Surabaya: Taruna Akademi Angkatan Laut (AAL) disiapkan menjadi calon perwira-perwira yang tangguh dan berkarakter. Selama pendidikan mereka ditempa berbagai pelatihan praktik dan teori selama empat tahun menjalani pendidikan.
"Kalian harus jadi kebanggan kami semua, bukan hanya kebanggaan orang tua, kebanggan para kepala staf, kebanggan kami, karena apa? adik-adik yang meneruskan tongkat kepemimpinan yang kami pegang. 20 tahun 30 tahun lagi harus adik-adik yang ada di depan saya ini," kata Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa saat berkunjung ke AAL di Surabaya beberapa waktu lalu.
Gubernur AAL Laksamana Muda Denih Hendrata menyampaikan pola pendidikan AAL didesain untuk mencetak perwira dan prajurit yang tangguh di medan tempur laut.
"Saya punya visi mencetak para taruna AAL menjadi prajurit jalasena samudra yang tangguh di atas gelombang samudra dan menangg bertempur di segala medan. Misinya mencetak menjadi perwira AL yang siap ditempatkan di KRI maupun komandan peleton di pasukan marinir," jelas Denih.
Denih menerangkan ada tiga pola pendidikan di AAL meliputi pengajaran, pelatihan dan pengasuhan. Pengajaran mencakup teori dan praktik. Untuk teori dirancang 35 persen sementara pelatihan 65 persen.
"Jadi praktik harus lebih besar daripada teori sehingga dalam pelaksaann 4 tahun diberikan pengetahuan yang praktik itu akan di KRI atau pasukan," jelasnya.
Dalam praktik pelatihan para taruna akan ditempa langsung di lapangan dalam setiap kegiatan besar AL baik itu di armada kapal perang maupun marinir.
"Pada saat tingkat 4 diberikan kesempatan terakhir kepada mereka on boat di kapal-kapal perang melakanakan patroli laut dalam hal ini ikut melaksanakan operasi," terangnya.
Untuk pola pengasuhan dijelaskan Komandan Resimen AAL Kolonel Laut (P) Arya Delano menerapkan sistem bataliyon campur. Tidak ada sekat pemisah antara taruna senior dan junior.
"Bataliyon campur itu artinya bahwa dalam hubungan bataliyon, kompi, dalam satu kamar itu ada taruna senior, taruna madya, dan taruna junior," jelasnya.
Pola pengasuhan ini dibentuk supaya tidak ada budaya senioritas. Jadi, taruna junior akan dibentuk agar memiliki sifat segan dan hormat kepada seniornya bukan rasa takut. Sehingga ke depannya muncul rasa respek dan loyal kepada atasan.
"Kami berusaha pelan-pelan memberi pengertian pada senior ini loh pola kehidupan taruna milenial itu seperti ini bukan adanya ketakutan tapi taruna junior itu segan, hormat akhirnya respek dan loyal," katanya.
Dengan sistem bataliyon campur ini, akan terbentuk antara taruna junior dan senior interaksi dan hubungan emosional. Di mana senior bisa memberikan arahan atau motivasi, bahkan pembelajaran secara langsung dan tidak langsung.
"Dengan begitu, senior kepada junior ada pembimbingan langsung dan di situ diharapkan adanya hubungan emosional antara seorang senior dan junior karena dia ada tanggungjawab," katanya.
Surabaya: Taruna
Akademi Angkatan Laut (AAL) disiapkan menjadi calon perwira-perwira yang tangguh dan berkarakter. Selama pendidikan mereka ditempa berbagai pelatihan praktik dan teori selama empat tahun menjalani pendidikan.
"Kalian harus jadi kebanggan kami semua, bukan hanya kebanggaan orang tua, kebanggan para kepala staf, kebanggan kami, karena apa? adik-adik yang meneruskan tongkat kepemimpinan yang kami pegang. 20 tahun 30 tahun lagi harus adik-adik yang ada di depan saya ini," kata Panglima TNI
Jenderal Andika Perkasa saat berkunjung ke AAL di Surabaya beberapa waktu lalu.
Gubernur AAL Laksamana Muda Denih Hendrata menyampaikan
pola pendidikan AAL didesain untuk mencetak perwira dan prajurit yang tangguh di medan tempur laut.
"Saya punya visi mencetak para taruna AAL menjadi prajurit jalasena samudra yang tangguh di atas gelombang samudra dan menangg bertempur di segala medan. Misinya mencetak menjadi perwira AL yang siap ditempatkan di KRI maupun komandan peleton di pasukan marinir," jelas Denih.
Denih menerangkan ada tiga pola pendidikan di AAL meliputi pengajaran, pelatihan dan pengasuhan. Pengajaran mencakup teori dan praktik. Untuk teori dirancang 35 persen sementara pelatihan 65 persen.
"Jadi praktik harus lebih besar daripada teori sehingga dalam pelaksaann 4 tahun diberikan pengetahuan yang praktik itu akan di KRI atau pasukan," jelasnya.
Dalam praktik pelatihan para taruna akan ditempa langsung di lapangan dalam setiap kegiatan besar AL baik itu di armada kapal perang maupun marinir.
"Pada saat tingkat 4 diberikan kesempatan terakhir kepada mereka on boat di kapal-kapal perang melakanakan patroli laut dalam hal ini ikut melaksanakan operasi," terangnya.
Untuk pola pengasuhan dijelaskan Komandan Resimen AAL Kolonel Laut (P) Arya Delano menerapkan sistem bataliyon campur. Tidak ada sekat pemisah antara taruna senior dan junior.
"Bataliyon campur itu artinya bahwa dalam hubungan bataliyon, kompi, dalam satu kamar itu ada taruna senior, taruna madya, dan taruna junior," jelasnya.
Pola pengasuhan ini dibentuk supaya tidak ada budaya senioritas. Jadi, taruna junior akan dibentuk agar memiliki sifat segan dan hormat kepada seniornya bukan rasa takut. Sehingga ke depannya muncul rasa respek dan loyal kepada atasan.
"Kami berusaha pelan-pelan memberi pengertian pada senior ini loh pola kehidupan taruna milenial itu seperti ini bukan adanya ketakutan tapi taruna junior itu segan, hormat akhirnya respek dan loyal," katanya.
Dengan sistem bataliyon campur ini, akan terbentuk antara taruna junior dan senior interaksi dan hubungan emosional. Di mana senior bisa memberikan arahan atau motivasi, bahkan pembelajaran secara langsung dan tidak langsung.
"Dengan begitu, senior kepada junior ada pembimbingan langsung dan di situ diharapkan adanya hubungan emosional antara seorang senior dan junior karena dia ada tanggungjawab," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)