Yogyakarta: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta memprakirakan musim kemarau yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir akan berlangsung hingga akhir Agustus 2020. Musim kemarau sejak bulan Juli lalu disertai dengan suhu terendah.
"Suhu minimum pada beberapa hari ini, di malam hingga pagi hari mencapai 17 hingga 19 derajat celsius atau cukup dingin," kata Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta, Etik Setyaningrum dihubungi, Sabtu, 1 Agustus 2020.
Baca: Warga Antre Test Swab Usai Gubernur Kepri Terpapar Covid-19
Etik mengatakan cuaca yang terjadi saat ini adalah dampak bertiupnya angin dari Australia atau monsoon dingin Australia. Proses ini disebut intrusi. Cuaca dingin ini dirasakan di Indonesia bagian barat.
Udara dingin itu bersifat kering karena kandungan uap air sangat rendah. Selain itu cuaca itu juga diiringi sedikitnya pertumbuhan awan.
"Kondisi itu berdampak pada radiasi balik bumi ke atmosfer cepat keluar dari bumi. Akibatnya, temperatur di bumi jadi cepat dingin," jelas Etik.
Menurutnya musim kemarau bisa terjadi bulanan atau lebih panjang. Ia menyebut kawasan di DIY rawan kekeringan saat musim kemarau di kawasan perbukitan. Meskipun sejumlah wilayah di daratan rendah juga bisa terjadi kekeringan.
"Kami imbau masyarakat berhemat air dan jaga kesehatan. Juga jangan sembarangan membakar sampah," ujarnya.
Koordinator Bidang Operasi Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Endro Sambodo, mengatakan persiapan pasokan bantuan air masih menggunakan data tahun lalu. Ia menyatakan kemarau tahun ini masih bersifat basah.
"Sarana prasana sudah kami siapkan. Mobil tangki BPBD DIY sewaktu-waktu bisa dioperasikan," ungkap Endro.
Yogyakarta: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta memprakirakan musim kemarau yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir akan berlangsung hingga akhir Agustus 2020. Musim kemarau sejak bulan Juli lalu disertai dengan suhu terendah.
"Suhu minimum pada beberapa hari ini, di malam hingga pagi hari mencapai 17 hingga 19 derajat celsius atau cukup dingin," kata Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta, Etik Setyaningrum dihubungi, Sabtu, 1 Agustus 2020.
Baca:
Warga Antre Test Swab Usai Gubernur Kepri Terpapar Covid-19
Etik mengatakan cuaca yang terjadi saat ini adalah dampak bertiupnya angin dari Australia atau monsoon dingin Australia. Proses ini disebut intrusi. Cuaca dingin ini dirasakan di Indonesia bagian barat.
Udara dingin itu bersifat kering karena kandungan uap air sangat rendah. Selain itu cuaca itu juga diiringi sedikitnya pertumbuhan awan.
"Kondisi itu berdampak pada radiasi balik bumi ke atmosfer cepat keluar dari bumi. Akibatnya, temperatur di bumi jadi cepat dingin," jelas Etik.
Menurutnya musim kemarau bisa terjadi bulanan atau lebih panjang. Ia menyebut kawasan di DIY rawan kekeringan saat musim kemarau di kawasan perbukitan. Meskipun sejumlah wilayah di daratan rendah juga bisa terjadi kekeringan.
"Kami imbau masyarakat berhemat air dan jaga kesehatan. Juga jangan sembarangan membakar sampah," ujarnya.
Koordinator Bidang Operasi Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Endro Sambodo, mengatakan persiapan pasokan bantuan air masih menggunakan data tahun lalu. Ia menyatakan kemarau tahun ini masih bersifat basah.
"Sarana prasana sudah kami siapkan. Mobil tangki BPBD DIY sewaktu-waktu bisa dioperasikan," ungkap Endro.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)