Tangerang: Y Pandi, ayah dari Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage (IDF) mengaku dibohongi terkait informasi kematian anaknya dari pihak kepolisian. Pasalnya dirinya dikabari jika anaknya itu sakit keras bukan meninggal.
"Awal kejadian kami dihubungi oleh Mabes Polri yang mengatakan anak saya sedang sakit keras. Kemudian tidak lama dihubungi lagi dari Polres Melawi hal yang sama. Tidak lama lagi dari polda dan Densus 88 menyuruh saya datang ke Jakarta, karena anak kami sedang sakit. Dari awal perjalanan hingga menerima berita terakhir, kami tidak mengetahui jika anak kami saat itu sudah meninggal," katanya saat ditemui di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Senin, 31 Juli 2023.
Pandi menuturkan saat tiba di Jakarta pertama kali tersebut dirinya pun tidak diberi informasi terkait sebab akibat anaknya meninggal.
"Meninggalnya juga engga tahu. Begitu kami datang, berangkat dari Pontianak hingga sampai di RS Polri Kramat Jati pun kami juga tidak diberitahu. Kami hanya tahu anak kami sudah meninggal," jelasnya.
Pandi menambahkan dirinya baru mengetahui sebab akibat kematian anaknya ketika diminta pihak kepolisian menunggu di sebuah ruangan. Di ruangan itu tim penyidik menjelaskan kronologis kejadian.
"Pada saat itu baru kami tahu alasannya meninggalnya anak saya, walaupun saya tidak pasti itu penyebabnya. Saya memastikan ya, anak saya tidak sedang sakit sebelum meninggal. Karena yang saya lihat, anak saya meninggal dengan kondisi mengenaskan," ungkapnya.
Menurut Pandi kondisi yang dialami anaknya sekujur badannya penuh dengan luka. Namun yang menyebabkan kematian anaknya itu adanya tembakan di lehernya.
"Kondisi luka pada saat itu, semua badan luka. Cuma yang mematikan itu ada tembakan dari bawah leher tembus ke sebelah kanan. Satu luka saja, itu yang fatal karena tembus sampai ke dinding leher," bebernya.
Tangerang: Y Pandi, ayah dari Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage (IDF) mengaku dibohongi terkait informasi kematian anaknya dari pihak
kepolisian. Pasalnya dirinya dikabari jika anaknya itu sakit keras bukan
meninggal.
"Awal kejadian kami dihubungi oleh Mabes Polri yang mengatakan anak saya sedang sakit keras. Kemudian tidak lama dihubungi lagi dari Polres Melawi hal yang sama. Tidak lama lagi dari polda dan Densus 88 menyuruh saya datang ke Jakarta, karena anak kami sedang sakit. Dari awal perjalanan hingga menerima berita terakhir, kami tidak mengetahui jika anak kami saat itu sudah meninggal," katanya saat ditemui di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Senin, 31 Juli 2023.
Pandi menuturkan saat tiba di Jakarta pertama kali tersebut dirinya pun tidak diberi informasi terkait sebab akibat anaknya meninggal.
"Meninggalnya juga engga tahu. Begitu kami datang, berangkat dari Pontianak hingga sampai di RS Polri Kramat Jati pun kami juga tidak diberitahu. Kami hanya tahu anak kami sudah meninggal," jelasnya.
Pandi menambahkan dirinya baru mengetahui sebab akibat kematian anaknya ketika diminta pihak kepolisian menunggu di sebuah ruangan. Di ruangan itu tim penyidik menjelaskan kronologis kejadian.
"Pada saat itu baru kami tahu alasannya meninggalnya anak saya, walaupun saya tidak pasti itu penyebabnya. Saya memastikan ya, anak saya tidak sedang sakit sebelum meninggal. Karena yang saya lihat, anak saya meninggal dengan kondisi mengenaskan," ungkapnya.
Menurut Pandi kondisi yang dialami anaknya sekujur badannya penuh dengan luka. Namun yang menyebabkan kematian anaknya itu adanya tembakan di lehernya.
"Kondisi luka pada saat itu, semua badan luka. Cuma yang mematikan itu ada tembakan dari bawah leher tembus ke sebelah kanan. Satu luka saja, itu yang fatal karena tembus sampai ke dinding leher," bebernya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(DEN)