Petani menunjukkan daun tembakau yang terkena abu vulkanik Gunung Merapi di Tlogolele, Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (16/8/2021). . ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/foc.
Petani menunjukkan daun tembakau yang terkena abu vulkanik Gunung Merapi di Tlogolele, Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (16/8/2021). . ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/foc.

Warga Merapi Kini, Tak Lagi Pusingkan Penanganan Bencana

Antara • 01 September 2021 12:15
Jakarta: Komunitas masyarakat yang hidup di sekitar Gunung Merapi lebih memilih melakukan berbagai upaya pengurangan risiko dibandingkan penanganan bencana akibat erupsi.
 
"Sejak 2010 kita sudah mulai melakukan evakuasi mandiri. Pembelajaran dari pengalaman kami adalah pengurangan risiko bencana menjadi lebih penting daripada penanganan bencana," kata aktivis pengurangan risiko bencana Merapi, Sukiman Mochtar Pratomo, melansir Antara, Rabu, 1 September 2021.
 
Sukiman mengungkapkan pengalamannya bersama Komunitas Masyarakat Jalin Merapi dalam pengurangan risiko bencana. Salah satunya mencetuskan radio komunitas lintas Merapi.

Radio Komunitas Lintas Merapi didirikan pada 2002 atas inisiatif masyarakat yang bergabung dalam organisasi Pasang Merapi. Organisasi tersebut merupakan kumpulan warga dari empat kabupaten lingkar Merapi, yakni Magelang, Sleman, Boyolali dan Klaten. 
 
"Berdirinya radio komunitas tersebut, karena masyarakat Merapi sering terlambat mendapatkan informasi tentang aktivitas Gunung Merapi," ungkapnya.
 
Baca juga:  Istri Tidur, Bapak di Jombang Rudapaksa 2 Putri Kandung
 
Sukiman melanjutkan, kegiatan komunitas biasanya untuk menyampaikan berbagai informasi komunikasi yang akurat terkait Merapi. Penyebarannya memanfaatkan berbagai media, seperti radio HT, media sosial, sampai aplikasi perbincangan WhatsApp.
 
Di media sosial Twitter, masyarakat juga dapat menulis langsung tentang kondisi mereka, sehingga warga di luar Merapi tahu secara akurat terkait apa saja bantuan yang dibutuhkan. 
 
"Media sosial juga menjadi media untuk melakukan audit sosial, sehingga bantuan dipastikan tepat sasaran," imbuhnya.
 
Sukiman menambahkan dengan berbagai kegiatan yang mendorong penyebarluasan informasi akurat terkait Merapi tersebut, saat ini masyarakat cepat merespons informasi dan sudah terjadi literasi informasi. Selain itu, juga terjadi komunikasi dan mengerucut pada koordinasi para pihak, masyarakat, pemerintah dan swasta.
 
Komunitas juga menghasilkan keputusan-keputusan mandiri, seperti adanya tabungan siaga bencana, pendataan aset oleh warga, keputusan evakuasi mandiri di komunitas, hingga keputusan perubahan rencana pengungsian saat pandemi covid-19. Warga juga sudah memperhitungkan mitigasi bencana dalam setiap pembangunan di Merapi.
 
"Cara berpikir juga berubah bahwa Merapi merupakan berkah bukan serta merta ancaman bencana, tapi berkah yang harus dikelola secara baik," jelas Sukiman.
 

 
Hai Sobat Medcom, terima kasih sudah menjadikan Medcom.id sebagai referensi terbaikmu. Kami ingin lebih mengenali kebutuhanmu. Bantu kami mengisi angket ini yuk  https://tinyurl.com/MedcomSurvey2021 dan dapatkan saldo Go-Pay/Ovo @Rp 50 ribu untuk 20 pemberi masukan paling berkesan. Salam hangat.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan