Yogyakarta: Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, belum merekomendasikan kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka di sekolah tingkat dasar dan menengah. KBM di sekolah akan menunggu hasil kegiatan perkuliahan di perguruan tinggi.
“Beberapa kampus masuk dulu. Kan November beberapa kampus mulai menyelenggarakan perkuliahan, kasihan anak-anak (siswa). Biar yang dewasa dulu,” kata Sri Sultan, di Kompleks Kantor Gubernur DIY, Senin, 23 November 2020.
Sri Sultan mengatakan akan melihat lebih dulu perkembangan pembelajaran tatap muka di kampus. Belum lama ini, kegiatan praktikum di Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta dibatalkan setelah sembilan mahasiswa positif covid-19.
Menurut dia, kepastian keamanan harus dilakukan sebelum membuka KBM tatap muka di sekolah dasar dan menengah. Meskipun, ia menilai pembukaan sekolah untuk tahun depan bisa saja dilakukan.
“(Pembukaan KBM tatap muka di sekolah) dimungkinkan untuk Februari, tapi dilihat kondisi riil di lapangan (masih berstatus zona) merah atau enggak,” kata dia.
Baca juga: Majalengka Terapkan PSBM
Sekretaris Daerah Pemerintah DIY, Kadarmanta Baskara Aji, mengatakan keputusan membuka KBM tatap muka di sekolah tetap jadi kewenangan pemerintah daerah meski Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengizinkan. Ia menilai hasil KBM tatap muka di perguruan tinggi akan jadi pertimbangan penting
“Diurutke (dimulai dari) mahasiswa, dilihat dulu. Kalau bagus, (sekolah) menengah akan jalan. Tapi kalau masih banyak hambatan dan jadi klaster-klaster baru ya kita tunda. Yang penting kesehatannya dulu,” kata mantan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DIY ini.
Ia menuturkan, berbagai upaya evaluasi akan dilakukan dalam beberapa waktu ke depan. Terlebih, saat ini wilayah DIY kembali jadi zona merah menyusul peningkatan kasus konfirmasi positif covid-19 usai libur panjang.
Kadarmanta juga melihat ratusan kasus positif covid-19 di pondok pesantren, seperti di Kabupaten Sleman dan Bantul. Kasus itu muncul setelah aktivitas pembelajaran di pesantren dibuka.
“Klaster ponpes jadi pembelajaran. Kita tak tergesa-gesa untuk merespons. Dibolehkan memang boleh, tapi tetap di setiap daerah ada masing-masing penilaian, bahkan kabupaten boleh beda dengan lain,” ungkapnya.
Yogyakarta: Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, belum merekomendasikan
kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka di sekolah tingkat dasar dan menengah. KBM di sekolah akan menunggu hasil kegiatan perkuliahan di perguruan tinggi.
“Beberapa kampus masuk dulu. Kan November beberapa kampus mulai menyelenggarakan perkuliahan, kasihan anak-anak (siswa). Biar yang dewasa dulu,” kata Sri Sultan, di Kompleks Kantor Gubernur DIY, Senin, 23 November 2020.
Sri Sultan mengatakan akan melihat lebih dulu perkembangan pembelajaran tatap muka di kampus. Belum lama ini, kegiatan praktikum di Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta dibatalkan setelah sembilan mahasiswa positif covid-19.
Menurut dia, kepastian keamanan harus dilakukan sebelum membuka KBM tatap muka di sekolah dasar dan menengah. Meskipun, ia menilai pembukaan sekolah untuk tahun depan bisa saja dilakukan.
“(Pembukaan KBM tatap muka di sekolah) dimungkinkan untuk Februari, tapi dilihat kondisi riil di lapangan (masih berstatus zona) merah atau enggak,” kata dia.
Baca juga:
Majalengka Terapkan PSBM
Sekretaris Daerah Pemerintah DIY, Kadarmanta Baskara Aji, mengatakan keputusan membuka KBM tatap muka di sekolah tetap jadi kewenangan pemerintah daerah meski Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengizinkan. Ia menilai hasil KBM tatap muka di perguruan tinggi akan jadi pertimbangan penting
“
Diurutke (dimulai dari) mahasiswa, dilihat dulu. Kalau bagus, (sekolah) menengah akan jalan. Tapi kalau masih banyak hambatan dan jadi klaster-klaster baru ya kita tunda. Yang penting kesehatannya dulu,” kata mantan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DIY ini.
Ia menuturkan, berbagai upaya evaluasi akan dilakukan dalam beberapa waktu ke depan. Terlebih, saat ini wilayah DIY kembali jadi zona merah menyusul peningkatan kasus konfirmasi positif covid-19 usai libur panjang.
Kadarmanta juga melihat ratusan kasus positif covid-19 di pondok pesantren, seperti di Kabupaten Sleman dan Bantul. Kasus itu muncul setelah aktivitas pembelajaran di pesantren dibuka.
“Klaster ponpes jadi pembelajaran. Kita tak tergesa-gesa untuk merespons. Dibolehkan memang boleh, tapi tetap di setiap daerah ada masing-masing penilaian, bahkan kabupaten boleh beda dengan lain,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)