Palembang: Kapolda Sumatra Selatan (Sumsel), Irjen Albertus Rachmad Wibowo menyebut saat ini 30 titik api kebakaran hutan dan lahan (karhutla) muncul di wilayahnya. Jumlah itu terjadi dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir.
“Titik api itu ada di daerah rawan karhutla seperti Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, Banyuasin, dan wilayah lainnya,” kata Rachmad, Kamis, 12 Oktober 2023.
Rachmad mengatakan banyaknya titik api muncul itu bisa menyebabkan kondisi udara tidak sehat dan bisa masuk dalam kategori berbahaya jika tidak segera dipadamkan
Dalam proses pemadaman, satuan tugas (satgas) karhutla mengalami banyak kendala yakni kesulitan menjangkau lokasi kebakaran. Hal yang sama juga dialami satgas yang melakukan pemadaman melalui jalur udara.
Pasannya, ada beberapa helikopter dalam kondisi yang rusak dan satgas mengalami kesulitan mencari air karena banyak sungai dan kanal mengering akibat musim kemarau.
“Ditambah saat ini cuaca panas yang menyebabkan api cepat merambat ke tempat lain,” ujarnya.
Menurutnya, helikopter harus berkeliling mencari sumber air yang memadai untuk penyiraman. Ketika air didapat, helikopter harus terbang menuju lokasi kebakaran dengan waktu yang lama.
"Terakhir saya mendapatkan informasi dari Lanud kalau mengambil air waktu sekarang bisa mencapai 20 menit karena air mulai berkurang dan kering,” ungkapnya.
Palembang: Kapolda Sumatra Selatan (Sumsel), Irjen Albertus Rachmad Wibowo menyebut saat ini 30 titik api kebakaran hutan dan lahan (karhutla) muncul di wilayahnya. Jumlah itu terjadi dalam kurun waktu
beberapa bulan terakhir.
“Titik api itu ada di daerah rawan karhutla seperti Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, Banyuasin, dan wilayah lainnya,” kata Rachmad, Kamis, 12 Oktober 2023.
Rachmad mengatakan banyaknya titik api muncul itu bisa menyebabkan kondisi udara tidak sehat dan bisa masuk dalam kategori berbahaya jika tidak segera dipadamkan
Dalam proses pemadaman, satuan tugas (satgas) karhutla mengalami banyak kendala yakni kesulitan menjangkau lokasi kebakaran. Hal yang sama juga dialami satgas yang melakukan pemadaman melalui jalur udara.
Pasannya, ada beberapa helikopter dalam kondisi yang rusak dan satgas mengalami kesulitan mencari air karena banyak sungai dan kanal mengering akibat musim kemarau.
“Ditambah saat ini cuaca panas yang menyebabkan api cepat merambat ke tempat lain,” ujarnya.
Menurutnya, helikopter harus berkeliling mencari sumber air yang memadai untuk penyiraman. Ketika air didapat, helikopter harus terbang menuju lokasi kebakaran dengan waktu yang lama.
"Terakhir saya mendapatkan
informasi dari Lanud kalau mengambil air waktu sekarang bisa mencapai 20 menit karena air mulai berkurang dan kering,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)