medcom.id, Manado: Pelayaran kapal Roll on Roll off (RoRo) MV Super Shuttle 12 dengan rute Davao, Filipina-Bitung, Sulawesi Utara tak berjalan lancar. Kapal mandek karena minimnya pengguna angkutan kapal untuk rute tersebut.
Gubernur Sulut Olly Dondokambey menjelaskan, berhentinya operasional kapal juga karena kendala regulasi. Sehingga, 50 kontainer yang seharusnya membawa barang ke Davao hanya teronggok di dermaga. Kontainer-kontainer itu tak punya barang untuk diangkut.
"Barang yang bisa dibawa kapal RoRo masih terbatas karena terkendala regulasi," kata Olly di Manado, Selasa 3 Oktober 2017.
Menurut Olly, pihaknya dan Pemkot Bitung telah menemui Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita untuk membahas kendala tersebut. Namun, masalah ini bakal ditindaklanjuti oleh lintas kementerian.
"Ini juga akan disampaikan ke Menteri Pertanian dan Menteri Perindustrian, selanjutnya disampaikan kepada Presiden," terang Olly.
(Baca: Kapal Rute Bitung-Filipina Merapat di Pelabuhan Samudera)
Sementara, Manager SDM Umum PT Pelindo IV Cabang Bitung Persero Harison Nanlohi mengatakan, pihaknya telah memberikan diskon tarif untuk pelayaran ini yang besarnya mencapai 50 persen. Diskon meliputi jasa tambat, labuh, pandu, dan penumpukan kontainer.
Tapi, tetap saja belum ada peminat. Alhasil, kapal RoRo tak pernah lagi masuk Bitung karena tak ada barang yang harus diangkut.
"Kami berharap pihak Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sulut bisa membantu mengatasi hal ini," tandasnya.
Sebelumnya, Kapal RoRo rute Davao-Bitung diresmikan pada 30 Mei 2017. Dibukanya jalur laut ini diharapkan dapat membuka peluang dan memperluas jangkauan usaha kedua negara. Di sisi lain, pelayaran RoRo ini disebut dapat membantu mobilitas masyarakat pulau-pulau terluar di Sulawesi Utara, seperti Pulau Miangas dan Pulau Marore.
medcom.id, Manado: Pelayaran kapal
Roll on Roll off (RoRo) MV Super Shuttle 12 dengan rute Davao, Filipina-Bitung, Sulawesi Utara tak berjalan lancar. Kapal mandek karena minimnya pengguna angkutan kapal untuk rute tersebut.
Gubernur Sulut Olly Dondokambey menjelaskan, berhentinya operasional kapal juga karena kendala regulasi. Sehingga, 50 kontainer yang seharusnya membawa barang ke Davao hanya teronggok di dermaga. Kontainer-kontainer itu tak punya barang untuk diangkut.
"Barang yang bisa dibawa kapal RoRo masih terbatas karena terkendala regulasi," kata Olly di Manado, Selasa 3 Oktober 2017.
Menurut Olly, pihaknya dan Pemkot Bitung telah menemui Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita untuk membahas kendala tersebut. Namun, masalah ini bakal ditindaklanjuti oleh lintas kementerian.
"Ini juga akan disampaikan ke Menteri Pertanian dan Menteri Perindustrian, selanjutnya disampaikan kepada Presiden," terang Olly.
(Baca: Kapal Rute Bitung-Filipina Merapat di Pelabuhan Samudera)
Sementara, Manager SDM Umum PT Pelindo IV Cabang Bitung Persero Harison Nanlohi mengatakan, pihaknya telah memberikan diskon tarif untuk pelayaran ini yang besarnya mencapai 50 persen. Diskon meliputi jasa tambat, labuh, pandu, dan penumpukan kontainer.
Tapi, tetap saja belum ada peminat. Alhasil, kapal RoRo tak pernah lagi masuk Bitung karena tak ada barang yang harus diangkut.
"Kami berharap pihak Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sulut bisa membantu mengatasi hal ini," tandasnya.
Sebelumnya, Kapal RoRo rute Davao-Bitung diresmikan pada 30 Mei 2017. Dibukanya jalur laut ini diharapkan dapat membuka peluang dan memperluas jangkauan usaha kedua negara. Di sisi lain, pelayaran RoRo ini disebut dapat membantu mobilitas masyarakat pulau-pulau terluar di Sulawesi Utara, seperti Pulau Miangas dan Pulau Marore.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(NIN)