Dokumen kegiatan imunisasi di salah satu desa di Kabupaten Pamekasan, Madura, Jatim. (FOTO ANTARA/HO-Dinkes Pamekasan)
Dokumen kegiatan imunisasi di salah satu desa di Kabupaten Pamekasan, Madura, Jatim. (FOTO ANTARA/HO-Dinkes Pamekasan)

Kasus Polio Ditemukan di Pidie, Bupati Langsung Terapkan Status KLB

Media Indonesia • 19 November 2022 14:07
Pidie: Kasus polio atau lumpuh pada anak anak ditemukan di Desa Mane, Kecamatan Mane, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh. Hal itu dinyatakan sesuai hasil pemeriksaan laboratorium Prof Sri Oemijati, Kementerian Kesehatan, yang merupakan laboratorium rujukan nasional.
 
Penderitanya adalah seorang anak laki-laki berinisial MH berusia 7 tahun, dari desa pedalaman Kecamatan Mane. Penyakit ini diketahui ketika penderita mengalami demam, lalu muncul nyeri pada persendian dan melemahnya gerak anggota tubuh.
 
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan hasil uji laboratorium, baru diketahui MH yang baru kelas dua SD itu terinfeksi virus polio.

"Dengan ditemukannya kasus polio di Pidie, maka kami menyatakan ini sebagai Kejadian Luar Biasa, karena seperti yang kita ketahui Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya sudah dinyatakan bebas polio dan dunia saat ini bergerak menuju eradikasi untuk menghilangkan polio dari seluruh negara" kata Penjabat (Pj) Bupati Pidie, Wahyudi Adisiswanto, saat deklarasi Kasus Luar Biasa (KLB) di Pendopo Bupati Pidie, Kota Sigli, Jumat, 18 November 2022. 
 
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie, Arika Aboebakar, mengatakan pihaknya bersama tim dari Dinas Kesehatan Aceh, Kementerian Kesehatan, WHO, dan UNICEF sudah melakukan respons awal berupa penyelidikan epidemiologi (PE). Itu termasuk pencarian kasus tambahan di wilayah terdampak, baik di masyarakat maupun melalui kunjungan ke puskesmas dan RS setempat.
 
Baca: Realisasi Imunisasi Polio Anak di Pamekasan Terkendala Covid-19

Lalu, melakukan review cakupan imunisasi dan penilaian kondisi sosial (social assessment) untuk mengetahui bagaimana penerimaan masyarakat di wilayah terdampak terhadap imunisasi. Selain itu, melakukan koordinasi dan pengaktifan Tim Gerak Cepat (TGC) juga segera dilakukan.
 
"Perlu diketahui virus polio menular melalui air yang tercemar tinja yang mengandung virus polio. Jika virus ini masuk ke dalam tubuh anak yang belum mendapatkan imunisasi polio secara lengkap, maka virus akan berkembang biak di saluran pencernaan dan menyerang sistem saraf anak sehingga dapat menyebabkan kelumpuhan," ucap Arika.
 
Arika menuturkan pasien sudah ditangani Dokter Spesialis Anak dan dianjurkan untuk dilakukan rehabilitasi medik. Dinas Kesehatan melalui Puskesmas Mane memfasilitasi rujukan ke RSUD T Chik Ditiro.
 
Ia menuturkan untuk segera menanggulangi KLB, sesuai dengan petunjuk dari Tim Komite Ahli, maka akan segera dilakukan respons imunisasi sub-PIN dengan memberikan imunisasi tetes polio untuk semua anak usia 0 hingga 13 tahun, agar terbentuk kekebalan terhadap serangan polio.
 
Serta penguatan sistem surveilans untuk mendeteksi cepat adanya kasus lumpuh layu mendadak di masyarakat. Target imunisasi adalah 95 persen dan merata di semua wilayah, agar kekebalan komunitas dapat tercapai.
 
"Pemerintah Kabupaten Pidie juga segera meningkatkan edukasi masyarakat tentang pentingnya imunisasi rutin dan perilaku hidup bersih sehat, terutama perilaku BAB di jamban," ucapnya.
 
Sosialisasi melibatkan seluruh pihak mulai dari pimpinan daerah beserta satuan kerja pemerintah daerah, tokoh agama, tokoh masyarakat, kelompok remaja, PKK, organisasi profesi, ormas, lembaga pendidikan, kader, akademisi, media massa, dan swasta untuk mendukung pencegahan penularan virus polio.
 
Arika menuturkan polio hanya dapat dicegah dengan imunisasi. Polio adalah penyakit yang sangat menular dan dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, bahkan kematian terutama pada anak usia kurang lima tahun yang tidak diimunisasi polio secara lengkap.
 
Gejala awal polio antara lain adalah demam, kelelahan, sakit kepala; muntah; kekakuan di leher, nyeri di tungkai. Arika menjelaskan virus polio masuk ke dalam tubuh melalui mulut, bersumber dari air atau makanan yang telah terkontaminasi dengan kotoran/tinja orang yang terinfeksi.
 
"Gejala biasanya muncul setelah 7-10 hari setelah terinfeksi. Bisa juga dapat terjadi dalam rentang waktu 4-35 hari," jelas dia.
 
Virus di tinja dapat bertahan selama 3-6 minggu, sehingga perilaku BAB sembarangan meningkatkan risiko infeksi polio. Tidak ada obat untuk polio.
 
"Penyakit Polio sangat berbahaya namun mudah dicegah dengan imunisasi polio lengkap serta melakukan Perilaku idup bersBih dan Sehat (PHBS) seperti BAB di jamban, cuci tangan pakai sabun dan menggunakan air matang untuk makan dan minum" jelas Arika.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan