Malang: Pandemi covid-19 beberapa waktu lalu cukup memukul sektor perekonomian di Indonesia. Arofahmina, salah satu travel umrah dan haji plus di Jawa Timur pun ikut merasakan getirnya kondisi itu dan harus jatuh bangun untuk mempertahankan bisnisnya saat ini.
Direktur Utama Arofahmina, Heri Wibowo, menceritakan, jatuh bangun yang dialami perusahaannya berawal pada periode 2019-2020 lalu. Saat itu, total ada 4.700 calon jemaah yang mendaftar di travelnya untuk berangkat umrah ke Tanah Suci.
Namun, kegiatan umrah selama pandemi covid-19 ternyata dihentikan oleh Pemerintah Arab Saudi. Sehingga ribuan calon jemaah itu dijadwalkan berangkat setelah pandemi covid-19.
Permasalahan muncul ketika adanya selisih harga biaya umrah dari sebelum pandemi dan setelah pandemi. Selisihnya pun terhitung cukup tinggi sekitar Rp10 juta per calon jemaah.
"Kalau kita ngukur angka, harga sebelum pandemi di Arofahmina itu berkisar antara Rp25-27 juta. Kemudian harga setelah pandemi di angka Rp35-37 juta," katanya di Kota Malang, Jawa Timur, Jumat 22 September 2023.
Pihak travel telah menjelaskan berubahnya biaya umrah tersebut kepada para calon jemaah. Namun, mereka ternyata keberatan untuk menambah biaya yang telah dibayarkan sebelumnya.
"Sebetulnya sudah kita sampaikan ke jemaah bahwa ada selisih harga yang luar biasa antara sebelum pandemi dan setelah pandemi. Tapi fakta yang terjadi jemaah tidak ada yang menambah biaya. Sehingga kita memutuskan harus tetap memberangkatkan jemaah dengan kita subsidi dengan selisih harga itu yang kita talangi," terangnya.
Berbagai upaya kemudian dilakukan oleh travel Arofahmina. Salah satunya dengan menjual seluruh aset yang mereka miliki seperti kantor cabang di Tulungagung, Malang, dan beberapa kota lainnya untuk menalangi selisih biaya umrah para calon jemaah.
"Aset habis nggak sampai setahun. Hanya dalam waktu 2-3 bulan saja. Itu sudah kita jual semua dalam rangka untuk menutup ini, tapi itu belum cukup," ungkapnya.
Dari hasil menjual aset, Arofahmina ternyata hanya mampu memberangkatkan 3.700 calon jemaah pada 2022 lalu, dari total keseluruhan 4.700 calon jemaah umrah. Biaya yang dikeluarkan untuk menalangi para calon jemaah ini lebih dari Rp30 miliar.
"1.000 jemaah akhirnya tidak sanggup kita berangkatkan karena uangnya sudah habis kita pakai untuk nalangi 3.700 jemaah," sebutnya.
Meski uang telah habis, Heri pun kembali memutar otak. Ia tak menyerah mencari bantuan kepada sejumlah pihak untuk bertanggung jawab kepada para calon jemaah yang telah mempercayai travelnya.
"Saya merasa apapun yang terjadi di Arofahmina itu adalah tanggung jawab saya. Ini menjadi hutang dan hutang harus dibayar dan harus diselesaikan. Karena kalau tidak diselesaikan ini di bawa sampai mati dan pertanggungjawabannya berat," katanya.
Perjuangan panjang Heri ternyata membuahkan hasil. Ia bertemu salah satu pengusaha travel yang bersedia membantunya, yakni Muhibbin Billlah pemilik PT Cemerlang Hajar Aswad (CHA).
"Banyak upaya yang sudah saya lakukan, tapi yang paling signifikan adalah dengan menghadirkan investor baru ke Arofahmina dan akhirnya Mas Muhibbin inilah yang akhirnya masuk membantu Arofahmina, sehingga secara manajemen kita lebih kuat," terangnya.
Dengan kehadiran investor baru, Arofahmina kini mulai bangkit kembali. Para calon jemaah yang tersisa pun mulai diberangkatkan secara bertahap sejak Agustus 2023 lalu.
"Ini sudah dalam proses menyelesaikan, 492 jemaah sudah berangkat, sisanya akan kita selesaikan di bulan September ini di tanggal keberangkatan 17 dan 21 September sudah selesai 600 jemaah," ujarnya.
Kini, Heri optimis travelnya yang berdiri sejak 2008 tersebut bisa kembali berjalan dengan baik seperti sebelumnya. Ia memastikan bahwa Arofahmina tetap bertanggungjawab kepada para calon jemaah umrah yang tertunda keberangkatannya.
"Bukan tipe saya melarikan diri dari masalah. Saya adalah orang yang tanggung jawab dan sejak pertama mendirikan Arofahmina ini satu hal yang kita tanamkan adalah kita amanah. Itu yang kita pegang terus," tegasnya.
