu atau kayu yang didisain secara menarik.
 
"Jangan membuat rumah asal bangun. Asal punya batako kemudian dipasang. Itu kan berat dan rentan," kata dia. Padahal, risiko yang paling fatal ketika terjadi gempa bumi adalah kerubuhan bangunan.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan