Garut: Kasus HIV-AIDS di Kabupaten Garut, Jawa Barat, meningkat cukup signifikan dalam dua tahun terakhir. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, angka kasus HIV-AIDS secara akumulatif berjumlah 1.004 orang didominasi pengidap perilaku seks menyimpang sesama jenis.
Sekretaris Dinkes Kabupaten Garut, Leli Yuliani, mengatakan, kasus orang dengan HIV-AIDS (ODHA) meningkat sejalan dengan meningkatnya kunjungan para pasien ke fasilitas kesehatan.
"Sepanjang lima tahun terakhir, yaitu periode 2018-2022 telah ditemukan kasus baru HIV sebanyak 535 kasus, 149 kasus AIDS dan 43 orang dinyatakan telah meninggal. Setelah pandemi covid-19 mulai melandai, penemuan kasus baru kembali meningkat sejalan dengan banyaknya kunjungan para pasien ke fasilitas kesehatan," katanya, Selasa, 24 Januari 2023.
Ia mengatakan, pada 2021 ditemukan 114 kasus baru HIV, yang di antaranya 11 AIDS dan empat meninggal dunia. Pada 2022 ditemukan sebanyak 182 kasus baru HIV, di antaranya 89 AIDS dan dua orang meninggal.
Pada periode 2018-2020 selama itu terjadi penambahan kasus HIV di Garut tak pernah lebih dari 100 orang setiap tahun dan sejak kasus pertama ditemukan beberapa tahun lalu jumlah kumulatif HIV-AIDS mencapai 1.004 orang pada Desember 2022.
"Untuk total kasus yang berhasil ditemukan 181 orang atau 18 persen telah dinyatakan meninggal dan sebanyak 823 orang atau 81,9 persen masih hidup. Namun, dari total pasien yang ada, hanya 722 orang masih patuh dalam pengobatan Antiretroviral (ARV), 101 orang masih mangkir pengobatan hingga selama ini masih dalam penelusuran terutamanya status keberadaan mereka," ujarnya.
Menurutnya, petugas kesehatan masih terus melakukan pemeriksaan HIV kepada populasi berisiko sebanyak 74.688 orang hingga angka pengetesan telah melebihi estimasi target Kementerian Kesehatan (Kemenkes) selama satu tahun yaitu 65.254 orang. Berdasarkan hasilnya, ditemukan 182 orang atau 0,24 persen dinyatakan HIV dari populasi yang diperiksa dan mereka memiliki faktor risiko terinfeksi HIV.
"Peningkatan kasus HIV-AIDS di Kabupaten Garut memiliki faktor risiko terinfeksi HIV dan paling banyak pada populasi homoseksual, yaitu 57 persen dan populasi heteroseksual sebesar 34 persen serta populasi biseksual enam persen. Penularan dari ibu ke anak sebesar 2 persen, pengguna jarum suntik sebesar satu persen dan terinfeksi HIV dari perilaku seks menyimpang laki seks laki (LSL) homoseksual dan heteroseksual," paparnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Garut: Kasus
HIV-AIDS di Kabupaten Garut, Jawa Barat, meningkat cukup signifikan dalam dua tahun terakhir. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, angka kasus HIV-AIDS secara akumulatif berjumlah 1.004 orang didominasi pengidap perilaku seks menyimpang sesama jenis.
Sekretaris Dinkes Kabupaten Garut, Leli Yuliani, mengatakan,
kasus orang dengan HIV-AIDS (ODHA) meningkat sejalan dengan meningkatnya kunjungan para pasien ke fasilitas kesehatan.
"Sepanjang lima tahun terakhir, yaitu periode 2018-2022 telah ditemukan
kasus baru HIV sebanyak 535 kasus, 149 kasus AIDS dan 43 orang dinyatakan telah meninggal. Setelah pandemi covid-19 mulai melandai, penemuan kasus baru kembali meningkat sejalan dengan banyaknya kunjungan para pasien ke fasilitas kesehatan," katanya, Selasa, 24 Januari 2023.
Ia mengatakan, pada 2021 ditemukan 114 kasus baru HIV, yang di antaranya 11 AIDS dan empat meninggal dunia. Pada 2022 ditemukan sebanyak 182 kasus baru HIV, di antaranya 89 AIDS dan dua orang meninggal.
Pada periode 2018-2020 selama itu terjadi penambahan kasus HIV di Garut tak pernah lebih dari 100 orang setiap tahun dan sejak kasus pertama ditemukan beberapa tahun lalu jumlah kumulatif HIV-AIDS mencapai 1.004 orang pada Desember 2022.
"Untuk total kasus yang berhasil ditemukan 181 orang atau 18 persen telah dinyatakan meninggal dan sebanyak 823 orang atau 81,9 persen masih hidup. Namun, dari total pasien yang ada, hanya 722 orang masih patuh dalam pengobatan Antiretroviral (ARV), 101 orang masih mangkir pengobatan hingga selama ini masih dalam penelusuran terutamanya status keberadaan mereka," ujarnya.
Menurutnya, petugas kesehatan masih terus melakukan pemeriksaan HIV kepada populasi berisiko sebanyak 74.688 orang hingga angka pengetesan telah melebihi estimasi target Kementerian Kesehatan (Kemenkes) selama satu tahun yaitu 65.254 orang. Berdasarkan hasilnya, ditemukan 182 orang atau 0,24 persen dinyatakan HIV dari populasi yang diperiksa dan mereka memiliki faktor risiko terinfeksi HIV.
"Peningkatan kasus HIV-AIDS di Kabupaten Garut memiliki faktor risiko terinfeksi HIV dan paling banyak pada populasi homoseksual, yaitu 57 persen dan populasi heteroseksual sebesar 34 persen serta populasi biseksual enam persen. Penularan dari ibu ke anak sebesar 2 persen, pengguna jarum suntik sebesar satu persen dan terinfeksi HIV dari perilaku seks menyimpang laki seks laki (LSL) homoseksual dan heteroseksual," paparnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)