Sultra: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulawesi Tenggara menyebut prevalensi stunting atau gagal tumbuh pada anak akibat gizi kronis di provinsi tersebut turun 2,5 persen pada tahun 2022.
Kepala Perwakilan BKKBN Sultra Asmar mengatakan angka penurunan prevalensi stunting di Sultra turun signifikan hingga Desember 2022 sebesar 2,5 persen. Angka ini berdasarkan Data dari Kementerian Kesehatan dalam Studi Status Gizi Indonesia (SGGI) yang diumumkan Januari 2023.
"Angka prevalensi stunting di Sultra berdasarkan hasil SSGI 2022 turun 2,5 persen dari 30,2 persen menjadi 27,7 persen," kata Asmar, Minggu, 5 Februari 2023.
Asmar optimistis tahun 2024 prevalensi stunting dapat turun hingga 14 persen. Asalkan, mendapat dukungan semua elemen masyarakat di Sulawesi Tenggara.
Dia mengajak untuk selalu waspada dan perhatian seluruh masyarakat agar tetap memperhatikan saat persiapan kehamilan, saat hamil, saat anak membutuhkan ASI eksklusif, dan makanan pendamping ASI.
"Sebab menurunnya, itu merupakan masa krusial yang harus diperhatikan. Jika kita ingin menurunkan angka stunting, jangan sampai anak stunting baru bertambah," kata Asmar.
Menurut dia, penyelesaian penurunan stunting tidak bisa hanya diserahkan kepada pihak pemerintah saja.
"Harus melibatkan berbagai unsur, mulai dari pelaku bisnis atau pihak swasta, akademisi, hingga masyarakat, dan media massa," ucapnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Sultra: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
Sulawesi Tenggara menyebut prevalensi
stunting atau gagal tumbuh pada anak akibat gizi kronis di provinsi tersebut turun 2,5 persen pada tahun 2022.
Kepala Perwakilan BKKBN Sultra Asmar mengatakan angka penurunan prevalensi stunting di Sultra turun signifikan hingga Desember 2022 sebesar 2,5 persen. Angka ini berdasarkan Data dari Kementerian Kesehatan dalam Studi Status Gizi Indonesia (SGGI) yang diumumkan Januari 2023.
"Angka prevalensi stunting di Sultra berdasarkan hasil SSGI 2022 turun 2,5 persen dari 30,2 persen menjadi 27,7 persen," kata Asmar, Minggu, 5 Februari 2023.
Asmar optimistis tahun 2024 prevalensi stunting dapat turun hingga 14 persen. Asalkan, mendapat dukungan semua elemen masyarakat di Sulawesi Tenggara.
Dia mengajak untuk selalu waspada dan perhatian seluruh masyarakat agar tetap memperhatikan saat persiapan kehamilan, saat hamil, saat anak membutuhkan ASI eksklusif, dan makanan pendamping ASI.
"Sebab menurunnya, itu merupakan masa krusial yang harus diperhatikan. Jika kita ingin menurunkan angka stunting, jangan sampai anak stunting baru bertambah," kata Asmar.
Menurut dia, penyelesaian penurunan stunting tidak bisa hanya diserahkan kepada pihak pemerintah saja.
"Harus melibatkan berbagai unsur, mulai dari pelaku bisnis atau pihak swasta, akademisi, hingga masyarakat, dan media massa," ucapnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)