Bantul: Kepala Bidang Kedaruratan Logistik dan Peralatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Antoni Hutagaol menyatakan butuh solusi jangka panjang untuk menangani kekeringan di wilayahnya. Meskipun, ada sejumlah tantangan yang perlu dijawab.
"Ini perlu kerja sama dengan banyak pihak memikirkan solusi jangka panjang," kata Antoni dihubungi, Jumat, 8 September 2023.
Ia mengatakan salah satu solusinya membuat sumur bor untuk masyarakat. Akan tetapi, pembuatan sumur bor ini perlu koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum setelah dan sejumlah pihak, termasuk pemerintah desa.
Selain itu, pengeboran juga diperkirakan memerlukan biaya besar. Lalu, menurut dia, hal yang paling penting memastikan lokasi itu terdapat sumber air.
"Iki saya kira perlu menggandeng perguruan tinggi untuk mengkaji di mana ada sumber air. Kadang, ada sumber air di daerah ini tapi ternyata sebelahnya tidak ada. Kondisinya jadi agak sulit sejak gempa 2006," katanya.
Antoni menyebut Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) bisa jadi solusi lain. Program ini dilakukan untuk daerah yang memiliki potensi sumber air namun belum termaksimalkan.
"Saya kira yang diperlukan kan untuk daerah yang secara spesifik kekeringan saat kemarau. Karena selama ini daerah langganan (kekurangan air saat kemarau) daerahnya itu-itu saja," kata dia.
Wilayah langganan kekurangan air bersih di Kabupaten Bantul saat kemarau, yakni Kecamatan Dlingo, Imogiri, Kasihan, Pleret, Pajangan, Piyungan, Pundong. Bila dua hal di atas sulit, ia mengatakan, bisa dilakukan penanaman pepohonan di dekat sumber mata air di masing-masing wilayah. Pemulihan kondisi lingkungan bisa jadi upaya untuk menjaga sumber mata air.
"Bisa juga memanen air hujan, tapi masyarakat harus punya penampungan khusus. Ini penting, misalnya, saat mendapat bantuan air bisa ada tempatnya juga. Tidak mungkin petugas harus datang ke masing-masing rumah saat melakukan dropping air," ungkap dia.
Sebelumnya, Kabupaten Bantul memperpanjang masa siaga darurat kekeringan hingga 30 November 2023. Perpanjangan ini menjadi yang kedua setelah status sebelumnya ditetapkan melalui SK Bupati Bantul Nomor 312/2023 tentang Status Siaga Darurat Bencana Kekeringan 2023 yang berlaku 6 Juli hingga 3 September.
BPBD Kabupaten Bantul mencatat sampai 4 September, 960 ribu liter air sudah didistribusikan ke masyarakat di 16 dusun, 12 desa, dan 7 kecamatan. Jika dirinci, bantuan air bersih itu telah disistribusikan kepada 1.913 KK dengan jumlah 7.774 jiwa.
Adapun 7 kecamatan terdampak kekeringan di Kabupaten Bantul yakni Dlingo, Imogiri, Kasihan, Pleret, Pajangan, Piyungan, Pundong. Kecamatan Dlingo mendapat pasokan air paling banyak. Kecamatan Dlingo terbanyak dengan bantuan 635 ribu liter air bersih atau 127 tangki. Di sana digunakan 1.146 KK atau 4.502 jiwa.
Bantul: Kepala Bidang Kedaruratan Logistik dan Peralatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (
DIY), Antoni Hutagaol menyatakan butuh solusi jangka panjang untuk menangani
kekeringan di wilayahnya. Meskipun, ada sejumlah tantangan yang perlu dijawab.
"Ini perlu kerja sama dengan banyak pihak memikirkan solusi jangka panjang," kata Antoni dihubungi, Jumat, 8 September 2023.
Ia mengatakan salah satu solusinya membuat sumur bor untuk masyarakat. Akan tetapi, pembuatan sumur bor ini perlu koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum setelah dan sejumlah pihak, termasuk pemerintah desa.
Selain itu, pengeboran juga diperkirakan memerlukan biaya besar. Lalu, menurut dia, hal yang paling penting memastikan lokasi itu terdapat sumber air.
"Iki saya kira perlu menggandeng perguruan tinggi untuk mengkaji di mana ada sumber air. Kadang, ada sumber air di daerah ini tapi ternyata sebelahnya tidak ada. Kondisinya jadi agak sulit sejak gempa 2006," katanya.
Antoni menyebut Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) bisa jadi solusi lain. Program ini dilakukan untuk daerah yang memiliki potensi sumber air namun belum termaksimalkan.
"Saya kira yang diperlukan kan untuk daerah yang secara spesifik kekeringan saat kemarau. Karena selama ini daerah langganan (kekurangan air saat kemarau) daerahnya itu-itu saja," kata dia.
Wilayah langganan kekurangan air bersih di Kabupaten Bantul saat kemarau, yakni Kecamatan Dlingo, Imogiri, Kasihan, Pleret, Pajangan, Piyungan, Pundong. Bila dua hal di atas sulit, ia mengatakan, bisa dilakukan penanaman pepohonan di dekat sumber mata air di masing-masing wilayah. Pemulihan kondisi lingkungan bisa jadi upaya untuk menjaga sumber mata air.
"Bisa juga memanen air hujan, tapi masyarakat harus punya penampungan khusus. Ini penting, misalnya, saat mendapat bantuan air bisa ada tempatnya juga. Tidak mungkin petugas harus datang ke masing-masing rumah saat melakukan dropping air," ungkap dia.
Sebelumnya, Kabupaten Bantul memperpanjang masa siaga darurat kekeringan hingga 30 November 2023. Perpanjangan ini menjadi yang kedua setelah status sebelumnya ditetapkan melalui SK Bupati Bantul Nomor 312/2023 tentang Status Siaga Darurat Bencana Kekeringan 2023 yang berlaku 6 Juli hingga 3 September.
BPBD Kabupaten Bantul mencatat sampai 4 September, 960 ribu liter air sudah didistribusikan ke masyarakat di 16 dusun, 12 desa, dan 7 kecamatan. Jika dirinci, bantuan air bersih itu telah disistribusikan kepada 1.913 KK dengan jumlah 7.774 jiwa.
Adapun 7 kecamatan terdampak kekeringan di Kabupaten Bantul yakni Dlingo, Imogiri, Kasihan, Pleret, Pajangan, Piyungan, Pundong. Kecamatan Dlingo mendapat pasokan air paling banyak. Kecamatan Dlingo terbanyak dengan bantuan 635 ribu liter air bersih atau 127 tangki. Di sana digunakan 1.146 KK atau 4.502 jiwa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)