Awan panas Gunung Merapi. (ANTARA/HO/twitter BPPTKG)
Awan panas Gunung Merapi. (ANTARA/HO/twitter BPPTKG)

Material Gunung Merapi yang Terlontar Mengurangi Potensi Erupsi Besar

Ahmad Mustaqim • 29 Januari 2021 20:05
Yogyakarta: Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) memperkirakan, terlontarnya sebagian material saat keluar dari perut Gunung Merapi bisa mengurangi potensi erupsi besar. Meskipun, hal itu bukan menjadi jaminan.
 
"Ini akan mengurangi risiko (erupsi besar) yang ada, meski harus ada pengaruhi faktor lain," kata Kepala BPPTKG, Hanik Humaida dalam konferensi pers daring perkembangan aktivitas Gunung Merapi, Jumat, 29 Januari 2021.
 
Salah satu faktor itu yakni dari internal aktivitas vulkanis gunung tersebut. Dari aspek pertumbuhan kubah lava, volumenya pada 21 Januari sebesar 104 ribu meter kubik. Laju pertumbuhan kubah lava saat itu 8,6 ribu meter kubik per hari.

Dalam pengamatan terakhir BPPTKG dengan pengambilan gambar memakai pesawat tanpa awak, volume kubah lava sebesar 156.000 meter kubik. Di sisi lain, ada endapan kubah lava sebesar 262.654 meter kubik.
 
"Total volume kubah lava 418.654 meter kubik. Rata-rata laju pertumbuhan kubah lava 24.000 meter kubik per hari," ujar Hanik.
 
Baca: Gunung Merapi Masih Mengeluarkan Awan Panas
 
Laju pertumbuhan kubah lava masih kecil dibanding periode erupsi besar 2010, 2.160.000 meter kubik per hari. Saat itu, total volume kubah lava yang dikeluarkan diperkirakan mencapai 5 juta meter kubik. Sementara, periode erupsi 2006 laju pertumbuhan kubah lava dengan kisaran 70.000 hingga 150.000 meter kubik per hari. 
 
Saat ini, pertumbuhan kubah lava bersumber dari material 1997. Sebagian magma yang keluar inilah yang kemudian keluar dan langsung meluncur menjadi lava pijar. Sementara, sebagian lagi tertampung di puncak menjadi kubah lava.
 
"Faktor internal harus diperhatikan. Berdasarkan data-data nanti akan terbaca," ungkapnya.
 
Hanik juga menyampaikan, pihaknya saat ini konsentrasi mengamati guguran yang fluktuatif. Erupsi Gunung Merapi sejak 24 Januari lalu memang terjadi peningkatan. Puncaknya, pada 27 Januari terjadi 36 kali guguran awan panas. Jarak luncurnya ada yang mencapai lebih dari tiga kilometer di sektor barat daya.
 
Adapun di sektor tenggara, perubahan morfologi gunung tersebut tak terlihat.Ia menyatakan, risiko bahaya guguran awan panas dan lava pijar masih di sektor sungai Boyong, Kuning, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.
 
"Jarak luncur ancaman bahaya masih pada lima kilometer dari puncak. Di luar daerah potensi bahaya ini masih bisa digunakan untuk beraktivitas," katanya. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan