Tangerang: Pasar Cipadu, Kota Tangerang, yang menjadi primadona untuk membeli tekstil kini sepi pengunjung. Beberapa toko pun telah berganti pemilik karena tak mampu lagi menjual produk dagangannya.
Adi, seorang pedagang tekstil di Pasar Cipadu mengatakan, tempatnya berniaga saat ini pernah jadi yang paling terkenal sebagai pusat tekstil terbesar di Asia Tenggara. Namun kondisi saat ini tak lagi sama.
"Suasana saat ini berbanding terbalik saat pandemi covid-19. Saat itu konsumen justru lebih banyak datang dan memilih bahan secara langsung di sini," ujarnya, Senin, 18 September 2023.
Menurut Adi, sepinya pembeli saat ini dikarenakan sudah banyak pedagang yang berjualan menggunakan sistem aplikasi daring atau online.
"Anjlok sekarang jumlah pengunjungnya, karena perkembangan penjualan online. Dampaknya banyak warga yang kini enggak datang langsung ke sini, mereka menggunakan teknologi internet untuk membelinya," jelasnya.
"Sebelum banyak online, tiap hari ada saja yang beli bahan. Sekarang sudah hampir dua bulan ini tidak ada pembeli," imbuhnya.
Adi menuturkan, dengan kondisi seperti ini mengharuskan dirinya serta pedagang lainnya pun untuk bertransformasi menggunakan teknologi tersebut.
"Kalau enggak begini, kita bangkrut. Ini dilakukan agar penjualan tetap berjalan," katanya.
Adi berharap, pemerintah dapat melakukan pengawasan terhadap penjualan online, agar suasana pembeli ke pasar pun terjaga.
"Kalau enggak diawasin bisa-bisa pasar ini tutup. Dan kami yang masih tetap buka ini pun akan bangkrut," ungkap dia.
Tangerang: Pasar Cipadu,
Kota Tangerang, yang menjadi primadona untuk membeli tekstil kini sepi pengunjung. Beberapa toko pun telah berganti pemilik karena tak mampu lagi menjual produk dagangannya.
Adi, seorang pedagang tekstil di Pasar Cipadu mengatakan, tempatnya berniaga saat ini pernah jadi yang paling terkenal sebagai pusat tekstil terbesar di Asia Tenggara. Namun kondisi saat ini tak lagi sama.
"Suasana saat ini berbanding terbalik saat pandemi covid-19. Saat itu konsumen justru lebih banyak datang dan memilih bahan secara langsung di sini," ujarnya, Senin, 18 September 2023.
Menurut Adi, sepinya pembeli saat ini dikarenakan sudah banyak pedagang yang berjualan menggunakan sistem aplikasi daring atau online.
"Anjlok sekarang jumlah pengunjungnya, karena perkembangan penjualan online. Dampaknya banyak warga yang kini enggak datang langsung ke sini, mereka menggunakan teknologi internet untuk membelinya," jelasnya.
"Sebelum banyak
online, tiap hari ada saja yang beli bahan. Sekarang sudah hampir dua bulan ini tidak ada pembeli," imbuhnya.
Adi menuturkan, dengan kondisi seperti ini mengharuskan dirinya serta pedagang lainnya pun untuk bertransformasi menggunakan teknologi tersebut.
"Kalau enggak begini, kita bangkrut. Ini dilakukan agar penjualan tetap berjalan," katanya.
Adi berharap, pemerintah dapat melakukan pengawasan terhadap penjualan online, agar suasana pembeli ke
pasar pun terjaga.
"Kalau enggak diawasin bisa-bisa pasar ini tutup. Dan kami yang masih tetap buka ini pun akan bangkrut," ungkap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)