Denpasar: Seorang gadis asal Banjar Tegal, Desa Bebalang, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali, bernama I Gusti Ayu Vira Wijayantri saat ini terlantar di Turki. Gadis berusia 23 tahun ini nekat bekerja di Turki menjadi seorang terapis Spa.
Melalui pesan whatsApp, Vira meminta bantuan agar dia bisa kembali pulang ke Indonesia untuk berkumpul kembali dengan keluarganya. Saat ini dirinya dalam kondisi sakit yang cukup
parah, dan hanya dibantu oleh salah satu majikan yang menampungnya setelah
kabur dari majikan pertama dan majikan kedua tempat dia bekerja.
Saat ini dirinya hanya bertahan di Turki, tepatnya di Mahmutlar, Sarihasanli, Antalya, Turki. Saat dikonfirmasi, Vira mengisahkan asal mula keputusan untuk pergi bekerja keluar negeri. Saat itu di Mei 2020, ayahnya saya jatuh sakit diakibatkan karena kanker tulang, butuh banyak uang untuk pengobatan. Keluarga mencari biaya untuk rumah sakit.
"Kebetulan waktu itu adik saya pacaran dengan anaknya ibu Anak Agung Raka Murtini atau yang dikenal dengan sapaan Bu Gung. Dari situ saya awal mengenal Bu Gung, dan Bu Gung mengajak saya untuk ikut pelatihan SPA di Bali Widya Padmi International SPA School," ujarnya.
Sekolah SPA tersebut milik ibu Anak Agung Raka Murtini dengan janji beberapa bulan kemudian diberangkatkan ke Turki dengan diiming-imingi akan mendapatkan gajih besar agar bisa membayar utang dan biaya pengobatan bapaknya.
Setelah 5 bulan mengikuti pelatihan, pada Oktober ayahnya yang memang sudah sakit akhirnya meninggal. Gadis yang hanya tamat SMA ini akhirnya memutuskan untuk tidak lagi berangkat ke Turki.
"Tetapi pada saat itu bu Gung tidak memberikan saya kesempatan untuk membatalkannya dengan alasan agar tetap berangkat, nanti uangnya untuk membiayai ibu dan adik, membayar utang. Karena sedikit dipaksa dan diiming-imingi gaji yang besar, akhirnya saya melanjutkan untuk melakukan pelatihan," ujarnya.
Setelah menunggu sangat lama dan sempat patah semangat akhirnya pada Maret 2021 korban dikabarkan akan berangkat pada April akhir bulan. Ia keluar dari tempat kerja sebelumnya sejak awal April. Menjelang akhir April, ia mengurus surat-surat dan menandatangani kontrak.
Saat tanda tangan kontrak, ia dijanjikan gaji mencapai Rp 12 juta, fasilitas penginapan dan makan minum. Ternyata faktanya jauh dari ada dalam kontrak. Dalam kontrak tersebut, sudah ada perjanjian pemotongan gaji untuk disetor penyalur.
Kejanggalan lain adalah saat pengurusan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN) pertengahan April. "Saat mengurus KTKLN saya tidak diizinkan untuk berkata kalau saya berangkat melalui PT/agen Bu Gung. Saya tidak diizinkan untuk mengatakan alamat PT dari Bu Gung ini, jika ditanya oleh petugas, yang sampai akhirnya pada hari itu kami gagal untuk mengurus
KTKLN," ujarnya.
Keesokan hairnya, agen membantu untuk mengurus KTKLN dengan dalih korban adalah keponakan dari agen pengirim dan melakukan keberangkatan mandiri. Saat itu, korban harus membayar Rp1 juta untuk dilancarkan KTKLN.
Waktu sampai di Turki Ia bekerja dengan bos yang bernama Abdulrahman, di Hotel Lonicera. Jam kerjanya berangkat pukul 06-00 pagi dan pulang pukul 09.00. Waktu makan hanya diberi 15 menit.
"Kantin atau tempat makan sangat jauh saya harus jalan kaki selama 5 menit, terkadang saya hanya dapat makan sehari sekali dengan alasan karena ramai tamu, kadang saya curi- curi waktu saya taruh nasi dan lauk di kertas tisu, saya masukan ke kantong, nasi itu saya makan pada saat saya mengambil tamu karena jika tidak demikian maka saya tidak bisa makan seharian," ujarnya.
Gajinya hanya tersisa Rp4 juta lebih dan hampir setiap hari ditelpon dan diteror oleh agen bernama Bu Gung. Kabur dan pindah bos, korban malah mendapatkan pelecehan seksual.
Saat ini, ditampung oleh bos ketiga yang baik hati dengan gaji yang sangat kecil.
