Kudus: Harga bawang merah anjlok, petani bawang di Kabupaten Grobogan dan Kudus menjerit karena merugi meskipun harga di pasaran masih cukup tinggi.
Melansir Media Indonesia, Selasa, 16 November 2021, panen raya bawang merah tidak sepenuhnya disambut petani di Kabupaten Grobogan dan Kudus karena harga komuditas tersebut anjlok, di tingkat petani. Harga bawang panen hanya berkisar Rp5.000-Rp7.000 per kilogram.
Kondisi ini berbeda dengan harga bawang merah di pasaran di beberapa daerah di Jawa Tengah yang mencapai Rp14.000-Rp20.000 per kilogram. Hal ini dikeluhkan para petani bawang merah. Mereka meminta pemerintah melakukan langkah strategis.
"Panen bawang merah ini petani merugi, bukan karena gagal panen tetapi harga yang hancur hingga tidak menutup modal yang dikeluarkan," kata Rebo, 65, petani bawang merah di Desa Terkesi, Kecamatan Klambu, Kabupaten Grobogan.
Hal serupa diungkapkan Yulianto, 39, petani di Desa Kalirejo, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus. Sejak memasuki musim panen harga bawang merah anjlok, meski hasil panen cukup melimpah berkisar 10-14 ton per hektare.
Baca juga: Ribuan Rumah di Hulu Sungai Tengah Terendam Banjir
Harga bawang merah di tingkat petani, ungkap Yulianto, mencapai titik terendah yakni Rp5.000-Rp7.000 per kilogram, bahkan meskipun harga anjlok penjualan juga sulit karena pasar tidak banyak menyerap hasil panen kali ini.
Kondisi ini berbalik dengan harga bawang merah di pasar tradisional di pantura, harga cukup tinggi mencapai Rp14.000-Rp20.000 per kilogram meskipun stok barang berlimpah.
"Bawang merah cukup banyak, harga diatas Rp14.000 per kilogram karena penyusutan tinggi akibat basah saat dipanen," ujar Khayanah, 45, distributor bawang merah di Pasar Johar, Semarang.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus Sunardi mengatakan anjloknya harga bawang merah di tingkat petani terjadi karena daya serap pasar rendah dipengaruhi adanya pandemi covid-19.
Adanya pembatasan kegiatan masyarakat selama ini, lanjut Sunardi, menjadikan daya beli rendah, sedangkan saat ini produksi di masa panen raya cukup besar sehingga hasil panen bawang merah tidak terserap oleh pasar. (Akhmad Safuan)
Kudus:
Harga bawang merah anjlok, petani bawang di Kabupaten Grobogan dan Kudus menjerit karena merugi meskipun harga di pasaran masih cukup tinggi.
Melansir
Media Indonesia, Selasa, 16 November 2021, panen raya bawang merah tidak sepenuhnya disambut petani di Kabupaten Grobogan dan Kudus karena harga komuditas tersebut anjlok, di tingkat petani. Harga bawang panen hanya berkisar Rp5.000-Rp7.000 per kilogram.
Kondisi ini berbeda dengan harga bawang merah di pasaran di beberapa daerah di Jawa Tengah yang mencapai Rp14.000-Rp20.000 per kilogram. Hal ini dikeluhkan para petani bawang merah. Mereka meminta pemerintah melakukan langkah strategis.
"Panen bawang merah ini petani merugi, bukan karena gagal panen tetapi harga yang hancur hingga tidak menutup modal yang dikeluarkan," kata Rebo, 65, petani bawang merah di Desa Terkesi, Kecamatan Klambu, Kabupaten Grobogan.
Hal serupa diungkapkan Yulianto, 39, petani di Desa Kalirejo, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus. Sejak memasuki musim panen harga bawang merah anjlok, meski hasil panen cukup melimpah berkisar 10-14 ton per hektare.
Baca juga:
Ribuan Rumah di Hulu Sungai Tengah Terendam Banjir
Harga bawang merah di tingkat petani, ungkap Yulianto, mencapai titik terendah yakni Rp5.000-Rp7.000 per kilogram, bahkan meskipun harga anjlok penjualan juga sulit karena pasar tidak banyak menyerap hasil panen kali ini.
Kondisi ini berbalik dengan harga bawang merah di pasar tradisional di pantura, harga cukup tinggi mencapai Rp14.000-Rp20.000 per kilogram meskipun stok barang berlimpah.
"Bawang merah cukup banyak, harga diatas Rp14.000 per kilogram karena penyusutan tinggi akibat basah saat dipanen," ujar Khayanah, 45, distributor bawang merah di Pasar Johar, Semarang.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus Sunardi mengatakan anjloknya harga bawang merah di tingkat petani terjadi karena daya serap pasar rendah dipengaruhi adanya pandemi covid-19.
Adanya pembatasan kegiatan masyarakat selama ini, lanjut Sunardi, menjadikan daya beli rendah, sedangkan saat ini produksi di masa panen raya cukup besar sehingga hasil panen bawang merah tidak terserap oleh pasar. (Akhmad Safuan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)