Yogyakarta: Bakal Calon Presiden (Bacapres) Koalisi Perubahan Anies Rasyid Baswedan menyoroti persoalan perekonomian saat ini. Ia mengatakan generasi saat ini sulit bekerja dan mengalami stagnasi dalam usaha masyarakat kecil.
"Kita di mana-mana menemukan masalah. Kemarin di Magelang anak-anak muda bercerita, kami sudah sekolah, kami sudah kuliah. Selesai itu, kami sulit mencari pekerjaan," kata Anies di Museum Wayang Kekayon Jalan Jogja-Wonosari Km 7 No 277, Dusun Kalangan, Desa Baturetno, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Minggu malam, 13 Agustus 2023.
Anies menceritakan cara menangani masalah ekonomi di sektor tenaga kerja, yakni dengan menghidupi dan membesarkan usaha kecil mikro dan menengah (UMKM). Meskipun, saat ini UMKM yang sulit berkembang. Anies menyoroti pengusaha besar lebih cenderung memiliki kemudahan akses.
"Tapi yang kecil-kecil (UMKM) malah kesulitan. Usaha kecil mikro itu paling cepat menyerap tenaga kerja," ucap dia.
Anies mengatakan perempuan saat memiliki modal terkadang membuka usaha, seperti angkringan. Selain itu, ada juga yang membuka usaha konveksi hingga jajanan kecil-kecilan. Menurut dia, usaha kecil lebih mudah menyerap tenaga kerja.
"Kalau kita ingin menyerap tenaga kerja besar, maka usaha kecil mikro itu dibesarkan. Dan itu yang mau jadi prioritas kita nantinya. Prinsipnya begini, membesarkan yang kecil tanpa mengecilkan yang besar," ujar Anies disambut tepuk tangan.
Ia mengatakan usaha maupun perusahaan yang sudah besar sudah selayaknya dibiarkan berjalan. Ia menilai UMKM yang masih berkembang yang semestinya disokong dan dibesarkan.
Anies prihatin pernah menemui pedagang di sebuah warung angkringan yang sudah berjalan sejak 1982. Sampai saat ini, kata dia, usaha tersebut tak ada perkembangan signifikan.
"Kalau tahun 1980 sampai sekarang sudah berapa tahun? 31 tahun. Mosok 31 tahun angkringan tidak berkembang. Itu bukan baik, itu masalah. Justru mereka seharusnya dibantu. Memulai angkringan, sekian tahun punya warung, lebih besar lagi, lebih besar lagi," jelasnya.
Di Yogyakarta, ia melanjutkan ada sejumlah pedagang gudeg yang memulai berjualan dari pinggir-pinggir jalan. Pedagang tersebut lantas berkembang dan memiliki warung sendiri.
"Insyaallah kita besarkan yang kecil, tanpa harus memusuhi yang besar. Itu semua hanya bisa kita lakukan bila amanah itu kita dapatkan dari masyarakat, oleh rakyat," kata dia.
Yogyakarta: Bakal Calon Presiden (Bacapres) Koalisi Perubahan
Anies Rasyid Baswedan menyoroti persoalan perekonomian saat ini. Ia mengatakan generasi saat ini sulit bekerja dan mengalami stagnasi dalam usaha masyarakat kecil.
"Kita di mana-mana menemukan masalah. Kemarin di Magelang anak-anak muda bercerita, kami sudah sekolah, kami sudah kuliah. Selesai itu, kami sulit mencari pekerjaan," kata Anies di Museum Wayang Kekayon Jalan Jogja-Wonosari Km 7 No 277, Dusun Kalangan, Desa Baturetno, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Minggu malam, 13 Agustus 2023.
Anies menceritakan cara menangani masalah ekonomi di sektor tenaga kerja, yakni dengan menghidupi dan membesarkan usaha kecil mikro dan menengah (UMKM). Meskipun, saat ini UMKM yang sulit berkembang. Anies menyoroti pengusaha besar lebih cenderung memiliki kemudahan akses.
"Tapi yang kecil-kecil (
UMKM) malah kesulitan. Usaha kecil mikro itu paling cepat menyerap tenaga kerja," ucap dia.
Anies mengatakan perempuan saat memiliki modal terkadang membuka usaha, seperti angkringan. Selain itu, ada juga yang membuka usaha konveksi hingga jajanan kecil-kecilan. Menurut dia, usaha kecil lebih mudah menyerap tenaga kerja.
"Kalau kita ingin menyerap tenaga kerja besar, maka usaha kecil mikro itu dibesarkan. Dan itu yang mau jadi prioritas kita nantinya. Prinsipnya begini, membesarkan yang kecil tanpa mengecilkan yang besar," ujar Anies disambut tepuk tangan.
Ia mengatakan usaha maupun perusahaan yang sudah besar sudah selayaknya dibiarkan berjalan. Ia menilai UMKM yang masih berkembang yang semestinya disokong dan dibesarkan.
Anies prihatin pernah menemui pedagang di sebuah warung angkringan yang sudah berjalan sejak 1982. Sampai saat ini, kata dia, usaha tersebut tak ada perkembangan signifikan.
"Kalau tahun 1980 sampai sekarang sudah berapa tahun? 31 tahun. Mosok 31 tahun angkringan tidak berkembang. Itu bukan baik, itu masalah. Justru mereka seharusnya dibantu. Memulai angkringan, sekian tahun punya warung, lebih besar lagi, lebih besar lagi," jelasnya.
Di Yogyakarta, ia melanjutkan ada sejumlah pedagang gudeg yang memulai berjualan dari pinggir-pinggir jalan. Pedagang tersebut lantas berkembang dan memiliki warung sendiri.
"Insyaallah kita besarkan yang kecil, tanpa harus memusuhi yang besar. Itu semua hanya bisa kita lakukan bila amanah itu kita dapatkan dari masyarakat, oleh rakyat," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)