Konferensi pers/Dok. RSSA Malang
Konferensi pers/Dok. RSSA Malang

Kasus DBD Kota Malang Meningkat, 2 Pasien Anak di RSSA Meninggal

Daviq Umar Al Faruq • 04 April 2024 16:27
Malang: Kasus demam berdarah dengue (DBD) yang dirawat di RSUD Dr Saiful Anwar (RSSA), Kota Malang, Jawa Timur, tercatat mengalami peningkatan selama tiga bulan awal pada 2024. Bahkan ada dua pasien anak kasus DBD yang tidak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia.
 
Dokter spesialis anak RSSA Malang, dr Irene Ratridewi, menyatakan, pada Januari 2024, total ada 24 pasien DBD yang dirawat di RSSA Malang. Selanjutnya pada Februari 2024, jumlah pasien DBD di RSSA Malang meningkat menjadi ada 42 pasien.
 
"Angka kejadian makin meningkat dari tiga bulan terakhir. Dan sebagian besar pasien adalah pasien rujukan," kata Irene dalam keterangan resmi, Kamis 4 April 2024.

Irene menambahkan, pada Maret 2024, jumlah pasien DBD yang dirawat di RSSA Malang kembali meningkat menjadi 52 pasien. Dari keseluruhan pasien yang dirawat pada Maret, 44 diantaranya adalah pasien anak. 
 
"Artinya anak-anak adalah porsi yang terbesar. Dan untuk pasien anak pada bulan Maret itu meningkat tiga kali lipat dari bulan Februari," tambah Irene.
 
Baca: Kasus DBD Klaten Naik Drastis, 14 Pasien Meninggal Dunia

Irene menerangkan bahwa masyarakat perlu mengenali tanda-tanda atau gejala pada kasus DBD. demam berdarah ini. Jika mengalami demam tinggi mendadak secara terus menerus, kemudian hanya turun sebentar, terutama pada hari pertama, kedua dan ketiga, maka masyarakat diminta untuk segera berobat ke fasilitas kesehatan yang memadai. 
 
"Memadai dalam artian mampu melakukan pemeriksaan darah sederhana. Kemudian apabila dalam pengamatan di rumah suhu badan mulai turun pada hari keempat, kelima dan keenam itu adalah fase kritis atau harus diwaspadai," tutur Irene.
 
Ia menambahkan, tanda awal pada fase kritis yang harus diwaspadai adalah ketika pada hari keempat, kelima dan keenam suhu tubuh turun, nyeri perut, mual dan muntah terus menerus dan ada perburukan. Selanjutnya nafsu makan dan minum terus menurun, pasien gelisah atau tidur terus dan produksi kencing juga menurun.
 
Sementara itu, dr Kurniawan Taufiq Kadafi, dokter spesialis yang menangani kasus DBD pasien anak pada kondisi kegawatan di RSSA Malang, mengungkapkan bahwa dari 44 kasus anak tersebut, ada 23 kasus yang termasuk kasus berat.  
 
Rinciannya yaitu delapan kasus di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) dan 15 kasus yang berpotensi menimbulkan perburukan. Selebihnya ada 21 kasus yang sifatnya masih memerlukan observasi lebih lanjut.
 
"Kasus pasien DBD anak di PICU merupakan kasus-kasus yang keadaannya kritis. Sebagian besar didominasi oleh kasus pasien yang mengalami syok atau kebocoran dari pembuluh darah yang sifatnya masif atau kebocoran hebat," jelasnya.
 
"Dan secara umum yang bisa diselamatkan adalah yang penanganan syoknya atau penanganan kebocoran pembuluh darahnya tidak terlambat," imbuhnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan