Kontingen Provinsi Maluku menampilkan drama musikal berbahasa daerah dalam Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) yang berlangsung di Jakarta pada 12-16 Februari 2023. (ANTARA/HO Kantor Bahasa Maluku)
Kontingen Provinsi Maluku menampilkan drama musikal berbahasa daerah dalam Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) yang berlangsung di Jakarta pada 12-16 Februari 2023. (ANTARA/HO Kantor Bahasa Maluku)

5 Bahasa Daerah di Maluku Punah

Antara • 08 Maret 2023 10:40
Ambon: Kepala Kantor Bahasa Maluku Sahril menyampaikan bahwa lima dari 62 bahasa daerah yang terdata di wilayah Provinsi Maluku sudah punah, sudah sedikit atau tidak ada lagi penuturnya.
 
Menurut Sahril, bahasa daerah Maluku yang sudah tergolong punah meliputi bahasa Kayeli dan Masareta dari Buru, bahasa Lun dan Nila dari Maluku Tengah, serta bahasa Piru dari Seram Bagian Barat.
 
Ia menyampaikan meskipun masih ada warga asli yang tinggal di wilayah Kecamatan Teon Nila Sarua, Kabupaten Maluku Tengah, tetapi bahasa Nila yang berasal dari daerah itu sudah tidak banyak digunakan.

Menurut dia, masyarakat Nila berpencar ke berbagai daerah dan kemudian menggunakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat di tempat tinggal baru mereka. Kondisi yang demikian membuat penutur bahasa Nila terus berkurang.
 
Baca juga: Setiap 40 Hari, Satu Bahasa di Dunia Dinyatakan Punah

"Sedangkan bahasa Kayeli dan Masareta memang tidak ada lagi penuturnya, tetapi kami sempat mendokumentasikan bahasa daerah dalam bentuk kamus kosakata," jelas Sahril.
 
Dia menjelaskan, Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) menyebut bahasa dengan jumlah penutur di bawah satu juta dikategorikan sudah punah.
 
Jika dinilai berdasarkan standar tersebut, ia mengatakan, bahasa-bahasa daerah di wilayah Maluku yang penduduknya kurang dari dua juta sebagian besar bisa masuk kategori punah.
 
"Dianggap punah karena terbatas jumlah penutur. Bahasa Melayu Ambon saat ini mencapai satu juta penutur, hal ini menyebabkan bahasa daerah lainnya hampir punah," ucapnya.
 
Sahril mengemukakan saat ini bahasa Indonesia dan Melayu Ambon lebih banyak digunakan dalam komunikasi sehari-hari masyarakat ketimbang bahasa-bahasa asli daerah Maluku.
 
Baca juga: Kaltim Revitalisasi Bahasa Daerah Kenyah di Mahakam Ulu

"Di dalam keluarga sendiri orang bahasanya bercampur-campur, yakni bahasa Melayu Ambon dan bahasa daerah. Ini menjadi kendala, ancaman, mengapa bahasa daerah sulit berkembang dan lama kelamaan habis penutur dan punah bahasa," tutur dia.
 
Oleh karena itu, Kantor Bahasa Maluku berupaya menghidupkan kembali bahasa-bahasa daerah di wilayah Maluku secara bertahap.
 
Kantor Bahasa Maluku pada 2022 berupaya merevitalisasi tiga bahasa daerah, yakni bahasa Kei dari Kabupaten Maluku Tenggara, bahasa Buru dari Kabupaten Buru, dan bahasa Yamdena dari Kabupaten Kepulauan Tanimbar.
 
Upaya tersebut dilanjutkan pada 2023 dengan menambahkan bahasa Seram dari Kabupaten Seram Bagian Timur dan bahasa Tarangan dari Kabupaten Kepulauan Aru sebagai sasaran program revitalisasi bahasa daerah Maluku.
 

 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(MEL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan