Yogyakarta: Pakar vulkanologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Wahyudi menyebutkan faktor yang memengaruhi dampak besar erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur. Salah satunya curah hujan yang menjadi pemicu dari ketidakstabilan kubah lava di gunung tersebut.
"Hal itu mengakibatkan awan panas dan longsoran awan panas yang jarak luncurnya jauh," kata Wahyudi di UGM, Senin, 6 Desember 2021.
Ia mengatakan, prediksi luncuran material awan panas maupun lava semula sejauh 5 kilometer. Akan tetap, pada erupsi kemarin luncuran materialnya meluas di luar prediksi.
"Prediksinya (luncuran material erupsi) 5 kilometer, sehibgga masyarakat yang ada di luar daerah 5 kilometer kurang siap merespon luncuran awan panas tersebut," katanya.
Baca: Tanggul Dekat Posko Pengungsian Erupsi Semeru di Lumajang Jebol
Data sementara, ada sebanyak 15 warga meninggal akibat erupsi tersebut. Sejumlah orang juga dilaporkan belum ditemukan.
Sebenarnya, ia melanjutkan, sudah ada peringatan dini saat aktivitas Gunung Semeru meningkat. Hanya saja, luncuran material saat terjadi erupsi melebihi dari perkiraan. Menurut dia, gunung berapi dalam situasi demikian sulit diprediksi.
Wahyudi mengungkapkan, biasanya gunung api dalam waktu yang cukup lama tidak terjadi aktivitas harus diwaspadai. Sebab, kata dia, gunung tersebut dimungkinkan mengumpulkan energi.
"Erupsi berikutnya biasanya besar. Gunung-gunung lain juga seperti itu," ujarnya.
Ia menambahkan, besaran volume lava dan gas juga memengaruhi luncuran material. Di sisi lain, titik lokasi luncuran juga menjadi penentu besar tidaknya dampak erupsi.
"Kalai (luncuran material) mengarah ke satu aliran, intensitasnya akan banyak di situ. Kalau tersebar di banyak arah, jarak luncurnya menjadi tidak terlalu jauh," ungkapnya.
Yogyakarta: Pakar vulkanologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Wahyudi menyebutkan faktor yang memengaruhi dampak besar erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur. Salah satunya curah hujan yang menjadi pemicu dari ketidakstabilan kubah lava di gunung tersebut.
"Hal itu mengakibatkan awan panas dan longsoran awan panas yang jarak luncurnya jauh," kata Wahyudi di UGM, Senin, 6 Desember 2021.
Ia mengatakan, prediksi luncuran material awan panas maupun lava semula sejauh 5 kilometer. Akan tetap, pada erupsi kemarin luncuran materialnya meluas di luar prediksi.
"Prediksinya (luncuran material erupsi) 5 kilometer, sehibgga masyarakat yang ada di luar daerah 5 kilometer kurang siap merespon luncuran awan panas tersebut," katanya.
Baca: Tanggul Dekat Posko Pengungsian Erupsi Semeru di Lumajang Jebol
Data sementara, ada sebanyak 15 warga meninggal akibat erupsi tersebut. Sejumlah orang juga dilaporkan belum ditemukan.
Sebenarnya, ia melanjutkan, sudah ada peringatan dini saat aktivitas Gunung Semeru meningkat. Hanya saja, luncuran material saat terjadi erupsi melebihi dari perkiraan. Menurut dia, gunung berapi dalam situasi demikian sulit diprediksi.
Wahyudi mengungkapkan, biasanya gunung api dalam waktu yang cukup lama tidak terjadi aktivitas harus diwaspadai. Sebab, kata dia, gunung tersebut dimungkinkan mengumpulkan energi.
"Erupsi berikutnya biasanya besar. Gunung-gunung lain juga seperti itu," ujarnya.
Ia menambahkan, besaran volume lava dan gas juga memengaruhi luncuran material. Di sisi lain, titik lokasi luncuran juga menjadi penentu besar tidaknya dampak erupsi.
"Kalai (luncuran material) mengarah ke satu aliran, intensitasnya akan banyak di situ. Kalau tersebar di banyak arah, jarak luncurnya menjadi tidak terlalu jauh," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)