Yogyakarta: Puluhan pendorong gerobak Pedagang Kaki Lima (PKL) Malioboro terancam kehilangan pekerjaan jika PKL sudah menempati dua tempat relokasi. Seorang perwakilan pendorong gerobak PKL, Suwarno, berharap Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memperhatikan nasib mereka.
"Kami ada sekitar 90 orang. Itu yang kami pusing (setelah nanti relokasi). Kami ingin ada perhatian dari pemerintah," kata Suwarno di depan kantor Gubernur DIY, Senin, 31 Januari 2022.
Baca: 4 Remaja Meninggal Usai Pesta Miras Oplosan
Suwarno mengatakan mendorong gerobak menjadi satu-satunya pekerjaan yang sudah ia jalani selama 20 tahun. Dari situlah ia membiayai kehidupan istri dan tiga anaknya.
"Kalau PKL pindah kami tidak bisa bekerja. Terus anak istri saya kasih makan apa. Semoga gubernur punya hati nurani. Bisa membuat kami bisa bekerja. Bisa setidaknya dapat lapak syukur-syukur," jelas lelaki yang tinggal di Mertoyudan ini.
Ia mengatakan selama ini bekerja mendorong sekitar 40 gerobak. Pekerjaan itu dibagi dengan tiga anak buahnya. Setiap mendorong satu gerobak diberi uang saja Rp10 ribu. Setiap harinya Suwarno dan tiga anak buahnya masing-masing mengantongi Rp100 ribu.
"Saya hanya lulusan SMP, sedangkan syarat melamar pekerjaan sekarang harus lulus SMA. Kalau kehilangan pekerjaan nanti mau kerja apa juga tidak tahu," jelasnya.
Sementara Sekretaris Daerah Pemerintah DIY, Kadarmanta Baskara Aji, mengatakan pemerintah tak bisa memberikan jaminan pekerjaan. Ia berharap para PKL yang sebelumnya mempekerjakan bisa memakai jasa tukang dorong untuk sejumlah hal.
"Saya berharap kalau para pedagang kaki lima itu sekarang sudah tidak memerlukan tukang pendorong gerobak tapi kan kemungkinan masih memerlukan tenaga untuk, misalnya saja ngangkut dagangan dari gudangnya dia ke lapak yang sekarang ada," jelas Baskara.
Yogyakarta: Puluhan pendorong gerobak Pedagang Kaki Lima (
PKL) Malioboro terancam kehilangan pekerjaan jika PKL sudah menempati dua tempat relokasi. Seorang perwakilan pendorong gerobak PKL, Suwarno, berharap Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memperhatikan nasib mereka.
"Kami ada sekitar 90 orang. Itu yang kami pusing (setelah nanti relokasi). Kami ingin ada perhatian dari pemerintah," kata Suwarno di depan kantor Gubernur DIY, Senin, 31 Januari 2022.
Baca:
4 Remaja Meninggal Usai Pesta Miras Oplosan
Suwarno mengatakan mendorong gerobak menjadi satu-satunya pekerjaan yang sudah ia jalani selama 20 tahun. Dari situlah ia membiayai kehidupan istri dan tiga anaknya.
"Kalau PKL pindah kami tidak bisa bekerja. Terus anak istri saya kasih makan apa. Semoga gubernur punya hati nurani. Bisa membuat kami bisa bekerja. Bisa setidaknya dapat lapak syukur-syukur," jelas lelaki yang tinggal di Mertoyudan ini.
Ia mengatakan selama ini bekerja mendorong sekitar 40 gerobak. Pekerjaan itu dibagi dengan tiga anak buahnya. Setiap mendorong satu gerobak diberi uang saja Rp10 ribu. Setiap harinya Suwarno dan tiga anak buahnya masing-masing mengantongi Rp100 ribu.
"Saya hanya lulusan SMP, sedangkan syarat melamar pekerjaan sekarang harus lulus SMA. Kalau kehilangan pekerjaan nanti mau kerja apa juga tidak tahu," jelasnya.
Sementara Sekretaris Daerah Pemerintah DIY, Kadarmanta Baskara Aji, mengatakan pemerintah tak bisa memberikan jaminan pekerjaan. Ia berharap para PKL yang sebelumnya mempekerjakan bisa memakai jasa tukang dorong untuk sejumlah hal.
"Saya berharap kalau para pedagang kaki lima itu sekarang sudah tidak memerlukan tukang pendorong gerobak tapi kan kemungkinan masih memerlukan tenaga untuk, misalnya saja ngangkut dagangan dari gudangnya dia ke lapak yang sekarang ada," jelas Baskara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)