Denpasar: Seorang gadis asal Banjar Tegal, Desa Bebalang, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali, bernama I Gusti Ayu Vira Wijayantri saat ini
terlantar di Turki. Gadis berusia 23 tahun ini nekat bekerja di Turki menjadi seorang terapis Spa.
Melalui pesan whatsApp, Vira meminta bantuan agar dia bisa kembali
pulang ke Indonesia untuk berkumpul kembali dengan keluarganya. Saat ini dirinya dalam kondisi sakit yang cukup
parah, dan hanya dibantu oleh salah satu majikan yang menampungnya setelah
kabur dari majikan pertama dan majikan kedua tempat dia bekerja.
Saat ini dirinya hanya bertahan di Turki, tepatnya di Mahmutlar, Sarihasanli, Antalya, Turki. Saat dikonfirmasi, Vira mengisahkan asal mula keputusan untuk pergi
bekerja keluar negeri. Saat itu di Mei 2020, ayahnya saya jatuh sakit diakibatkan karena kanker tulang, butuh banyak uang untuk pengobatan. Keluarga mencari biaya untuk rumah sakit.
"Kebetulan waktu itu adik saya pacaran dengan anaknya ibu Anak Agung Raka Murtini atau yang dikenal dengan sapaan Bu Gung. Dari situ saya awal mengenal Bu Gung, dan Bu Gung mengajak saya untuk ikut pelatihan SPA di Bali Widya Padmi International SPA School," ujarnya.
Sekolah SPA tersebut milik ibu Anak Agung Raka Murtini dengan janji beberapa bulan kemudian diberangkatkan ke Turki dengan diiming-imingi akan mendapatkan gajih besar agar bisa membayar utang dan biaya pengobatan bapaknya.
Setelah 5 bulan mengikuti pelatihan, pada Oktober ayahnya yang memang sudah sakit akhirnya meninggal. Gadis yang hanya tamat SMA ini akhirnya memutuskan untuk tidak lagi berangkat ke Turki.
"Tetapi pada saat itu bu Gung tidak memberikan saya kesempatan untuk membatalkannya dengan alasan agar tetap berangkat, nanti uangnya untuk membiayai ibu dan adik, membayar utang. Karena sedikit dipaksa dan diiming-imingi gaji yang besar, akhirnya saya melanjutkan untuk melakukan pelatihan," ujarnya.
Setelah menunggu sangat lama dan sempat patah semangat akhirnya pada Maret 2021 korban dikabarkan akan berangkat pada April akhir bulan. Ia keluar dari tempat kerja sebelumnya sejak awal April. Menjelang akhir April, ia mengurus surat-surat dan menandatangani kontrak.
Saat tanda tangan kontrak, ia dijanjikan gaji mencapai Rp 12 juta, fasilitas penginapan dan makan minum. Ternyata faktanya jauh dari ada dalam kontrak. Dalam kontrak tersebut, sudah ada perjanjian pemotongan gaji untuk disetor penyalur.
Kejanggalan lain adalah saat pengurusan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN) pertengahan April. "Saat mengurus KTKLN saya tidak diizinkan untuk berkata kalau saya berangkat melalui PT/agen Bu Gung. Saya tidak diizinkan untuk mengatakan alamat PT dari Bu Gung ini, jika ditanya oleh petugas, yang sampai akhirnya pada hari itu kami gagal untuk mengurus
KTKLN," ujarnya.
Keesokan hairnya, agen membantu untuk mengurus KTKLN dengan dalih korban adalah keponakan dari agen pengirim dan melakukan keberangkatan mandiri. Saat itu, korban harus membayar Rp1 juta untuk dilancarkan KTKLN.
Waktu sampai di Turki Ia bekerja dengan bos yang bernama Abdulrahman, di Hotel Lonicera. Jam kerjanya berangkat pukul 06-00 pagi dan pulang pukul 09.00. Waktu makan hanya diberi 15 menit.
"Kantin atau tempat makan sangat jauh saya harus jalan kaki selama 5 menit, terkadang saya hanya dapat makan sehari sekali dengan alasan karena ramai tamu, kadang saya curi- curi waktu saya taruh nasi dan lauk di kertas tisu, saya masukan ke kantong, nasi itu saya makan pada saat saya mengambil tamu karena jika tidak demikian maka saya tidak bisa makan seharian," ujarnya.
Gajinya hanya tersisa Rp4 juta lebih dan hampir setiap hari ditelpon dan diteror oleh agen bernama Bu Gung. Kabur dan pindah bos, korban malah mendapatkan pelecehan seksual.
Saat ini, ditampung oleh bos ketiga yang baik hati dengan gaji yang sangat kecil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)