Wali Kota Bandung, Oded M Danial. (Istimewa)
Wali Kota Bandung, Oded M Danial. (Istimewa)

Ratusan Warga Bandung Mengidap Thalasemia

Roni Kurniawan • 05 Oktober 2021 13:00
Bandung: Sebanyak 300 orang warga Kota Bandung, terdata menderita penyakit thalasemia atau kelainan pada darah. Bahkan mereka harus mencuci darah dua kali seminggu untuk mengurangi rasa sakit.
 
Wali Kota Bandung, Oded M Danial, mengatakan perlu adanya intervensi edukasi dan sosialisasi terkait thalasemia di Kota Bandung. Pasalnya, Kota Bandung menjadi salah satu daerah penyumbang tertinggi kasus Talasemia di Jawa Barat, yakni sebanyak 300 kasus.
 
"Sudah ada (edukasi dan sosialisasi), tapi masih kurang. Ada 300 (kasus) untuk tahun ini, jawa menjadi provinsi paling tinggi di Indonesia, Kota Bandung tinggi, karena kita fasilitasnya ada untuk mengecek," kata Oded di Puskesmas Garuda, Jalan Dadali, Kota Bandung, Selasa, 5 Oktober 2021.‎‎

Oded menuturkan, pihaknya terus berupaya untuk memetakan thalasemia di Kota Bandung. Salah satunya meminimalisasi pernikahan antara pengidap thalasemia.
 
Baca juga: Risma vs Pendamping PKH Gorontalo, Kemensos: Ada Miskomunikasi
 
‎"Kita tancap gas sosialisasi dan edukasi untuk mendapat data akurat, kita mitigasi dengan meminimalisasi pernikahan antara pembawa sifat untik memutus mata rantainya. Mudah-mudahan bisa meminimalisasi kasus thalasemia baru," ungkapnya.
 
Sementara itu, Ketua Forum Bandung Sehat (FBS), Siti Muntamah, menambahkan upaya deteksi dini harus semakin masif dilakukan khususnya kepada mereka yang akan menikah. Pemkot Bandung pun dinilai harus berani membuat kebijakan terkait bahaya pernikahan sesama pengidap thalasemia.
 
"Kita dorong supaya Pemkot Bandung memiliki kebijakan secara yuridis untuk disampaikan bahwa  pernikahan pembawa sifat thalasemia dan thalasemia ini sangat membahayakan," beber Siti.
 
Ia mengungkapkan, pengobatan bagi orang yang mengidap thalasemia tidak murah. Pasalnya, pengidap thalasemia harus melakukan cuci darah sepekan dua kali serta memeriksa detak jantung 
 
"Yang jelas adalah kasihan, tersiksa, setiap minggu harus transfusi darah, limva besar, jantungnya juga, harus ke UGD terus karena harus siaga terus, jadi kan anggaran untuk terapi mahal, minimal sehari satu juta dan tidak semua keluarga mampu," cetusnya.  ‎
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan