Banyuwangi: Satgas Penanganan Covid-19 Banyuwangi, Jawa Timur, kembali membuka tempat isolasi terpusat bagi pasien covid-19 tanpa gejala. Ini dilakukan seiring dengan meningkatnya kasus aktif di Kabupaten Banyuwangi.
Pemkab Banyuwangi menyediakan Gedung Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Sipil Negara (Diklat ASN) bagi para pasien tanpa gejala klinis (OTG) yang akan menjalani masa isolasi mandiri. Pihak kecamtan dan desa juga tengah menyiapkan lokasi isolasi mandiri.
"Ini demi mengurangi beban RS (rumah sakit), bahwa yang tanpa gejala klinis signifikan cukup isolasi terpusat," kata Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, Sabtu, 26 Juni 2021.
Ia mengungkapkan Gedung Diklat ASN Banyuwangi sebenarnya telah berfungsi sebagai tempat isolasi terpusat bagi pasien OTG pada pertengahan 2020. Namun gedung itu dialihdungsikan sebagai tempat karantina Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang tiba di Banyuwangi karena kasus covid-19 melandai.
Kini, kasus covid-19 kembali naik. "Untuk menahan laju penyebarannya, kami akan mengimbau dengan sangat agar semua OTG yang bergejala ringan bersedia menjalani isolasi di tempat yang telah kami sediakan," ucap Ipuk.
Dengan isolasi terpusat, ia berharap bisa meminimilisasi penularan covid-19. Ibaratnya, kata Ipuk, ini memisahkan minyak dan air, memisahkan yang terpapar dengan yang sehat.
"Saat ini banyak yang melakukan isolasi mandiri di rumah, namun kami menyadari bahwa kadang disiplin pasien kurang, atau mungkin juga kondisi rumah yang tidak memungkinkan, namun memaksa isolasi di rumah dan akhirnya menulari yang lain," papar Ipuk.
Baca: Kabupaten Kudus Targetkan Minimal 3 Ribu Vaksinasi Covid-19 per Hari
Di fasilitas isolasi terpusat, kesehatan juga lebih terpantau dengan baik karena ada tenaga kesehatan yang memantau. Fasilitas dan peralatan juga tersedia, seperti oximeter yang tak dimiliki semua warga yang menjalani isolasi mandiri di rumah.
"Untuk itu, kami meminta semua OTG yang bergejala ringan untuk bersedia karantina di Gedung Diklat," imbau Ipuk.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Widji Lestariono, mengatakan Gedung Diklat ASN bisa menampung 85-100 orang. Para PMI yang baru datang dari luar daerah dialihkan ke Gedung Atlet.
Rio, sapaan akrabnya, mengungkapkan pasien OTG yang menjalani isolasi di Gedung Diklat ASN harus dalam keadaan sehat fisik dan mental. Untuk itu, pihaknya menyediakan beberapa fasilitas seperti kamar bersih, fasilitas olahragam Wi-Fi, dan lain-lain.
"Dalam setiap aktivitas yang dilakukan pasien OTG diberlakukan protokol kesehatan ketat, termasuk seluruh petugas yang berjaga di sana," tambah dia.
Selain itu, pasien tidak diperkenankan meninggalkan lokasi sebelum dinyatakan sembuh. Masyarakat juga dilarang keras untuk memasuki lokasi isolasi.
"Gedung Diklat dijaga ketat oleh petugas gabungan dari TNI-Polri, BPBD, dan tenaga kesehatan. Pasien tidak boleh keluar dari lokasi, dan sebaliknya masyarakat dilarang masuk ke dalam," papar Rio.
Banyuwangi:
Satgas Penanganan Covid-19 Banyuwangi, Jawa Timur, kembali membuka tempat isolasi terpusat bagi pasien
covid-19 tanpa gejala. Ini dilakukan seiring dengan meningkatnya kasus aktif di Kabupaten Banyuwangi.
Pemkab Banyuwangi menyediakan Gedung Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Sipil Negara (Diklat ASN) bagi para pasien tanpa gejala klinis (OTG) yang akan menjalani masa isolasi mandiri. Pihak kecamtan dan desa juga tengah menyiapkan lokasi isolasi mandiri.
"Ini demi mengurangi beban RS (rumah sakit), bahwa yang tanpa gejala klinis signifikan cukup isolasi terpusat," kata Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, Sabtu, 26 Juni 2021.
Ia mengungkapkan Gedung Diklat ASN Banyuwangi sebenarnya telah berfungsi sebagai tempat isolasi terpusat bagi pasien OTG pada pertengahan 2020. Namun gedung itu dialihdungsikan sebagai tempat karantina Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang tiba di Banyuwangi karena kasus covid-19 melandai.
Kini, kasus covid-19 kembali naik. "Untuk menahan laju penyebarannya, kami akan mengimbau dengan sangat agar semua OTG yang bergejala ringan bersedia menjalani isolasi di tempat yang telah kami sediakan," ucap Ipuk.
Dengan isolasi terpusat, ia berharap bisa meminimilisasi penularan covid-19. Ibaratnya, kata Ipuk, ini memisahkan minyak dan air, memisahkan yang terpapar dengan yang sehat.
"Saat ini banyak yang melakukan isolasi mandiri di rumah, namun kami menyadari bahwa kadang disiplin pasien kurang, atau mungkin juga kondisi rumah yang tidak memungkinkan, namun memaksa isolasi di rumah dan akhirnya menulari yang lain," papar Ipuk.
Baca:
Kabupaten Kudus Targetkan Minimal 3 Ribu Vaksinasi Covid-19 per Hari
Di fasilitas isolasi terpusat, kesehatan juga lebih terpantau dengan baik karena ada tenaga kesehatan yang memantau. Fasilitas dan peralatan juga tersedia, seperti oximeter yang tak dimiliki semua warga yang menjalani isolasi mandiri di rumah.
"Untuk itu, kami meminta semua OTG yang bergejala ringan untuk bersedia karantina di Gedung Diklat," imbau Ipuk.