Yogyakarta: Siswi SMAN 1 Banguntapan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang dipaksa memakai jilbab masih mengalami depresi. Pihak pendamping sudah mulai membantu mencarikan alternatif sekolah untuk pindah.
"Sekarang kan biar kondisi anaknya tenang dulu. Nanti akan (berpindah sekolah). Sekolah kan punya kuota. Sudah ada beberapa alternatif," kata pegiat Aliansi Masyarakat Peduli Pendidikan Yogyakarta (AMPPY), Yuliani dihubungi, Rabu, 3 Agustus 2022.
Ia mengatakan pencarian sekolah baru anak berusia 15 tahun itu mempertimbangkan jarak yang tidak terlalu jauh dari rumah. Selain itu, sekolah tujuan yang dipilih dipastikan tidak ada tindakan intoleransi, dalam hal ini paksaan menggunakan pakaian bercorak keagamaan.
"Kasihan anak 15 tahun sudah depresi. Kita kan negara pancasila. Dalam berpakaian, pakai jilbab katakanlah, tidak bisa dipaksakan," ujar Koordinator Persatuan Orang Tua Peduli Pendidikan (Sarang Lidi) ini.
Sambil memulihkan mentalnya, kata Yuliani, sekolah baru nanti bisa tetap memberikan pembelajaran. Ia berharap untuk sementara nanti bisa bersekolah daring dengan menerapkan kurikulum Merdeka Belajar.
"Ada kurikulum merdeka belajar. Sekolah bisa daring. Guru yang mendampingi pembelajaran bisa menemani siswa tersebut. (Pemulihan) mental anak sangat penting," ujarnya.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) DIY, Didik Wardaya mengatakan turut membantu agar pembelajaran siswi tersebut bisa berlanjut. Pihaknya bersedia membantu memfasilitasi mencari sekolah baru.
Menurut dia, salah satu sekolah yang dituju kemungkinan ke SMAN 7 Yogyakarta. Namun, kepastian proses pindah sekolah itu akan menunggu kesiapan sang anak.
"Kami sudah siapkan komunikasi dengan sekolah yang kosong. Kami siap fasilitasi perpindahan sekolah," ungkapnya.
Yogyakarta: Siswi SMAN 1 Banguntapan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang dipaksa memakai
jilbab masih mengalami depresi. Pihak pendamping sudah mulai membantu mencarikan alternatif sekolah untuk pindah.
"Sekarang kan biar kondisi anaknya tenang dulu. Nanti akan (berpindah sekolah). Sekolah kan punya kuota. Sudah ada beberapa alternatif," kata pegiat Aliansi Masyarakat Peduli Pendidikan Yogyakarta (AMPPY), Yuliani dihubungi, Rabu, 3 Agustus 2022.
Ia mengatakan
pencarian sekolah baru anak berusia 15 tahun itu mempertimbangkan jarak yang tidak terlalu jauh dari rumah. Selain itu, sekolah tujuan yang dipilih dipastikan tidak ada tindakan intoleransi, dalam hal ini paksaan menggunakan pakaian bercorak keagamaan.
"Kasihan anak 15 tahun sudah
depresi. Kita kan negara pancasila. Dalam berpakaian, pakai jilbab katakanlah, tidak bisa dipaksakan," ujar Koordinator Persatuan Orang Tua Peduli Pendidikan (Sarang Lidi) ini.
Sambil memulihkan mentalnya, kata Yuliani, sekolah baru nanti bisa tetap memberikan pembelajaran. Ia berharap untuk sementara nanti bisa bersekolah daring dengan menerapkan kurikulum Merdeka Belajar.
"Ada kurikulum merdeka belajar. Sekolah bisa daring. Guru yang mendampingi pembelajaran bisa menemani siswa tersebut. (Pemulihan) mental anak sangat penting," ujarnya.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) DIY, Didik Wardaya mengatakan turut membantu agar pembelajaran siswi tersebut bisa berlanjut. Pihaknya bersedia membantu memfasilitasi mencari sekolah baru.
Menurut dia, salah satu sekolah yang dituju kemungkinan ke SMAN 7 Yogyakarta. Namun, kepastian proses pindah sekolah itu akan menunggu kesiapan sang anak.
"Kami sudah siapkan komunikasi dengan sekolah yang kosong. Kami siap fasilitasi perpindahan sekolah," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)