Kerap Dimaki Pimpinan, Kasat Sabhara Polres Blitar Pilih Mengundurkan Diri
Amaluddin • 01 Oktober 2020 17:44
Surabaya: Kasat Sabhara Polres Blitar, AKP Agus Hendro Tri Susetyo, mengundurkan diri sebagai anggota kepolisian setelah 27 tahun mengabdi. Dia mengungkap, alasannya lantaran kerap dihina pimpinannya, Kapolres Blitar, AKBP Ahmad Fanani Prasetyo.
Agus mendatangi Polda Jatim untuk menyerahkan berkas surat pengunduran dirinya sebagai anggota Polri, yang ditujukan ke Kapolda Jatim dengan tembusan Kapolri. Tidak hanya itu, Agus juga melaporkan sang pimpinan karena dianggap cukup arogan terhadap anak buahnya.
"Hari ini saya sudah ajukan pengunduran diri pada Kapolda Jatim dengan tembusan bapak Kapolri. Alasannya, saya tidak terima sebagai manusia dengan arogansi Kapolres saya," kata Agus, usai mendatangi Polda Jatim, Surabaya, Jatim, Kamis, 1 Oktober 2020.
Ia menambahkan, dirinya tidak dapat menerima perlakuan pimpinannya yang kerap memaki bawahannya dengan berbagai macam makian. Agus menyebut kekesalan ini tidak hanya dirasakannya, juga dirasakan oleh perwira lain setingkat kepala satuan.
"Sebenarnya saya ini sudah akumulasi dari senior saya. Akumulasi (kekesalan) kasat yang lain. Kalau ada yang tidak cocok gitu, maki-makian kasar itu sering disampaikan, mohon maaf, kadang sampai nyebut-nyebut binatang. Sama saya tidak separah itu, yang terakhir menyebut bencong, tidak berguna, banci, lemah dan lain-lain," terangnya.
Baca: Polri Surplus Kombes dan Pati
Dia menerangkan, Kapolres seringkali melakukan pencopotan jabatan terhadap anak buahnya, tanpa melakukan pembinaan. Hal itu diakuinya membuat resah, lantaran yang dilakukan Kapolres dianggapnya belum tentu baik.
"Kapolres tidak ada arahan apapun, tapi jika tidak benar langsung seperti itu. Sebenernya kan kalau salah dibina, bukan dimaki terus-terusan. Kadang main copot jabatan. Emangnya kalau copot orang itu bisa lebih baik? Belum tentu kan?," jelasnya.
Sementara itu dikonfirmasi terpisah, Kapolres Blitar, AKBP Ahmad Fanani Eko Prasetya, menyebut anggotanya itu selama satu pekan terakhir tidak pernah lagi berdinas dikesatuannya. Ia menyebut sang Kasat Shabara sudah bolos tugas sejak 21 September 2020.
"Dia (Kasat Shabara) tidak kerja setelah saya tegur. Dia itu sebelumnya saya tegur karena anggotanya itu rambutnya panjang. Dia enggak terima anggap saya arogansi," ujarnya.
Baca: Polisi Bubarkan 4 Juta Kerumunan Selama Pandemi
Soal makian, Kapolres menjawab jika yang dilakukannya masih dalam batas kewajaran sebagai pimpinan. Apalagi, kata dia, bila pelanggaran yang dilakukan anak buahnya ditemukan secara langsung.
"Sebagai pimpinan kalau tegur anggota gimana, masih dalam batas kewajaran, namanya pimpinan sama bawahan begitu. Kalau dia merasa benar ya dilaksanakan perintahnya. Itu yang saya temukan langsung," bebernya.
Dia menegaskan, akan menyerahkan segalanya ke Polda Jatim. Sebab sebagai perwira, penanganan kasus Kasat Shabara dilakukan oleh Polda Jatim, termasuk terkait dengan bolos dari dinas.
"Kalau saya yang jelas ranahnya Polda. Perwira ranahnya Polda. Kami buat laporan polisi tentang disiplin dia. Yang bersangkutan tidak melaksanakan dinas," jelasnya.
Surabaya: Kasat Sabhara Polres Blitar, AKP Agus Hendro Tri Susetyo, mengundurkan diri sebagai anggota
kepolisian setelah 27 tahun mengabdi. Dia mengungkap, alasannya lantaran kerap dihina pimpinannya, Kapolres Blitar, AKBP Ahmad Fanani Prasetyo.
Agus mendatangi Polda Jatim untuk menyerahkan berkas surat pengunduran dirinya sebagai anggota Polri, yang ditujukan ke Kapolda Jatim dengan tembusan Kapolri. Tidak hanya itu, Agus juga melaporkan sang pimpinan karena dianggap cukup arogan terhadap anak buahnya.
"Hari ini saya sudah ajukan pengunduran diri pada Kapolda Jatim dengan tembusan bapak Kapolri. Alasannya, saya tidak terima sebagai manusia dengan arogansi Kapolres saya," kata Agus, usai mendatangi Polda Jatim, Surabaya, Jatim, Kamis, 1 Oktober 2020.
Ia menambahkan, dirinya tidak dapat menerima perlakuan pimpinannya yang kerap memaki bawahannya dengan berbagai macam makian. Agus menyebut kekesalan ini tidak hanya dirasakannya, juga dirasakan oleh perwira lain setingkat kepala satuan.
"Sebenarnya saya ini sudah akumulasi dari senior saya. Akumulasi (kekesalan) kasat yang lain. Kalau ada yang tidak cocok gitu, maki-makian kasar itu sering disampaikan, mohon maaf, kadang sampai nyebut-nyebut binatang. Sama saya tidak separah itu, yang terakhir menyebut bencong, tidak berguna, banci, lemah dan lain-lain," terangnya.
Baca: Polri Surplus Kombes dan Pati