Bandung: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat menyayangkan kejadian bernama "Lingkaran Setan" dalam kegiatan ekstrakulikuler Pramuka di SMAN 1 Ciamis. Dari kegiatan itu, sebanyak tiga siswa terluka hingga harus menjalani perawatan di rumah sakit.
"Yang disayangkan memang kejadian tindakan kekerasan ini berdampak, ada tiga orang yang masuk rumah sakit. Yang dua orang sudah keluar rumah sakit dan siap sekolah lagi. Sedangkan yang satu belum," kata Kepala Dinas Pendidikan Jabar Supandi, di Bandung, melansir Antara, Jumat, 14 Januari 2022.
Kegiatan Pramuka berbalut perploncoan yang diduga disertai tindakan kekerasan fisik itu dilakukan para pelajar SMAN 1 Ciamis. Peritiwa itu terungkap usai orang tua korban melapor ke Polres Ciamis, lantaran anaknya mengalami luka lebam stelah mengikuti Lingkaran Setan.
Dedi menilai, dugaan penganiyaan dalam kegiatan ekstrakulikuler terjadi saat korban mengikuti kegiatan paskat atau pasukan tongkat yang sedang melatih kemampuan baris berbaris menggunakan tongkat.
"Jadi terkait kejadian Pramuka di SMKN 1 Ciamis, kejadian itu berawal dari hari Sabtu di luar sekolah. Jadi sebetulnya itu kegiatan di luar instansi pendidikan dan tidak ada izin dari sekolah," ungkapnya.
Baca: Usai Viral Aniaya Sopir Mobil Jenazah, 9 Oknum Polisi Lamongan Diperiksa Propam
Dedi mengaku, ada sejumlah langkah yang dilakukan untuk menyikapi kejadian tersebut. Pertama melakukan moratorium untuk kegiatan Pramuka di gugus depan SMAN 1 Ciamis.
"Kemudian kami juga sudah melaporkan ke Kwarda Jawa Barat, nanti selama moratorium akan melakukan pembenahan untuk memperbaharui struktural dalam rangka memutus mata rantai," jelasnya.
Hal tersebut, lanjut Dedi, dilakukan karena kegiatan paskat atau pasukan tongkat tersebut merupakan kegiatan yang biasa melibatkan alumni. Sehingga sebagai upaya pengawasan, pihaknya akan melarang keterlibatan alumni.
"Karena sudah ada kebiasaan lama seperti itu yang dilakukan secara turun temurun, seperti pola pembaiatan untuk menjadi anggota unit tongkat," bebernya.
Pihaknya juga mengajak agar tagline sekolah ramah anak tidak hanya berlaku pada kegiatan belajar dan mengajar saja. Namun sekolah ramah anak harus diaplikasikan pula pada kegiatan ektrakurikuler.
Bandung: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat menyayangkan kejadian bernama "Lingkaran Setan" dalam kegiatan ekstrakulikuler Pramuka di SMAN 1 Ciamis. Dari kegiatan itu, sebanyak tiga
siswa terluka hingga harus menjalani perawatan di rumah sakit.
"Yang disayangkan memang kejadian tindakan kekerasan ini berdampak, ada tiga orang yang masuk rumah sakit. Yang dua orang sudah keluar rumah sakit dan siap sekolah lagi. Sedangkan yang satu belum," kata Kepala Dinas Pendidikan Jabar Supandi, di Bandung, melansir Antara, Jumat, 14 Januari 2022.
Kegiatan Pramuka berbalut perploncoan yang diduga disertai tindakan kekerasan fisik itu dilakukan para pelajar SMAN 1 Ciamis. Peritiwa itu terungkap usai orang tua korban melapor ke Polres Ciamis, lantaran anaknya mengalami luka lebam stelah mengikuti Lingkaran Setan.
Dedi menilai, dugaan penganiyaan dalam kegiatan ekstrakulikuler terjadi saat korban mengikuti kegiatan paskat atau pasukan tongkat yang sedang melatih kemampuan baris berbaris menggunakan tongkat.
"Jadi terkait kejadian Pramuka di SMKN 1 Ciamis, kejadian itu berawal dari hari Sabtu di luar sekolah. Jadi sebetulnya itu kegiatan di luar instansi pendidikan dan tidak ada izin dari sekolah," ungkapnya.
Baca: Usai Viral Aniaya Sopir Mobil Jenazah, 9 Oknum Polisi Lamongan Diperiksa Propam
Dedi mengaku, ada sejumlah langkah yang dilakukan untuk menyikapi kejadian tersebut. Pertama melakukan moratorium untuk kegiatan Pramuka di gugus depan SMAN 1 Ciamis.
"Kemudian kami juga sudah melaporkan ke Kwarda Jawa Barat, nanti selama moratorium akan melakukan pembenahan untuk memperbaharui struktural dalam rangka memutus mata rantai," jelasnya.
Hal tersebut, lanjut Dedi, dilakukan karena kegiatan paskat atau pasukan tongkat tersebut merupakan kegiatan yang biasa melibatkan alumni. Sehingga sebagai upaya pengawasan, pihaknya akan melarang keterlibatan alumni.
"Karena sudah ada kebiasaan lama seperti itu yang dilakukan secara turun temurun, seperti pola pembaiatan untuk menjadi anggota unit tongkat," bebernya.
Pihaknya juga mengajak agar tagline sekolah ramah anak tidak hanya berlaku pada kegiatan belajar dan mengajar saja. Namun sekolah ramah anak harus diaplikasikan pula pada kegiatan ektrakurikuler.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)