Kepala BNPB Minta Warga Kembali ke Rumah Usai Gempa Mentawai
Nur Azizah • 30 Agustus 2022 13:39
Jakarta: Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suhayanto mengimbau pemangku kebijakan dan masyarakat siap siaga adanya gempa susulan di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat.
Selain itu, Suhayanto meminta masyarakat yang masih mengungsi di perbukitan agar dapat kembali ke rumah masing-masing, terutama bagi mereka yang rumahnya tidak mengalami kerusakan akibat gempa. Suharyanto memastikan rentetan gempa yang terjadi tidak memicu tsunami, sebagaimana merujuk pada laporan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
"Rangkaian gempa pada hari Senin tidak memicu tsunami, untuk itu masyarakat yang saat ini mengungsi di daerah perbukitan bisa kembali ke rumah masing-masing, bagi yang rumahnya tidak mengalami rusak struktur/rusak berat akibat gempa," jelas Suharyanto, Selasa, 30 Agustus 2022.
Suharyanto mengatakan akibat gempa itu sejumlah rumah rusak. Kerusakan masif terjadi pada dinding dan kerusakan pada penyangga atau penyusun atap. Ia meminta agar pemilik rumah segera melaporkan kepada BPBD setempat.
"Masyarakat yang rumahnya mengalami kerusakan struktur atau rusak berat dapat melaporkan data kerusakan bangunan tersebut kepada BPBD setempat untuk pendataan," jelas Suharyanto.
Lebih lanjut, Suharyanto mengimbau masyarakat agar meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap potensi gempa susulan. Peringatan dini gempa dapat diperoleh dengan memanfaatkan barang-barang yang mudah dijumpai di rumah seperti menyusun kaleng secara bertingkat. Hal itu bertujuan dapat menjadi alarm apabila terjadi gempa.
Di samping itu, Suharyanto mengingatkan agar masyarakat dapat memastikan jalur evakuasi keluar dari rumah tidak terhalang oleh benda dengan ukuran besar seperti lemari, meja, kulkas dan sebagainya.
"Pelihara terus kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi gempa susulan. Masyarakat di dalam rumah bisa menyiapkan peringatan dini gempa sederhana dengan menyusun kaleng-kaleng bekas yang disusun bertingkat, sehingga jika terjadi gempa kaleng jatuh dan menimbulkan bunyi sebagai pertanda harus evakuasi keluar rumah," ujar Suharyanto.
Terakhir, khusus bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir, Suharyanto berpesan apabila terjadi gempa bumi yang berlangsung lebih dari 30 detik, maka diharapkan untuk segera menuju ke tempat yang lebih tinggi untuk menghindari kemungkinan terajadinya tsunami.
"Jika gempa berlangsung secara terus menerus selama lebih dari 30 detik baik itu dengan guncangan keras maupun mengayun, masyarakat yang berada di daerah pantai agar segera lari ke tempat yang lebih tinggi untuk menghindari kemungkinan terjadi tsunami," tutur Suharyanto.
Lebih lanjut, Suharyanto mengimbau masyarakat agar meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap potensi gempa susulan. Peringatan dini gempa dapat diperoleh dengan memanfaatkan barang-barang yang mudah dijumpai di rumah seperti menyusun kaleng secara bertingkat. Hal itu bertujuan dapat menjadi alarm apabila terjadi gempa.
Di samping itu, Suharyanto mengingatkan agar masyarakat dapat memastikan jalur evakuasi keluar dari rumah tidak terhalang oleh benda dengan ukuran besar seperti lemari, meja, kulkas dan sebagainya.
"Pelihara terus kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi gempa susulan. Masyarakat di dalam rumah bisa menyiapkan peringatan dini gempa sederhana dengan menyusun kaleng-kaleng bekas yang disusun bertingkat, sehingga jika terjadi gempa kaleng jatuh dan menimbulkan bunyi sebagai pertanda harus evakuasi keluar rumah," ujar Suharyanto.
Terakhir, khusus bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir, Suharyanto berpesan apabila terjadi gempa bumi yang berlangsung lebih dari 30 detik, maka diharapkan untuk segera menuju ke tempat yang lebih tinggi untuk menghindari kemungkinan terajadinya tsunami.
"Jika gempa berlangsung secara terus menerus selama lebih dari 30 detik baik itu dengan guncangan keras maupun mengayun, masyarakat yang berada di daerah pantai agar segera lari ke tempat yang lebih tinggi untuk menghindari kemungkinan terjadi tsunami," tutur Suharyanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)