Kericuhan terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang usai laga Persebaya vs Arema FC (Foto / Antara)
Kericuhan terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang usai laga Persebaya vs Arema FC (Foto / Antara)

Komnas HAM Duga Penggunaan Kekuatan Berlebih Aparat Saat Tragedi Kanjuruhan

Daviq Umar Al Faruq • 03 Oktober 2022 14:44
Malang: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menduga adanya penggunaan kekuatan secara berlebihan (Excessive Use of Force) dalam menangani kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Sabtu malam 1 Oktober 2022. Akibatnya, ratusan orang meninggal dan ratusan orang lainnya mengalami luka-luka pascakerusuhan tersebut.
 
Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam, mengatakan, bila dilihat secara kasat mata, tidak mungkin ada hiruk pikuk di dalam stadion apabila petugas tidak menggunakan gas air mata. Hal itu diakuinya dapat dilihat pada video kejadian yang tersebar di masyarakat.
 
"Dari video itu seandainya enggak ada gas air mata, ya mungkin enggak akan hiruk pikuk," katanya di Kantor Arema FC, Kota Malang, Senin 3 Oktober 2022.
 
Baca: Komnas HAM Bentuk Tim Besar Usut Tragedi Kerusuhan Maut Kanjuruhan

Anam mengaku, pihaknya juga bakal menelusuri karakter dari luka dan penyebab kematian dari para korban. Sebab, menurutnya, setelah melihat karateristik kejadian, dapat diketahui ada tidaknya dugaan penggunaan kekuatan secara berlebihan

"Apakah ada dugaan pelanggaran hak asasi manusia? Pasti ada. Minimal soal kekerasan. Minimal soal excessive use of force atau penggunaan kewenangan yang berlebihan. Kami akan cek manajemen penggunaan kekuatan yang berlebihannya itu sampai level mana," tegasnya.
 
Untuk menelusuri dugaan itu, Komnas HAM bakal mencari data terkait pengerahan pasukan, penggunaan gas air mata, hingga mengapa pertandingan ini tidak diselenggarakan sore hari, tetapi malam hari, dan sebagainya.
 
"Kami ingin melihat anatomi dari Stadion Kanjuruhan. Anatomi ini juga akan menentukan ketika ada terjadi kayak gini, exit strategy nya kayak apa, termasuk juga pintu yang terbuka, gas air mata nya gimana, konsentrasi hiruk pikuknya di titik yang mana. Termasuk juga soal korban-korban ini yang paling banyak jatuhnya di dekat pintu yang mana, apakah itu juga dekat dengan lontaran gas air mata dan sebagainya, itu yang sedang kami dalami," ungkapnya.
 
Disinggung soal gas air mata yang kedaluwarsa, Anam menegaskan hal itu juga bakal ditelusuri. Menurutnya, seluruh zat yang terbuat, baik gas air mata atau zat-zat yang lain pasti memiliki logika kedaluwarsa.
 
"Itu juga sebenarnya menjadi konsen kami, yang menjadi salah satu kunci nanti akan kami tanya kepada teman-teman medis. Apakah memang karena sekian jumlah korban itu sesak nafas, ataukah karena yang lain. Kalau sesak nafas, kadar oksigen dan lain sebagainya itu yang dipengaruhi oleh gas air mata," terangnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan