Bandung: Pengamat sepak bola nasional, Sigit Nugroho, menyebut siaran di Indonesia berperan penting membangun kemajuan sepak bola dan bisa mendorong industri kreatif.
Sigit menyebut saat ini potensi siaran sepak bola belum dimaksimalkan secara baik. Ia mencontohkan sistem pembayaran Liga 1 Indonesia oleh stasiun televisi yang dinilai sangat mahal, tetapi tidak dibarengi dengan pembangunan industri sepak bola.
Pada awalnya siaran sepak bola Indonesia tidak begitu menjanjikan dan kurang menarik. Namun saat ini keberadaan siaran sepak bola mulai dilirik oleh para pengusaha dan stasiun televisi beramai-ramai membeli hak siar dengan nilai yang tinggi.
"Mungkin saya perlu mengawali dengan fase pertama ketika siaran sepak bola di liga Indonesia itu sangat tidak bernilai, jadi klub-klub harus membayar stasiun TV hingga munculah angka Rp10 miliar untuk pertama kali. Namun harga tersebut melonjak naik hingga Rp100 miliar dan sekarang harganya signifikan naik hampir Rp230 miliar," kata Sigit di acara seminar nasional di Sutan Raja Hotel and Convention Centre, Bandung, Selasa, 31 Januari 2023.
Sigit menjelaskan naiknya nilai siaran televisi sangat baik, namun jika tidak dibarengi dengan industri yang baik maka sepak bola Indonesia akan jalan di tempat. Pasalnya kemajuan industri sepak bola ikut ditentukan oleh pasar, di mana pasar dalam sepak bola adalah suporter.
"Jadi angka ini sebenarnya bagus tetapi menjadi kurang bagus ketika tidak dibarengi dengan bangunan industri yang baik. Artinya mereka hanya bicara bagaimana sales pelaku sponsor, tetapi tidak mengedukasi pasar atau apa yang mau didagangkan, sepak bola bisa didagangkan tetapi suporternya tidak dibenahi dengan baik," jelas Sigit.
Menurut Sigit terkait suporter yang menjadi bagian dari industri sepak bola, PSSI selaku organisasi induk sepak bola Indonesia belum maksimal menanganinya. Padahal sebagai orang pertama yang mendeklarasikan suporter sepak bola Indonesia, Sigit mengaku sudah memberikan banyak masukan kepada PSSI, namun masukan-masukan tersebut tidak diindahkan oleh pengurus PSSI.
"Memang sudah ada departemen suporter di PSSI, tetapi menurut hemat saya yang berkecimpung mengurus suporter sejak awal boleh dibilang generasi kesatu sepak bola Indonesia, saya melihat belum ada perbaikan yang signifikan dari pergerakan bagaimana mengatur, mengedukasi suporter. Apakah materi yang diberikan kepada PSSI itu menetes sampai ke bawah, saya tidak melihat itu," ungkapnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Bandung: Pengamat
sepak bola nasional, Sigit Nugroho, menyebut
siaran di Indonesia berperan penting membangun kemajuan sepak bola dan bisa mendorong industri kreatif.
Sigit menyebut saat ini potensi siaran sepak bola belum dimaksimalkan secara baik. Ia mencontohkan sistem pembayaran
Liga 1 Indonesia oleh stasiun televisi yang dinilai sangat mahal, tetapi tidak dibarengi dengan pembangunan industri sepak bola.
Pada awalnya siaran sepak bola Indonesia tidak begitu menjanjikan dan kurang menarik. Namun saat ini keberadaan siaran sepak bola mulai dilirik oleh para pengusaha dan stasiun televisi beramai-ramai membeli hak siar dengan nilai yang tinggi.
"Mungkin saya perlu mengawali dengan fase pertama ketika siaran sepak bola di liga Indonesia itu sangat tidak bernilai, jadi klub-klub harus membayar stasiun TV hingga munculah angka Rp10 miliar untuk pertama kali. Namun harga tersebut melonjak naik hingga Rp100 miliar dan sekarang harganya signifikan naik hampir Rp230 miliar," kata Sigit di acara seminar nasional di Sutan Raja Hotel and Convention Centre, Bandung, Selasa, 31 Januari 2023.
Sigit menjelaskan naiknya nilai siaran televisi sangat baik, namun jika tidak dibarengi dengan industri yang baik maka sepak bola Indonesia akan jalan di tempat. Pasalnya kemajuan industri sepak bola ikut ditentukan oleh pasar, di mana pasar dalam sepak bola adalah suporter.
"Jadi angka ini sebenarnya bagus tetapi menjadi kurang bagus ketika tidak dibarengi dengan bangunan industri yang baik. Artinya mereka hanya bicara bagaimana sales pelaku sponsor, tetapi tidak mengedukasi pasar atau apa yang mau didagangkan, sepak bola bisa didagangkan tetapi suporternya tidak dibenahi dengan baik," jelas Sigit.
Menurut Sigit terkait suporter yang menjadi bagian dari industri sepak bola, PSSI selaku organisasi induk sepak bola Indonesia belum maksimal menanganinya. Padahal sebagai orang pertama yang mendeklarasikan suporter sepak bola Indonesia, Sigit mengaku sudah memberikan banyak masukan kepada PSSI, namun masukan-masukan tersebut tidak diindahkan oleh pengurus PSSI.
"Memang sudah ada departemen suporter di PSSI, tetapi menurut hemat saya yang berkecimpung mengurus suporter sejak awal boleh dibilang generasi kesatu sepak bola Indonesia, saya melihat belum ada perbaikan yang signifikan dari pergerakan bagaimana mengatur, mengedukasi suporter. Apakah materi yang diberikan kepada PSSI itu menetes sampai ke bawah, saya tidak melihat itu," ungkapnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)