Bantul: Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, meminta pemerintah di bawahnya melakukan persiapan dengan matang menghadapi dampak bencana hidrometeorologi. Dampak dari setiap bencana harus sudah diantisipasi dan dipersiapkan.
"Jangan sampai bila terjadi longsor tempat evakuasi itu disiapkan mendadak. Begitu ada longsor, bingung evakuasi di mana," kata Abdul Halim di Bantul, Jumat, 14 Oktober 2022.
Dia menjelaskan sudah meminta para kepala desa menyiapkan titik-titik evakuasi. Khususnya di 29 desa di Bantul yang sudah dipetakan rawan bencana, seperti longsor.
Abdul Halim mengatakan perlu tindakan konkret untuk menangani dampak bencana. Selain berkoordinasi dengan desa, pihaknya juga menginstruksikan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) memantau pepohonan di jalan nasional dan kabupaten.
"DLH kami minta lakukan pemangkasan pohon rawan roboh. Dinas Kesehatan menyiapkan rumah sakit dan puskesmas dengan sumber data manusia serta peralatan," jelasnya.
Selain itu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah menyiapkan personel hingga sarana prasana untuk menangani dampak bencana.
Ancaman bencana hedrometeorologi diperkirakan akan ada hingga Maret 2023 menyusul perkiraan cuaca ekstrem saat musim hujan. Meskipun, perkiraan cuaca yang diberikan BMKG ada yang akurat dan ada yang tidak.
Meski demikian, ia menambahkan, antisipasi ancaman bencana itu harus dilakukan dengan banyak unsur, baik pemerintah, relawan, hingga masyarakat.
"Kami memerlukan SDM banyak untuk menjangkau seluruh wilayah rawan bencana, termasuk bagaimana membagi tugas pemda, kelurahan, dan relawan," ungkapnya.
Ia mengkapkan akan melakukan koordinasi lebih rinci pada kegiatan Jambore Relawan di Goa Cemara pada 22 Oktober mendatang. Acara itu diperkirakan dihadiri sekitar 1.000 relawan.
"Kami perlu persiapan matang dan serius karena menyangkut nyawa 1 juta jiwa penduduk Bantul yang kita tak tahu intensitas dan eskalasinya (bencana) seberapa," ujarnya.
Bantul: Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, meminta
pemerintah di bawahnya melakukan persiapan dengan matang menghadapi dampak bencana
hidrometeorologi. Dampak dari setiap bencana harus sudah diantisipasi dan dipersiapkan.
"Jangan sampai bila terjadi
longsor tempat evakuasi itu disiapkan mendadak. Begitu ada longsor, bingung evakuasi di mana," kata Abdul Halim di Bantul, Jumat, 14 Oktober 2022.
Dia menjelaskan sudah meminta para kepala desa menyiapkan titik-titik evakuasi. Khususnya di 29 desa di Bantul yang sudah dipetakan rawan bencana, seperti longsor.
Abdul Halim mengatakan perlu tindakan konkret untuk menangani dampak bencana. Selain berkoordinasi dengan desa, pihaknya juga menginstruksikan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) memantau pepohonan di jalan nasional dan kabupaten.
"DLH kami minta lakukan pemangkasan pohon rawan roboh. Dinas Kesehatan menyiapkan rumah sakit dan puskesmas dengan sumber data manusia serta peralatan," jelasnya.
Selain itu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah menyiapkan personel hingga sarana prasana untuk menangani dampak bencana.
Ancaman bencana hedrometeorologi diperkirakan akan ada hingga Maret 2023 menyusul perkiraan cuaca ekstrem saat musim hujan. Meskipun, perkiraan cuaca yang diberikan BMKG ada yang akurat dan ada yang tidak.
Meski demikian, ia menambahkan, antisipasi ancaman bencana itu harus dilakukan dengan banyak unsur, baik pemerintah, relawan, hingga masyarakat.
"Kami memerlukan SDM banyak untuk menjangkau seluruh wilayah rawan bencana, termasuk bagaimana membagi tugas pemda, kelurahan, dan relawan," ungkapnya.
Ia mengkapkan akan melakukan koordinasi lebih rinci pada kegiatan Jambore Relawan di Goa Cemara pada 22 Oktober mendatang. Acara itu diperkirakan dihadiri sekitar 1.000 relawan.
"Kami perlu persiapan matang dan serius karena menyangkut nyawa 1 juta jiwa penduduk Bantul yang kita tak tahu intensitas dan eskalasinya (bencana) seberapa," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)