Yogyakarta: Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat Gunung Merapi mengeluarkan awan panas 71 kali dalam periode 22-28 Januari 2021. Luncuran terjauh awan panas lebih dari tiga kilometer di arah Kali Boyong.
"Luncur maksimal awan panas 3.500 meter arah Kali Boyong dan terekam pada seismogram dengan amplitudo maksimal 70 mm dan durasi 240 detik," ujar Kepala BPPTKG, Hanik Humaida dalam keterangan tertulis, Jumat, 29 Januari 2021.
Selain awan panas, Hanik menuturkan, guguran lava pijar terjadi 230 kali dalam periode pengamatan yang sama. Jarak luncur lava pijar maksimal 1.500 meter di barat daya ke hulu Kali Krasak dan Kali Boyong.
Selain itu, terjadi perubahan morfologi di area puncak Gunung Merapi. Perubahan ini akibat aktivitas guguran dan perkembangan kubah lava baru. Volume kubah lava pada 25 Januari sebesar 157.000 meter kubik.
Kemudian, volume kubah lava berkurang 62.000 meter kubik pada 28 Januari 2021. Situasi itu terjadi akibat aktivitas guguran dan awan panas yang terjadi pada 26 dan 27 Januari 2021.
Baca: Gunung Merapi Masih Mengeluarkan Awan Panas
Data kegempaan dari pengamatan BPPTKG sepekan ini yakni, 71 kali gempa awan panas
guguran, 6 kali gempa vulkanik dangkal (VTB), 105 kali gempa fase banyak (MP), 1.148 kali gempa guguran (RF), 122 kali gempa hembusan (DG); dan sekali gempa tektonik (TT).
"Secara umum kegempaan internal pada minggu ini lebih rendah dibandingkan minggu lalu, sedangkan gempa di permukaan seperti gempa guguran dan awanpanas meningkat," kata dia.
Hanik melanjutkan, potensi bahaya lahar muncul saat hujan dalam intensitas tinggi usai erupsi. Setidaknya, hujan deras sempat terjadi di Pos Pengamatan Gunung Merapi dengan
intensitas curah hujan tertinggi sebesar 240 milimeter per jam selama 135 menit di Pos Kaliurang pada 27 Januari 2021. Pada 25 Januari 2021 pukul 16.30 WIB, dilaporkan terjadi penambahan aliran di Kali Boyong, Gendol, dan Woro.
"Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental maka disimpulkan aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. Status aktivitas masih siaga," ujarnya.
Yogyakarta: Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat
Gunung Merapi mengeluarkan awan panas 71 kali dalam periode 22-28 Januari 2021. Luncuran terjauh awan panas lebih dari tiga kilometer di arah Kali Boyong.
"Luncur maksimal awan panas 3.500 meter arah Kali Boyong dan terekam pada seismogram dengan amplitudo maksimal 70 mm dan durasi 240 detik," ujar Kepala BPPTKG, Hanik Humaida dalam keterangan tertulis, Jumat, 29 Januari 2021.
Selain awan panas, Hanik menuturkan, guguran lava pijar terjadi 230 kali dalam periode pengamatan yang sama. Jarak luncur lava pijar maksimal 1.500 meter di barat daya ke hulu Kali Krasak dan Kali Boyong.
Selain itu, terjadi perubahan morfologi di area puncak Gunung Merapi. Perubahan ini akibat aktivitas guguran dan perkembangan kubah lava baru. Volume kubah lava pada 25 Januari sebesar 157.000 meter kubik.
Kemudian, volume kubah lava berkurang 62.000 meter kubik pada 28 Januari 2021. Situasi itu terjadi akibat aktivitas guguran dan awan panas yang terjadi pada 26 dan 27 Januari 2021.
Baca: Gunung Merapi Masih Mengeluarkan Awan Panas
Data kegempaan dari pengamatan BPPTKG sepekan ini yakni, 71 kali gempa awan panas
guguran, 6 kali gempa vulkanik dangkal (VTB), 105 kali gempa fase banyak (MP), 1.148 kali gempa guguran (RF), 122 kali gempa hembusan (DG); dan sekali gempa tektonik (TT).
"Secara umum kegempaan internal pada minggu ini lebih rendah dibandingkan minggu lalu, sedangkan gempa di permukaan seperti gempa guguran dan awanpanas meningkat," kata dia.
Hanik melanjutkan, potensi bahaya lahar muncul saat hujan dalam intensitas tinggi usai erupsi. Setidaknya, hujan deras sempat terjadi di Pos Pengamatan Gunung Merapi dengan
intensitas curah hujan tertinggi sebesar 240 milimeter per jam selama 135 menit di Pos Kaliurang pada 27 Januari 2021. Pada 25 Januari 2021 pukul 16.30 WIB, dilaporkan terjadi penambahan aliran di Kali Boyong, Gendol, dan Woro.
"Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental maka disimpulkan aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. Status aktivitas masih siaga," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)