Malang: Pandemi covid-19 beberapa waktu lalu cukup memukul sektor perekonomian di Indonesia. Arofahmina, salah satu
travel umrah dan haji plus di Jawa Timur pun ikut merasakan getirnya kondisi itu dan harus jatuh bangun untuk mempertahankan bisnisnya saat ini.
Direktur Utama Arofahmina, Heri Wibowo, menceritakan, jatuh bangun yang dialami perusahaannya berawal pada periode 2019-2020 lalu. Saat itu, total ada 4.700 calon jemaah yang mendaftar di travelnya untuk berangkat umrah ke Tanah Suci.
Namun, kegiatan umrah selama
pandemi covid-19 ternyata dihentikan oleh Pemerintah Arab Saudi. Sehingga ribuan calon jemaah itu dijadwalkan berangkat setelah pandemi covid-19.
Permasalahan muncul ketika adanya selisih harga biaya umrah dari sebelum pandemi dan setelah pandemi. Selisihnya pun terhitung cukup tinggi sekitar Rp10 juta per calon jemaah.
"Kalau kita ngukur angka, harga sebelum pandemi di Arofahmina itu berkisar antara Rp25-27 juta. Kemudian harga setelah pandemi di angka Rp35-37 juta," katanya di Kota Malang, Jawa Timur, Jumat 22 September 2023.
Pihak travel telah menjelaskan berubahnya biaya umrah tersebut kepada para calon jemaah. Namun, mereka ternyata keberatan untuk menambah biaya yang telah dibayarkan sebelumnya.
"Sebetulnya sudah kita sampaikan ke jemaah bahwa ada selisih harga yang luar biasa antara sebelum pandemi dan setelah pandemi. Tapi fakta yang terjadi jemaah tidak ada yang menambah biaya. Sehingga kita memutuskan harus tetap memberangkatkan jemaah dengan kita subsidi dengan selisih harga itu yang kita talangi," terangnya.
Berbagai upaya kemudian dilakukan oleh travel Arofahmina. Salah satunya dengan menjual seluruh aset yang mereka miliki seperti kantor cabang di Tulungagung, Malang, dan beberapa kota lainnya untuk menalangi selisih biaya umrah para calon jemaah.
"Aset habis nggak sampai setahun. Hanya dalam waktu 2-3 bulan saja. Itu sudah kita jual semua dalam rangka untuk menutup ini, tapi itu belum cukup," ungkapnya.
Dari hasil menjual aset, Arofahmina ternyata hanya mampu memberangkatkan 3.700 calon jemaah pada 2022 lalu, dari total keseluruhan 4.700 calon jemaah umrah. Biaya yang dikeluarkan untuk menalangi para calon jemaah ini lebih dari Rp30 miliar.
"1.000 jemaah akhirnya tidak sanggup kita berangkatkan karena uangnya sudah habis kita pakai untuk nalangi 3.700 jemaah," sebutnya.
Meski uang telah habis, Heri pun kembali memutar otak. Ia tak menyerah mencari bantuan kepada sejumlah pihak untuk bertanggung jawab kepada para calon jemaah yang telah mempercayai travelnya.
"Saya merasa apapun yang terjadi di Arofahmina itu adalah tanggung jawab saya. Ini menjadi hutang dan hutang harus dibayar dan harus diselesaikan. Karena kalau tidak diselesaikan ini di bawa sampai mati dan pertanggungjawabannya berat," katanya.
Perjuangan panjang Heri ternyata membuahkan hasil. Ia bertemu salah satu pengusaha travel yang bersedia membantunya, yakni Muhibbin Billlah pemilik PT Cemerlang Hajar Aswad (CHA).
"Banyak upaya yang sudah saya lakukan, tapi yang paling signifikan adalah dengan menghadirkan investor baru ke Arofahmina dan akhirnya Mas Muhibbin inilah yang akhirnya masuk membantu Arofahmina, sehingga secara manajemen kita lebih kuat," terangnya.
Dengan kehadiran investor baru, Arofahmina kini mulai bangkit kembali. Para calon jemaah yang tersisa pun mulai diberangkatkan secara bertahap sejak Agustus 2023 lalu.
"Ini sudah dalam proses menyelesaikan, 492 jemaah sudah berangkat, sisanya akan kita selesaikan di bulan September ini di tanggal keberangkatan 17 dan 21 September sudah selesai 600 jemaah," ujarnya.
Kini, Heri optimis travelnya yang berdiri sejak 2008 tersebut bisa kembali berjalan dengan baik seperti sebelumnya. Ia memastikan bahwa Arofahmina tetap bertanggungjawab kepada para calon jemaah umrah yang tertunda keberangkatannya.
"Bukan tipe saya melarikan diri dari masalah. Saya adalah orang yang tanggung jawab dan sejak pertama mendirikan Arofahmina ini satu hal yang kita tanamkan adalah kita amanah. Itu yang kita pegang terus," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)