Bantul: Kantor Wilayah Kementerian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggelar pengamatan hilal dalam rangka untuk menjadi dasar penentuan awal Ramadan 202 di Pos Observasi Bulan (POB) Syekh Bela Belu Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Jumat, 1 April 2022. Hasil pemantauan itu menunjukkan hilal tidak teramati.
"(Hilal) tidak berhasil karena tertutup awan," kata Kepala Kanwil Kemenag DIY, Masmin Afif dihubungi Medcom.id.
Hasil pengamatan itu juga dilakukan dengan saksi yang disumpah oleh Pengadilan Agama. Setelah itu, hasil pengamatan ini dilaporkan ke Kementerian Agama untuk jadi bagian pertimbangan sidang isbat.
Baca: Cuaca Berawan, Hilal di Kabupaten Malang Tidak Terlihat
Ia mengatakan pengamatan hilal dilakukan memakai satu teropong bintang milik Badan Hisab Rukyat (BHR) Kanwil Kemenag DIY. Kegiatan itu melibatkan sejumlah unsur, seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) DIY, PW Nahdlatul Ulama (NU) DIY, PW Muhammadiyah DIY, Pengadilan Agama, Lembaga Kajian Astronomis Yogyakarta, dan perwakilan sejumlah perguruan tinggi di DIY.
Sebelum pantauan itu, kata dia, data penghitungan secara astronomi diperkirakan ketinggian hilal pada posisi 1,8 derajat saat matahari terbenam. Artinya, data itu menunjukkan hilal masih di bawah standar imkanur rukyat dan awal Ramadan versi pemerintah kemungkinan jatuh 3 April.
"Kalau menurut teori belum memenuhi, kan teorinya sekarang imkanur rukyat' tiga derajat," kata dia.
Jika demikian, Masmin menyebut perbedaan awal Ramadan 2022 potensial terjadi. Sebab, Muhammadiyah sudah menentukan awal Ramadan jatuh pada 2 April 2022. Ia menegaskan hal itu masih menunggu hasil sidang isbat yang digelar Kementerian Agama di Jakarta.
"Terlepas itu mari sambut Ramadan dengan gembira. Jika mungkin ada perbedaan jangan sampai menjadi permasalahan di antara kita," ucapnya.
Bantul: Kantor Wilayah Kementerian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggelar pengamatan hilal dalam rangka untuk menjadi dasar penentuan awal Ramadan 202 di Pos Observasi Bulan (POB) Syekh Bela Belu Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Jumat, 1 April 2022. Hasil pemantauan itu menunjukkan hilal tidak teramati.
"(Hilal) tidak berhasil karena tertutup awan," kata Kepala Kanwil Kemenag DIY, Masmin Afif dihubungi Medcom.id.
Hasil pengamatan itu juga dilakukan dengan saksi yang disumpah oleh Pengadilan Agama. Setelah itu, hasil pengamatan ini dilaporkan ke Kementerian Agama untuk jadi bagian pertimbangan sidang isbat.
Baca:
Cuaca Berawan, Hilal di Kabupaten Malang Tidak Terlihat
Ia mengatakan pengamatan hilal dilakukan memakai satu teropong bintang milik Badan Hisab Rukyat (BHR) Kanwil Kemenag DIY. Kegiatan itu melibatkan sejumlah unsur, seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) DIY, PW Nahdlatul Ulama (NU) DIY, PW Muhammadiyah DIY, Pengadilan Agama, Lembaga Kajian Astronomis Yogyakarta, dan perwakilan sejumlah perguruan tinggi di DIY.
Sebelum pantauan itu, kata dia, data penghitungan secara astronomi diperkirakan ketinggian hilal pada posisi 1,8 derajat saat matahari terbenam. Artinya, data itu menunjukkan hilal masih di bawah standar imkanur rukyat dan awal Ramadan versi pemerintah kemungkinan jatuh 3 April.
"Kalau menurut teori belum memenuhi, kan teorinya sekarang imkanur rukyat' tiga derajat," kata dia.
Jika demikian, Masmin menyebut perbedaan awal Ramadan 2022 potensial terjadi. Sebab, Muhammadiyah sudah menentukan awal Ramadan jatuh pada 2 April 2022. Ia menegaskan hal itu masih menunggu hasil sidang isbat yang digelar Kementerian Agama di Jakarta.
"Terlepas itu mari sambut Ramadan dengan gembira. Jika mungkin ada perbedaan jangan sampai menjadi permasalahan di antara kita," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)