Sejumlah imigran saat tiba di pelabuhan penyebaran Bolok, Kupang, NTT (11/7/2024). Sebanyak 44 Imigran berkebangsaan Bangladesh dan Rohingya (Myanmar) pada Senin (8/7/2024) lalu terdampar di pesisir Pantai Kabupaten Rote Ndao, setelah sempat hendak berlay
Sejumlah imigran saat tiba di pelabuhan penyebaran Bolok, Kupang, NTT (11/7/2024). Sebanyak 44 Imigran berkebangsaan Bangladesh dan Rohingya (Myanmar) pada Senin (8/7/2024) lalu terdampar di pesisir Pantai Kabupaten Rote Ndao, setelah sempat hendak berlay

Imigran Gelap Terdampar di Perairan NTT Mengaku Tergiur Tawaran Agen Anonim

Antara • 12 Juli 2024 13:02
Kupang: Seorang imigran asal Bangladesh bernama Muhammad Manna mengaku bahwa seorang nakhoda asal Indonesia sempat mengantar 44 imigran asal Bangladesah dan Myanmar masuk ke wilayah perbatasan Indonesia-Australia, namun saat ditangkap mereka terpisah.
 
"Kami diantar oleh seorang pria asal Indonesia sejak berangkat dari wilayah Jawa Barat pada 15 Juni 2024," katanya saat ditemui di rumah detensi imigran (Rudenim) Kupang, Jumat pagi, 12 Juli 2024.
 
Dia menuturkan kisah perjalanannya saat Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Nusa Tenggara Timur Marciana D Jone melakukan kunjungan kerja di Rudenim Kupang untuk melihat langsung kondisi para Imigran tersebut.

Manna mengatakan perjalanan mereka dari Jawa Barat ke Australia ditempuh dalam waktu tiga hari. Dan mereka ditangkap oleh aparat dari Australian Border Force (ABF) pada 18 Juni 2024.
 
Sejumlah WNA itu lalu ditahan selama 18 hari di atas kapal, kemudian pada 7 Juli 2024 mereka diberikan dua unit kapal berbahan dasar viber lalu sebelum disuruh Kembali ke Indonesia, mereka diajarkan beberapa jam untuk mengemudikan kapal itu.
 
Baca juga: 28 WNA Terdampar di Pantai Sukabumi Tak Punya Paspor

Dia menceritakan bahwa saat mereka ditangkap oleh ABF, mereka kemudian dipisahkan dengan nakhoda asal Indonesia yang mereka tak tahu nama nakhoda itu.
 
"Kami dipisahkan oleh ABF saat setelah ditangkap. Setelah itu kami tidak tahu lagi di mana nakhoda itu," ujarnya.
 
Dia mengatakan bahwa sebelumnya pada Mei 2024 mereka bertolak dari Malaysia menggunakan kapal kayu setelah mendapatkan tawaran melalui aplikasi TikTok dari agen yang tidak dikenal.
 
Mereka melakukan perjalanan menuju Medan (Indonesia) dan saat tiba di Medan sudah ada beberapa orang Bangladesh dan beberapa WNA Myanmar.
 
"Saya bayar 50 ribu ringgit ke agen tersebut, melalui transfer dan selama proses itu kami hanya berhubungan melalui telepon," ujar dia.
 
Dari 44 WNA itu, setiap orang punya agen masing-masing, dan mereka diminta bayar bervariasi dan tertinggi adalah 50 ribu ringgit atau setara dengan Rp172 jutaan.
 
Baca juga: Puluhan WNA Diduga Imigran Gelap Terdampar di Pantai Sukabumi

Setelah berada di Medan, mereka lalu dibawa ke Jakarta, sampai pada awal Juni mereka dibawa ke bagian selatan Jawa Barat untuk persiapan berangkat ke Australia.
 
Muhammad Manna yang sudah pernah bekerja di Malaysia selama delapan tahun itu mengaku dia dan sejumlah rekannya itu mau ke Australia dengan tujuan agar bisa bekerja di negara tersebut mendapatkan uang yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.
 
"Saat ini kami sudah di Indonesia, kami hanya ingin pulang ke Bangladesh," ungkapnya.
 
Sebelumnya pada Senin, 8 Juli 2024, 44 WNA asal Bangladesh dan Myanmar ditemukan oleh warga terdampar di pesisir pantai Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT). Mereka menggunakan dua kapal.
 
Setelah terdampar mereka lalu diamankan oleh aparat Kepolisian Rote Ndao selama tiga hari dan diberikan pakaian serta makanan dan minuman. Dan pada Kamis, 11 Juli, dipindahkan ke Kupang untuk penanganan lebih lanjut.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan