Depok: Penerapan sistem contraflow atau lawan arus dalam program Joyfull Traffic Management di Kota Depok, Jawa Barat, disebut menimbulkan persoalan baru. Alih-alih mengurai kepadatan kendaraan, rekayasa lalu lintas ini justru menambah kemacetan.
Zahrul salah satu pengguna jalan mengeluhkan kebijakan ini. Ia merasa Jalan Nusantara hingga Jalan Arif Rahman Hakim yang setiap hari dilintasi tambah padat setelah diberlakukan sistem contraflow.
"(Kemacetan) tambah parah sejak Sabtu (7 September 2019) sampai sekarang. Harusnya kalau sudah dibuat contraflow kan jadi tidak macet," ungkapnya, di Jalan Margonda Depok, Minggu, 8 September 2019.
Tak ingin terjebak di kemacetan, Zahrul memilih menepikan kendaraannya dan menunggu di warung-warung sekitar hingga lalu lintas lengang. Ia menilai Pemerintah Kota Depok perlu mempertimbangkan kembali penerapan kebijakan tersebut.
"Karena ini bukannya jadi lancar malah makin macet, kasihan kami masyarakat," kata dia.
Senada, Kepala Satuan Lalu Lintas Polresta Depok Kompol Sutomo menyebut rekayasa lalu lintas yang digagas Pemkot Depok kontraproduktif. Kondisi jalan yang tak terlalu luas semakin membuat pengendara tidak nyaman.
"Ini tidak efektif. Barier (pembatas jalan) yang dibuat sekat-sekat miring malah membuat jalanan sempit. Secara estetika juga kurang bagus," ungkapnya.
Sutomo mengatakan pihaknya telah menyampaikan keluhan tersebut ke Dinas Perhubungan Kota Depok. Namun belum ada tanggapan.
"Semoga segera dievaluasi. Karena kan dianggapnya kajiannya bagus tapi ternyata tidak. Kami sudah sarankan jangan (contraflow) tapi dipaksa, ini yang agak repot," bebernya.
Terpisah, Kepala Dinas Perhubungan Kota Depok Dadang Wihana mengatakan lalu lintas yang terkena sistem contraflow memang kerap padat di akhir pekan. Namun ia yakin kebijakan tersebut mampu mengurai kemacetan.
"Sabtu-Minggu memang terjadi peningkatan volume kendaraan hampir di semua jalan utama padat. Demikan juga Jalan Siliwangi dan Juanda, namun masih bisa terurai," kilahnya.
Dadang berharap kebijakan itu bisa terus dilakukan. Pihaknya juga masih melakukan pemantauan.
"Saat ini kan masih uji coba, berikan kesempatan kepada kami untuk evaluasi secara lapangan maupun teknis," pungkasnya.
Dinas Perhubungan Kota Depok sebelumnya menerapkan sistem contraflow untuk memecah kemacetan di wilayahnya. Sistem lawan arah itu diuji coba sejak Sabtu, 31 Agustus 2019.
Penerapan contraflow dilakukan mulai dari Jalan Raya Arif Rahman Hakim hingga perempatan Ramanda. Kemudian, di Perempatan Ramanda dibuat dua jalur sampai ke BNI. Masih di Jalan Arif Rahman Hakim yakni depan PLN Depok dibuat satu jalur menuju arah Margonda (BNI ke perempatan Ramanda).
Depok: Penerapan
sistem contraflow atau lawan arus dalam program Joyfull Traffic Management di Kota Depok, Jawa Barat, disebut menimbulkan persoalan baru. Alih-alih mengurai kepadatan kendaraan, rekayasa lalu lintas ini justru menambah kemacetan.
Zahrul salah satu pengguna jalan mengeluhkan kebijakan ini. Ia merasa Jalan Nusantara hingga Jalan Arif Rahman Hakim yang setiap hari dilintasi tambah padat setelah diberlakukan sistem
contraflow.
"(Kemacetan) tambah parah sejak Sabtu (7 September 2019) sampai sekarang. Harusnya kalau sudah dibuat
contraflow kan jadi tidak macet," ungkapnya, di Jalan Margonda Depok, Minggu, 8 September 2019.
Tak ingin terjebak di kemacetan, Zahrul memilih menepikan kendaraannya dan menunggu di warung-warung sekitar hingga lalu lintas lengang. Ia menilai Pemerintah Kota Depok perlu mempertimbangkan kembali penerapan kebijakan tersebut.
"Karena ini bukannya jadi lancar malah makin macet, kasihan kami masyarakat," kata dia.
Senada, Kepala Satuan Lalu Lintas Polresta Depok Kompol Sutomo menyebut rekayasa lalu lintas yang digagas Pemkot Depok kontraproduktif. Kondisi jalan yang tak terlalu luas semakin membuat pengendara tidak nyaman.
"Ini tidak efektif. Barier (pembatas jalan) yang dibuat sekat-sekat miring malah membuat jalanan sempit. Secara estetika juga kurang bagus," ungkapnya.
Sutomo mengatakan pihaknya telah menyampaikan keluhan tersebut ke Dinas Perhubungan Kota Depok. Namun belum ada tanggapan.
"Semoga segera dievaluasi. Karena kan dianggapnya kajiannya bagus tapi ternyata tidak. Kami sudah sarankan jangan (
contraflow) tapi dipaksa, ini yang agak repot," bebernya.
Terpisah, Kepala Dinas Perhubungan Kota Depok Dadang Wihana mengatakan lalu lintas yang terkena sistem
contraflow memang kerap padat di akhir pekan. Namun ia yakin kebijakan tersebut mampu mengurai kemacetan.
"Sabtu-Minggu memang terjadi peningkatan volume kendaraan hampir di semua jalan utama padat. Demikan juga Jalan Siliwangi dan Juanda, namun masih bisa terurai," kilahnya.
Dadang berharap kebijakan itu bisa terus dilakukan. Pihaknya juga masih melakukan pemantauan.
"Saat ini kan masih uji coba, berikan kesempatan kepada kami untuk evaluasi secara lapangan maupun teknis," pungkasnya.
Dinas Perhubungan Kota Depok sebelumnya menerapkan sistem
contraflow untuk memecah kemacetan di wilayahnya. Sistem lawan arah itu diuji coba sejak Sabtu, 31 Agustus 2019.
Penerapan
contraflow dilakukan mulai dari Jalan Raya Arif Rahman Hakim hingga perempatan Ramanda. Kemudian, di Perempatan Ramanda dibuat dua jalur sampai ke BNI. Masih di Jalan Arif Rahman Hakim yakni depan PLN Depok dibuat satu jalur menuju arah Margonda (BNI ke perempatan Ramanda).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)