Airlangga pun meminta Jusuf tetap melanjutkan pembangunan masjid bergaya oriental tersebut sesuai rencana. Jusuf mengaku saat itu, dalam hati ia memuji keberanian Airlangga.
"Ternyata, setelah diresmikan pada 8 April, enggak ada tuh yang protes, enggak ada tuh yang nyinyir, enggak ada juga yang ngebully. Malah semua bersyukur, karena semua orang pengguna jalan yang mau ke Jakarta, kadangkala waktunya solat, berhenti di sini, memanfaatkan masjid ini. WC-nya bersih, tempat wudunya bersih, tangganya pun juga berbeda, ada tangga buat pria, tangga buat wanita," tutur Jusuf.

Jusuf juga menceritakan, kalau dana yang diberikan Airlangga untuk mengganti biaya pembangunan masjid berlebih. Namun Airlangga meminta Jusuf mempergunakannya untuk membangun warung pojok halal di dekat masjid.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
" Jadi warung pojok halal itu duit dari pak Airlangga. Bikinin warung supaya orang yang main ke sini bisa ada tempat makan dan minumnya, biar enggak jauh-jauh," ujarnya.
Airlangga meyakinkan Jusuf Hamka bahwa masjid tersebut bisa menjadi tempat wisata religi. Karena saat menjadi anggota DPR, Airlangga berasal dari Dapil Bogor, sehingga tahu kalau hal itu akan disukai warga Bogor dan sekitarnya.
"Eh, bener. Alhamdulillah, ini tempat jadi wisata religi. Sabtu-Minggu rame di sini. Orang pada selfie, foto-toto, akhirnya cari makanan-minuman di sini," ujarnya. Namun karena PPKM, masyarakat akhirnya masih dilarang untuk berkumpul-kumpul.
Mengenai nama Masjid Jami Tine Tang, Jusuf Hamka mengatakan awalnya masjid tersebut akan dinamai Masjid Babah Alun ke-4, "Tapi karena sudah diakuisisi ceritanya, ya tergantung Pak Airlangga dong mau namain apa," ujarnya.
Waktu itu Airlangga menuliskan nama Tine Tang. Jusuf awalnya tidak bertanya lebih jauh perihal nama tersebut. "Tapi karena banyak yang bisik-bisik nanya, akhirnya saya tanya sama Pak Airlangga. Ternyata Tine itu dari nama Ibu Hartini yang waktu kecil dipanggil Tine, dan Tang itu dari nama panggilan kecil Pak Hartarto," tutur Jusuf.
Jusuf menerangkan, di kalangan Tionghoa jika disambungkan dan dibaca Tine Tang artinya Pintu Surga atau Rumah Tuhan.
"Akhirnya sepakatlah namanya Masjid Jami Tine Tang. Jadi kalau orang China bilang, Masjid Jami Tien Tang, gitu," ujar Jusuf.