Jepara: Tradisi larung kepala kerbau di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, tetap dilaksanakan meskipun masih masa pandemi covid-19. Namun, jumlah peserta dibatasi.
Bupati Jepara, Dian Kristiandi, mengatakan larungan tahun ini tidak seperti dua tahun lalu. Pada 2019, peserta larung hampir 10 ribu orang. Kini, hanya beberapa warga setempat dan tertutup.
Ia mengungkapkan bahwa larung adalah wujud syukur nelayan atas rezeki yang diterima dalam setahun. Doa permohonan keselamatan juga dipanjatkan dalam momen ini.
"Hari ini terlihat kesadaran masyarakat, tidak ramai-ramai. Kesehatan yang utama. Tapi tidak meninggalkan tradisi,” kata Dian, Kamis, 20 Mei 2021.
Ritual larung kepala kerbau dimulai dari tempat pelelangan ikan (TPI) Ujungbatu Jepara. Sesaji dan kepala kerbau diletakkan pada miniatur perahu. Warga setempat yang menunggu prosesi sempat menciptakan kerumunan sehingga diurai oleh petugas yang berjaga.
Kemudian, miniatur perahu dinaikkan ke sebuah kapal. Kapal itu juga dinaiki sejumlah pejabat daerah dan tokoh masyarakat.
Baca: Bupati Jepara Sebut Tak Ada Pengurangan Sample Tes Usap
Tiba di titik pelarungan, kapal-kapal nelayan bergegas merapat ke kapal pembawa sesaji. Sebelum kepala kerbau dilarung, doa-doa dipanjatkan. Sesaji dan kepala kerbau diturunkan dari kapal.
Belum sampai menyentuh air, belasan nelayan yang berhasil merangsek ke dekat pelarungan menceburkan diri dan berebut sesaji. Seluruh sesaji yang ada diperebutkan para nelayan kecuali kepala kerbau.
Selain memperebutkan sesaji, para nelayan mencuci perahunya masing-masing dengan air laut. “(Rebutan sesaji) itu sudah menjadi tradisi kami. Kami percaya sesaji itu memiliki berkah. Tapi kalau kepala kerbaunya tidak kami ambil. Tidak boleh (pantangan),” kata salah satu nelayan, Supriyadi.
Jepara: Tradisi larung kepala kerbau di Kabupaten Jepara,
Jawa Tengah, tetap dilaksanakan meskipun masih masa
pandemi covid-19. Namun, jumlah peserta dibatasi.
Bupati Jepara, Dian Kristiandi, mengatakan larungan tahun ini tidak seperti dua tahun lalu. Pada 2019, peserta larung hampir 10 ribu orang. Kini, hanya beberapa warga setempat dan tertutup.
Ia mengungkapkan bahwa larung adalah wujud syukur nelayan atas rezeki yang diterima dalam setahun. Doa permohonan keselamatan juga dipanjatkan dalam momen ini.
"Hari ini terlihat kesadaran masyarakat, tidak ramai-ramai. Kesehatan yang utama. Tapi tidak meninggalkan tradisi,” kata Dian, Kamis, 20 Mei 2021.
Ritual larung kepala kerbau dimulai dari tempat pelelangan ikan (TPI) Ujungbatu Jepara. Sesaji dan kepala kerbau diletakkan pada miniatur perahu. Warga setempat yang menunggu prosesi sempat menciptakan kerumunan sehingga diurai oleh petugas yang berjaga.
Kemudian, miniatur perahu dinaikkan ke sebuah kapal. Kapal itu juga dinaiki sejumlah pejabat daerah dan tokoh masyarakat.
Baca:
Bupati Jepara Sebut Tak Ada Pengurangan Sample Tes Usap
Tiba di titik pelarungan, kapal-kapal nelayan bergegas merapat ke kapal pembawa sesaji. Sebelum kepala kerbau dilarung, doa-doa dipanjatkan. Sesaji dan kepala kerbau diturunkan dari kapal.
Belum sampai menyentuh air, belasan nelayan yang berhasil merangsek ke dekat pelarungan menceburkan diri dan berebut sesaji. Seluruh sesaji yang ada diperebutkan para nelayan kecuali kepala kerbau.
Selain memperebutkan sesaji, para nelayan mencuci perahunya masing-masing dengan air laut. “(Rebutan sesaji) itu sudah menjadi tradisi kami. Kami percaya sesaji itu memiliki berkah. Tapi kalau kepala kerbaunya tidak kami ambil. Tidak boleh (pantangan),” kata salah satu nelayan, Supriyadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SYN)