Malang: Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, menyebutkan bahwa kenaikan harga beras di Indonesia seharusnya memiliki dampak yang baik untuk petani. Sebab menurutnya, para petani di Indonesia selama ini nyaris tidak mendapatkan keuntungan dari hasil menanam padi.
"Kalau seandainya kenaikan (harga beras) ini berdampak langsung kepada petani kan bagus juga. Petani kita ini sudah terlalu lama tidak pernah untung. Kalau sekarang seandainya kenaikan beras ini bisa dinikmati oleh mereka, ini saya kira seharusnya begitu," katanya, di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu, 21 Februari 2024.
Muhadjir pun mewanti-wanti agar kenaikan harga beras ini tidak hanya dinikmati oleh para tengkulak. Ia mengaku bahwa kenaikan harga beras sudah seharusnya berdampak pada tingkat pendapatan petani.
"Jangan sampai kemudian kenaikan harga (beras) ini tidak berdampak kepada tingkat pendapatan petani, itu yang kita khawatirkan. jadi hanya berhenti di tangan-tangan tengkulak saja, itu yang kita khawatirkan," imbuhnya.
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu menerangkan, kenaikan harga beras di Indonesia itu terjadi lantaran menipisnya cadangan beras dunia. Bahkan, Indonesia saat ini pun kesulitan saat hendak impor beras ke sejumlah negara tetangga.
"Cadangan pangan dunia itu sedang nol. Jadi negara-negara yang dulu bisa kita impor seperti India, Thailand, Vitenam sekarang sudah menutup, karena mereka perlu menyelamatkan diri masing-masing," bebernya.
Ia pun menjelaskan bahwa kenaikan harga beras ini cukup berdampak ke masyarakat kelas bawah. Oleh karena itu, pemerintah terus memberikan bantalan ekonomi kepada 22 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) melalui bantuan pangan beras.
"Yang sedang kita pikirkan, bagaimana masyarakat yang paling terdampak, masyarakat bawah. Jadi kita harapkan dengan bantalan beras yang kita siapkan 22 juta keluarga penerima manfaat itu akan meringankan penderitaan. Kalau yang uangnya banyak, saya kira gak terlalu masalah lah naik berapapun," jelasnya.
Malang: Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, menyebutkan bahwa
kenaikan harga beras di Indonesia seharusnya memiliki dampak yang baik untuk petani. Sebab menurutnya, para petani di Indonesia selama ini nyaris tidak mendapatkan keuntungan dari hasil menanam padi.
"Kalau seandainya kenaikan (harga beras) ini berdampak langsung kepada petani kan bagus juga. Petani kita ini sudah terlalu lama tidak pernah untung. Kalau sekarang seandainya kenaikan beras ini bisa dinikmati oleh mereka, ini saya kira seharusnya begitu," katanya, di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu, 21 Februari 2024.
Muhadjir pun mewanti-wanti agar kenaikan harga beras ini tidak hanya dinikmati oleh para tengkulak. Ia mengaku bahwa kenaikan harga beras sudah seharusnya berdampak pada tingkat pendapatan petani.
"Jangan sampai kemudian kenaikan harga (beras) ini tidak berdampak kepada tingkat pendapatan petani, itu yang kita khawatirkan. jadi hanya berhenti di tangan-tangan tengkulak saja, itu yang kita khawatirkan," imbuhnya.
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu menerangkan, kenaikan harga beras di Indonesia itu terjadi lantaran menipisnya cadangan beras dunia. Bahkan, Indonesia saat ini pun kesulitan saat hendak impor beras ke sejumlah negara tetangga.
"Cadangan pangan dunia itu sedang nol. Jadi negara-negara yang dulu bisa kita impor seperti India, Thailand, Vitenam sekarang sudah menutup, karena mereka perlu menyelamatkan diri masing-masing," bebernya.
Ia pun menjelaskan bahwa kenaikan harga beras ini cukup berdampak ke masyarakat kelas bawah. Oleh karena itu,
pemerintah terus memberikan bantalan ekonomi kepada 22 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) melalui bantuan pangan beras.
"Yang sedang kita pikirkan, bagaimana masyarakat yang paling terdampak, masyarakat bawah. Jadi kita harapkan dengan bantalan beras yang kita siapkan 22 juta keluarga penerima manfaat itu akan meringankan penderitaan. Kalau yang uangnya banyak, saya kira gak terlalu masalah lah naik berapapun," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)